"Hoi! Rama!"
Tubuh Rama tersentak kaget. Suara Dio sukses membuyarkan lamunannya.
"Kenapa sih? Dari tadi bengong aja? Kayak ketiban utang aja." celetuk Dio asal.
Rama berdiri dari tempat duduknya dan kembali melanjutkan mengelap meja yang tadi sempat terhenti tanpa sadar.
"Hmm.. bukan apa-apa kok."
Dio memanyunkan bibir bawahnya dan berjalan meninggalkan Rama,
"Dasar anak muda, paling-paling juga masalah gebetan."
(seolah-olah dirinya sudah tua kali -_-")
Rama tidak menghiraukan gurauan Dio, ia memilih untuk fokus dengan meja yang sedang ia lap. Jujur, kejadian tadi siang masih terus mengganggu pikiran Rama.
'Kenapa kamu giniin aku Ram?'
'Aku ingin kamu jauh dari Nara, bukan jauh dari aku..'
'Aku cuma ingin cinta dari kamu ram..'
Rama memejamkan matanya rapat-rapat seolah suara-suara itu mengiris kepalanya.
'Apa yang udah aku lakuin..' batin Rama.
Dia akui kalau tadi dia sudah lepas kendali. Rama menyesal telah berbuat begitu kasar pada Esa. Meskipun mungkin tindakan Esa keterlaluan egoisnya, tapi ia melakukan itu karena dia mencintai Rama. Dia hanya ingin lebih dekat Rama, tidak ada maksud lain. Dan perlakuan yang Rama tunjukkan pada Esa juga sedikit kelewatan. Rama merasa bersalah telah membentaknya, dia bahkan tidak pernah membentak Esa sebelumnya, lebih-lebih mendorong tubuhnya dan menciumnya dengan kasar. Sekali lagi Rama memejamkan matanya rapat-rapat sambil mengusap wajahnya.
'Ya Allah... apa yang udah aku lakuin..?' Rama sangat malu pada Esa dan dirinya sendiri.
Dia merasa sangat hina. Ketika wajah Esa yang menangis tersedu kembali muncul di benaknya, perasaan bersalah itu makin menjadi-jadi.
'Haruskah aku minta maaf ke Esa.?.'
Rama terdiam sesaat, ia termenung dan menimbang pikirannya itu, hingga akhirnya ia menggeleng pelan dan kembali mengelap meja.
'Mungkin gak sekarang, biarin dia tahu kesalahannya dulu.. ' batin Rama.
Sebenarnya hatinya masih ragu dengan keputusannya itu. Dia sebenarnya tidak tega pada Esa, tapi kekesalannya juga masih belum bisa padam. Mungkin saat ini Rama tidak bisa memutuskan, toh besok masih bisa bertemu Esa lagi di sekolah.
'Ya, semoga saja besok aku bisa lebih tenang, dan besok juga aku akan minta maaf ke Esa..'
***
Esok paginya, Rama sudah duduk di bangkunya dengan canggung. Dia masih ragu dan malu. Bagaimana reaksi Esa nantinya..? Rama bahkan ragu Esa masih mau duduk dengannya. Apakah Esa akan marah padanya? Mengingat Rama telah memberikan pengalaman yang buruk padanya. Tapi, apa yang terjadi nantinya jika Rama minta maaf? Apakah Esa akan kembali pada sifatnya? Bagaimana dengan Nara? Apakah nantinya Rama bisa kembali dekat dengannya? Semua pikiran itu membuat Rama makin bimbang dan gelisah.
Mata Rama melebar. Suara tapak kaki sayup-sayup terdengar semakin mendekat.
'Apakah itu Esa?' tanya Rama dalam hati.
Jantungnya berdegup agresif. Dia bingung, apa yang harus ia katakan jika Esa sudah datang. Suara itu makin jelas mendekat, jantung rama kian terpacu dan tangannya sedikit gemetar. Dan akhirnya sebuah sosok berseragam putih abu-abu muncul di balik pintu. Mata Rama melebar. Sosok yang datang ternyata bukan Esa, melainkan Nara! Nara tampak mematung sesaat di ambang pintu. Mata Rama dan Nara akhirnya saling bertemu. Waktu seakan terhenti diantara keduanya. Jantung Rama seakan mau berhenti melihat Nara. Tampak mata Nara bergerak-gerak memandang Rama. Lalu sekilas, sepersekian detik, Nara tersenyum. Senyum yang tipis dan ganjil seakan menahan getir. Rama terhenyak. Kemudian Nara menundukkan wajahnya dan berjalan menuju bangkunya. Mata Rama terus mengikuti tubuh Nara hingga dia sampai dan duduk di kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bisa Membuatmu Jatuh Cinta Kepadaku Meski Kau Tak Cinta Kepadaku
General Fiction❌Cerita repost bertema gay ❌Writer : @ZalaAryadhani ❌HOMOPHOBIC DIHARAP MENJAUH