Bagian 12

15.2K 774 40
                                    

Hari ini Esa sedang bersemangat '45 seolah ia tidak pernah sakit sebelumnya. Hehehe.. dia tampaknya sudah gak sabar ingin ketemu pangeran balok es-nya. Esa pun segera memakai sepatunya dan setelah selesai, dia segera berlari kecil menuruni tangga.

"Den... pelan-pelan! Gak usah lari.. ntar jatoh gimana?" tegur Bi Surti yang sedang meletakkan segelas susu di meja makan.

"Biarin..! kan aku bisa terbang!"

"Yah aden.. gitu deh, kalo dibilangin."

Tampak Bi Ida yang baru datang dari dapur tersenyum melihatnya.

"Sudah, sudah.. ayo den, cepet sarapan dulu, udah jam 6.15 loh.." ujarnya kalem.

"Oh, iya! Bisa telat ini!"

Esa segera menghampiri meja makan dan melahap sarapannya dengan rakus seperti orang kesetanan. Bi Ida hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Pelan-pelan.." tegur Bi Ida lagi.

Esa pun sadar. Sambil tersenyum ia pun memperlambat kunyahannya. Bi Ida jadi tersenyum geli melihatnya.

"Tenang.. den Rama gak bakal lari kemana-mana kok."

Esa seakan mau tersedak mendengar kata-kata Bi Ida.

"Heh..?? maksudnya apaan coba?!"

Bi Ida hanya tersenyum usil dan berjalan meninggalkan ruang makan menuju dapur.

Esa mendengus kesal, tapi segera cengengesan lagi ketika ingat Rama. Ia pun melanjutkan melahap sarapannya yang sudah tinggal setengah. Setelah sarapan dan segelas susunya habis, ia pun beranjak dari meja makan dan berjalan menuju pintu utama.

"Sudah selesai den?"Tanya Bi Ida yang datang sambil membawa ransel Esa.

"Iya, udah.. jam berapa nih?" Esa melihat jam tangan hitamnya dan agak kaget ketika melihat angka 6.32 di sana.

"Heh?? Kok tau-tau udah jam segini?! Ya udah aku berangkat dulu ya bi..!" pamit Esa sambil mengambil ranselnya dan segera berlari menuju mobil.

"Iya den.. Hati-hati.." ujar Bi Ida sambil melambaikan tangannya.

Esa membalas lambaian tangan Bi Ida dan segera menutup pintu mobilnya.

"Ayo pak, capcus!"

"Oke.." balas Pak Ogah, eh.. Pak Ujang santai.

Mobil hitam itu pun segera meluncur melewati gerbang rumah Esa.

"Ngebut pak! Udah telat ini!" Esa agak gelisah ketika jam tangannya menunjukkan waktu 06.34

"Santai, lah den.. masih jam segini juga.."

"Santai apanya?! Kalo aku di suruh berdiri di lapangan, apa bisa santai??!"

"Ya duduk dong den.. siapa suruh berdiri?"

Esa terdiam. Saat ini ingin rasanya bagi Esa untuk membelai kepala Pak Ujang dengan kawat berduri.

"Pak.." panggil Esa lembut.

"Kenapa den?" jawab Pak Ujang masih dengan santai.

"Pernah nyicipin sepatu mahal nggak?"

Seketika langsung terbersit dalam kepala Pak Ujang kalo Den Esa akan memberinya sepatu baru.

'Wah Alhamdulillah.. apakah mungkin hal itu terjadi, setelah sekian lama gak pake sepatu baru yang mengkilat?'  batin Pak Ujang.

"Wah belum tuh den, syukur kalo aden mau kasih.." Pak Ujang cengengesan dengan muka ngarep.

Esa tersenyum dan mendekat kearah Pak Ujang.

Aku Bisa Membuatmu Jatuh Cinta Kepadaku Meski Kau Tak Cinta KepadakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang