Chapter 4 : LDR

31 5 7
                                    

Matahari terbit masih di sebelah timur, saat terbit pun masih disebut pagi bukan malam.

Tapi berbeda dengan kondisi pasangan Long Distance Relationship, Hana dan Mario. Di kota berbeda mereka mengalami namanya galau berkepanjangan, selalu ingin cepat malam agar bisa berkomunikasi jarak jauh.

"Huft..."

Itu helaan nafas Mario bukan Hana loh. Laki-laki dewasa yang baru saja tiba di area parkir kendaraan roda empat, tepat di SMA Diamond setelah memberhentikan mobil hitam kesayangan nya. Tapi ia jauh-jauh- jauh-jauh-jauh-jauh tak terhingga lebih sayang Hana yang tidak pernah lagi menyapa penuh keceriaan di pagi hari.

Mario tampak lemas, baru disadarinya sangat menyiksa fisik serta batin saat berjauhan dengan gadis cantik yang sudah menguasai seluruh jiwa dan raga nya itu.

"Selamat pagi pak Mario?" sapa seorang laki-laki bertubuh kurus, tidak tinggi alias pendek, tapi memiliki jabatan paling tinggi di sekolah swasta terbaik ini, pak Piye.

"Selamat pagi, Pak," jawab Mario, setengah memaksakan senyumnya.

Pak Piye menyipitkan kedua kelopak mata, lalu mendekatkan wajahnya.

"Saya tahu ini," celetuknya, sembari menunjuk-nunjuk dengan jari telunjuk tangan kanan.

Kedua iris mata Mario terlihat membesar, karena tidak mengerti.

"Ini namanya, GEGANA!" celetuk kepala sekolah di SMA ini.

Kening Mario mengernyit, masih tidak memahami bahasa yang digunakan oleh atasannya.

"Apa itu GEGANA pak?" tanya Mario, polos.

Pak Piye bersidekap, kedua tangannya melingkar bertautan di dada. Kepalanya lalu manggut-manggut, telapak kaki kanan yang mengenakan sepatu pantofel menghentak-hentak pada aspal.

"Gelisah."

"Galau."

"Merana!"

Mario menganggukkan kepala pelan tanda bahwa dirinya mengerti.

Pak Piye terkekeh, mencoba menggoda pria muda yang mengajar sebagai guru di SMA yang dipimpin nya ini.

"Memang susah kalau LDR pak."

Kening Mario kembali bertautan, lagi tidak mengerti singkatan jaman now.

"Aduh si bapak ini, punya calon istri anak Gen Z kok tidak paham sih." Pak Piye berdecak.

"Saya tahu nya Sin, Cos, Tan. Pak," jawab laki-laki dengan pemikiran suci ini.

"Ehm.." Pak Piye bergumam.

"LDR adalah Long Distance Relationship," jawab Pak Piye.

Mulut Mario membulat, "Oh.."

Pak Piye hanya bisa menggelengkan kepala, tidak habis pikir Mario yang seorang lulusan Harvard University tidak tahu semua singkatan hitz dikalangan anak muda.

"Selamat pagi pak Mario, selamat pagi Pak Piye?" sapa seorang guru muda, berjenis kelamin perempuan, masih jomblo, tengah menunggu kesendirian rekan kerjanya yang ada tepat di hadapannya, Ibu Intan.

"Selamat pagi Bu Intan, tambah cerah saja?" celetuk Pak Piye.

Wajah wanita bernama Intan ini terlihat bersemu merah, bukan karena pujian dari kepala sekolah, tapi karena ada pujaan hatinya di sini.

"Terimakasih pak," jawab Bu Intan.

"Pagi Bu Intan," jawab Mario walaupun terlambat beberapa menit untuk menjawab sapaan.

Oh, Hana again !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang