Esok lusanya, Esa sedang sibuk membolak-balik jaket jeans milik Rama. Setelah menunggu sekian lama akhirnya jaket Rama kering juga. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.37. sialnya Bi Ida sedang pergi menjenguk nenek, Bi Surti berbelanja sedangkan Mbak Ina sudah 3 bulan ini tinggal di rumah nenek untuk merawatnya. Otomatis kini Esa sendirian di rumah.
Esa merasa tidak enak pada Rama karena jaketnya sudah menginap selama 2 hari dirumahhya. Tapi tetap saja Esa yang sial. Dia tidak terbiasa menyetrika, sehingga saat ini dia benar-benar bingung mau diapakan jaket itu. Kalau dia nekat, bisa-bisa jaket itu malah bolong. 'oh tidak!!' teriak Esa dalam hati.
Tadinya Esa berencana mengembalikan jaket itu siang ini, ternyata jaket itu belum benar-benar kering. Maklum saja, bahan jeans memang lama keringnya. Butuh perjuangan untuk membuatnya kering. Esa sudah menungguinya dan sesekali memindahkan jaket itu ke tempat yang terkena matahari. Esa bahkan membawa kipas angin ke tempat ia menjemur jaket itu. Dengan bantuan roll kabel, jadilah si jaket mendapat angin tambahan dari kipas angin. Dasar Esa konyol.
Sekarang, setelah jaket Rama kering malah timbul masalah baru.
'Gimana nyetrikanyaaa??'
Esa seakan mau gila memikirkannya, terlebih lagi waktunya semakin mepet. Rama pasti berangkat kerja jika sudah jam 12.45.
Saat Esa sedang bingung-bingungnya, tiba-tiba lampu Philip 10 watt menyala di atas kepalanya. Ia segera menyambar hapenya lalu menghubungi sebuah nomor.
"Halo Om.. bisa kesini nggak? Esa butuh bantuan nih.." pinta Esa sambil cengengesan.
***
"Aduh boss... mau kemana sih? Tadi kan sudah Om Le setrika jaketnya." ujar Om Le yang sedang menyetir dengan malas.
"Yah tolong lah Om Le... aku mau kerumah temennya Esa yang dulu pernah Om Le ikutin itu.."
"Heh??? Mending jangan deh boss!!"
Esa sedikit heran dengan kata-kata Om Le.
"Emang kenapa Om?"
Setetes peluh membasahi kening Om Le,
"Disana... disana ada kucing jadi-jadian boss!"
Esa terdiam seribu kata dengan wajah tanpa ekspresi. Dia heran, apakah dunia sudah terbalik?
"Om.. itu kan cuma kucing... se-jadi-jadiannya kucing juga tetep kucing kan.."
"Yah... boss gak percaya nih.. gang itu banyak penunggunya!!"
Esa hanya menghembuskan nafas panjang.
"Hmm.. iya deh.. anter Esa sampe gang aja."
Om Le tampak melongo. "Hah?? Yakin boss?"
Esa mengangguk. Sementara Om le menelan ludah. Alhasil Esa sudah memasuki gang tempat Rama diduga tinggal. Sementara Om Le dibelakangnya dengan wajah celingukan dan gelisah. Sebenarnya dia masih takut, namun dia sendiri tidak tega jika membiarkan boss mudanya berjalan sendirian di tempat yang menurutnya 'angker' itu.
"Kucenggg!!!!" Om Le melompat dan berlindung dibalik bahu Esa ketika seekor kucing berlari menyebrangi jalan yang akan mereka lewati.
"Aduuh..!! apaan sih Om! Gak malu apa, sama badannya?!" protes Esa yang merasa salting ketika mata orang-orang mengawasinya.
"Aduh.. udah yuk boss, kita pulang aja.." pinta Om Le.
"Nggak, pokoknya harus balikin jaket ini dulu." ujar Esa bersikeras.
Esa pun bertanya pada warga gang itu mengenai rumah Rama. Baru mencari tahu sebentar, rumah Rama sudah Esa temukan. Esa agak prihatin melihat rumah sederhana itu, bahkan terlalu sederhana. Di terasnya ada meja dan bangku panjang, tampak seperti warung, tapi tutup. Esa pun mengetuk pintu rumah Rama, berharap Rama belum berangkat.
![](https://img.wattpad.com/cover/37388864-288-k735820.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bisa Membuatmu Jatuh Cinta Kepadaku Meski Kau Tak Cinta Kepadaku
General Fiction❌Cerita repost bertema gay ❌Writer : @ZalaAryadhani ❌HOMOPHOBIC DIHARAP MENJAUH