Bagian 7

18.3K 971 33
                                    


Rama berjalan agak tergesa menuju sebuah bangunan kecil dan sederhana. Di depannya terdapat 2 buah meja dan kursi panjang. Disana juga tampak rak yang di tutupi dengan kaca yang berisi beerapa piring berisi lauk pauk. Terlihat beberapa orang sedang makan disana. Rama berjalan dan melihat seorang ibu paruh baya sedang melayani pelanggan warung.


"Assalamualaikum.."sapanya.


Ibu itu menoleh, "Waalaikumsalam..eh, nak? Kok sore pulangnya?" tanya ibu itu sambil berjalan mendekati Rama.


Rama agak menundukkan badannya dan menjulurkan tangan pada si ibu, ibu itu pun menyambut tangannya yang kemudian dicium oleh Rama.


"Iya maaf bu, tadi diajak teman main kerumahnya" terang Rama, ia mencoba untuk membuat lukanya tidak terlihat oleh ibunya.


"Oh.. gitu.. lain kali.. eh? Bibir kamu kenapa?? Kamu habis berantem..?!"tanya ibu Rama panik sambil memeriksa luka Rama.


"Nggak bu.. tadi jatuh aja kok.."kilah Rama sambil tersenyum.


Ibu Rama hanya diam sambil menatap wajah Rama.


"Nak.. mending kamu jujur.. siapa yang mukul kamu? Apa si Indro?"


Mendengar pertanyaan sekaligus tebakan dari ibunya, Rama hanya menundukkan wajahnya.


"Dia malak kamu lagi..?"tanya ibu Rama.


Rama hanya mengangguk pelan. Melihat respon Rama, ibu Rama menghembuskan nafas berat,


"Ya sudah.. kamu istirahat dulu. Ibu masih ada pembeli.."ujar ibu Rama yang meninggalkan Rama dan melayani pembeli yang baru datang.


Rama pun membuka pintu rumah dan membuka sepatunya. Hatinya benar-benar sedih dan berat. Dia merasa kasihan pada ibunya, uang jajan yang diambil si Indro merupakan sebagian dari hasil warung ibunya. Dengan untung yang pas-pasan itu, ibu Rama senantiasa menyisihkan sedikit untuk uang saku Rama di sekolah untuk satu minggu, dan kini uang yang seharusnya untuk 5 hari kedepan sudah raib.


'brengsek!' umpat Rama dalam hati begitu sampai di kamarnya.


Ia sebenarnya ingin sekali menonjok wajah Indro bajingan itu, tapi ia tak bisa melakukannya. Ia tak bisa membayangkan jika anak buah Indro marah dan beralih merusak warung, satu-satunya sumber penghasilan ibunya, dan satu-satunya peninggalan ayahnya. Rama pun membantingkan tubuhnya di ranjangnya. Bayangan kunjungannya di rumah Esa sungguh kontras dengan yang ia alami sekarang. Ranjangnya yang jelek dan tua, kasurnya yang tipis dan keras, dinding kamarnya yang retak-retak dan atap yang seringkali bocor.


Jika bisa, sebenarnya Rama ingin sekali menangis menyesali nasib, namun perjuangan ibunya selama ini, yang membuat Rama hidup sampai saat ini membuat Rama mengusir jauh-jauh sesal itu. Bagaimanapun, ini adalah hasil jerih payah ibunya, Rama selalu menghargai itu semua. Yang bisa Rama lakukan adalah bersyukur dan berusaha. Ibunya menyekolahkan dia di sebuah sekolah unggulan yang mahal bukan untuk sekedar gengsi semata atau bahkan bukan ide gila mengingat biayanya yang mahal, namun itu adalah sebuah harapan yang besar dari ibu Rama supaya Rama bisa mengenyam pendidikan yang layak dan kelak bisa memperbaiki nasibnya. Rama mengerti hal itu dan belajar setekun mungkin sehingga ia bisa mendapatkan beasiswa. Sejauh ini hanya itu yang bisa ia lakukan untuk ibunya. Ia ingin membuat ibunya bangga dan membuat beliau yakin bahwa kerja kerasnya tidak sia-sia.

Aku Bisa Membuatmu Jatuh Cinta Kepadaku Meski Kau Tak Cinta KepadakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang