Bagian 23

14.1K 705 95
                                    

"Iya Nar... Rama.. sudah lama menyukai Putri.."

Mata Nara bergerak-gerak. Esa memandangnya dengan getir. Ia seperti terhipnotis oleh hati gelapnya sendiri. Ia sama sekali tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan. hati gelapnya terus saja bersorak untuk menyemangatinya. Meski Esa tahu ini salah, tapi hanya ini yang bisa Esa lakukan. Esa hanya ingin Rama seorang.

Saat Esa akan melanjutkan kata-katanya, Nara tampak tak kuasa menahan tangis. Ia menangis menjadi-jadi. Tubuhnya berhetar hebat karena isak tangis. Dia tak mampu lagi untuk berkata 'kenapa' dan 'tapi'. Nafasnya benar-benar tersita. Esa segera merangkul Nara dan menenangkannya.

'Gapapa Nar.. sakit ini hanya sementara.. aku yakin suatu hari kamu bisa cari laki-laki yang sesuai untukmu.' batin Esa.

Tiba-tiba nafasnya Nara terdengar semakin berat, tubuhnya tampak kejang mengikuti tarikan nafasnya yang kian sulit. Tampak nara menahan sakit sambil memegangi dadanya.

Esa panik. 'Apa yang terjadi..??!!'

"Nar..! kamu kenapa Nar..!!"

Dan seketika tubuh Nara tergolek lemas, Esa segera menangkapnya dan masih bingung dengan apa yang terjadi. Segera saja ia berteriak minta pertolongan dan berharap masih ada orang disana yang mendengarnya.

"Tolooooong..! siapa saja toloongg..!!!!"jeritnya dengan suara parau.

Selama itu dia menepuk-nepuk pipi Nara supaya dia tersadar.

"Pliss Nar...sadar...." bisik Esa.

Tak lama kemudian tampak Pak Asrul datang dengan tergopoh-gopoh.

"Loh.. kenapa ini..??!" tanyanya kalut setelah melihat kondisi Nara.

"Nggak tau pak.. tadi dia tiba-tiba jatuh.." ujar Esa tidak kalah kalutnya.

"Ya sudah, ayo cepet bantu bapak angkat dia ke mobil bapak!"

Esa pun dibantu Pak Asrul membopong tubuh Nara yang terkulai. Beruntung saja Pak Asrul belum pulang dan untung juga beliau membawa mobil. Tak mungkin Esa akan membawanya dengan menggunakan motornya.

"Ya ampun.. kenapa Nara..??" tanya Bu Ainun yang baru-baru datang.

"Nggak tau ini.. ayo ibu tolong ikut ke rumah sakit. Esa, kamu juga ikut?"

"Nggak pak, saya ngikutin dari belakang saja, saya bawa motor soalnya."

"Ya sudah, ayo bu, cepet masuk!" ujar Pak Asrul tergesa.

Bu Ainun pun segera memasuki mobil dan memangku tubuh Nara. Sementara itu Esa berlari menuju motornya dan segera menyusul mobil Pak Asrul yang melaju kencang.

'Ya ampun... kenapa jadi begini..??' batin Esa.

Ia pun larut dalam kebingungan selama perjalanannya menuju rumah sakit dan berharap Nara tidak kenapa-napa.

~

Sementara itu Rama hampir tiba di rumahnya. Pikirannya masih penuh dengan tanda tanya.

'Apa yang ingin Nara tanyain ke Esa? Kenapa harus Esa? Lalu gimana dengan Esa? Apakah mungkin nantinya...' Rama segera menghapus pikiran itu. 'Nggak.. Esa sudah berubah.. dia gak akan berbuat yang macam-macam.. ' batinnya lagi.

Kini ia hanya bisa berharap penuh pada Esa, supaya dia mau jujur dan ksatria.

'Plis Sa.. jangan sakitin kami lagi..'

Rama pun memasuki rumahnya. Dilihatnya ibunya sedang membereskan warung.

"Sudah pulang? Cepet ganti baju.. bantu ibu beresin warung!" ujar ibunya setelah Rama mencium tangannya.

Aku Bisa Membuatmu Jatuh Cinta Kepadaku Meski Kau Tak Cinta KepadakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang