Bagian 19

14.6K 725 165
                                    

Setelah puas mencurahkan hatinya pada Kevin, Esa berguling-guling di ranjangnya. Sebenarnya dia kangen pada Rama. Ingin sms, tapi saat ini dia pasti sudah kerja. Esa gak mau ganggu dia. Tapi Esa memilih untuk meninggalkan sebuah pesan untuk dibaca Rama nanti saat istirahat.'

Jangan lupa makan ya babe.. aku tau disana banyak cewek-cewek, keep u'r heart ok... :'( Miss u babe.. '

Setelah mengirim pesan itu, Esa kembali terpaku menatap langit-langit, menikmati empuknya ranjang dan sejuknya udara sejuk dari AC. Lalu ia palingkan wajahnya ke samping. Malam itu, rama tidur disebelahnya. Ya, disana. Di bantal itu. Bahkan Esa masih belum mau mengganti spreinya dan cover bantalnya. Esa meraih bantal itu lalu memeluknya erat. Dia kembali mengingat-ingat kejadian malam itu. Saat Rama mendampingi tidurnya.

#Flashback

Untuk sejenak Esa memandangi bahu Rama. Oww.. sluurrpp... sungguh menggairahkan bagi Esa untuk lihat tubuh rama yang putih itu. Tampak di bahunya ada bekas berwarna merah. Ngecap gigi, hehehe..

"Sa.." ujar Rama saat heran melihat Esa yang diam memandanginya.

Esa tersadar lalu tersenyum pada Rama. lalu ia dekatkan wajahnya pada bekas gigitan itu dan menciumya dengan lembut. Seketika wajah Rama memerah.

Setelah itu, Esa tersenyum nakal pada Rama lalu membetulkan baju Rama dan memeluk Rama seperti guling.

"Kata ibuku, biar sakitnya cepat hilang.." kilah Esa.

Sebenarnya kalo Esa khilaf, dia bisa saja melahap tubuh Rama yang ranum itu. Baru melihat bahu dan sedikit dadanya saja sudah membuat kepala Esa dihinggapi puluhan setan. Tapi, Esa menahan perasaannya itu. Dia tidak mau terburu-buru dan dibutakan oleh nafsu bejad. Dia tahu, ini sungguh mendadak bagi Rama. Jika Esa bertindak kelewatan, bisa-bisa Rama jadi risih padanya. Esa pun segera menghapus pikiran itu dan mulai memejamkan matanya

"Udah, ayo bobok!" ujarnya sambil bersandar pada bahu Rama.

"I..iya.." balas Rama yang canggung.

Esa membuka matanya sekejap dan melihat wajah Rama yang memerah.

"Hehe.. kenapa kamu blushing gitu?"

"Eh? Siapa bilang..? wajahku emang gini kok kalo kena AC.." kilah Rama.

"Hehehe..." Esa terkekeh pelan lalu mencium pipi Rama.

"Good night babe.. I love u..." bisik Esa sambil memejamkan matanya

Rama terhenyak sesaat, ini pertama kalinya Esa memanggilnya dengan panggilan 'babe', ia menghela nafas ringan lalu mencium kening Esa sambil berbisik.

"Love u too babe.."

#

Wajah Esa memerah saat mengingat kejadian itu.

'Woaaa.. bisa-bisanya aku nyium-nyium, pake mlorotin bajunya segala.. aarrgghh....'

'Ehehehe.. ya masih mending lo cuma mlorotin bajunya, bukan celananya..'

'Eh, bejad pikiran lo, narator..!'

'Bejad-bejad... kan gue cuma menginterpretasikan pikiran loo..'

'Maksud loh..??'

Hahaha... ya sudah lah, kembali ke benang merah! Esa kembali merenung. Andai saja Rama seorang gay, pastinya hubungannya dengan Esa bisa dipastikan nyambung. Gak ada tembok kodrati yang menghalangi. Sayangnya Rama bukan gay.. dia cowok normal yang berperan sebagai gay. Esa khawatir pada sifat alami Rama. bagaimana kalo dia tergoda sama cewek lain? Kafe tempat ia kerja kan banyak ceweknya?? Rama tinggal pilih aja, mana yang dia suka.. gak usah jauh-jauh, disekolah aja ada ulat yang menjadi hama bagi Esa. Melani. Dia benar-benar seperti ulat bulu, gatelin hati banget..!!

Aku Bisa Membuatmu Jatuh Cinta Kepadaku Meski Kau Tak Cinta KepadakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang