Chapter 17 : Sebelum janur kuning melengkung

32 3 0
                                    

Menjadi seorang single parent membuat Ranita Dewi tahan banting dengan segala terpaan kehidupan.

Ia mengingat saat pertama kali mendapati dirinya positif hamil ketika menatap dua alat pengukur kehamilan, test pack yang dibeli olehnya saat baru saja pulang dari casting satu film.

Kala itu Ranita ketakutan setengah mati, ia berpikir bagaimana cara menyampaikan nya kepada laki-laki yang baru dikenalnya dua minggu lalu yang berhasil mengambil kesucian nya disaat tidak sengaja menenggak minuman beralkohol itu.

"Ayo kita menikah," ucapan tegas keluar dari mulut seorang laki-laki berusia hampir mendekati lima puluh tahun, berperawakan tegas, dengan garis  wajah terkesan begitu tampan bak aktor Ryan Gosling.

Ranita terdiam membeku di kursi nya, baru saja akan mengangkat gelas berisi cappucino panas bercampur granule bergambar hati itu.

Bola mata berwarna sedikit kebiruan milik laki-laki yang sejak tiga puluh menit lalu bersama dengan nya di cafe yang ada di dekat kantor tempat wanita ini bekerja tengah menatapnya begitu lekat.

"Aku hanya ingin Hana memiliki wali sah untuk pernikahan nya," ujar Ranita dengan suara terdengar terbata-bata.

Lengan kanan laki-laki ini terulur, telapak nya mengusap lembut punggung tangan Ranita.

"Sejak sembilan belas tahun lalu aku sudah berencana menikahi mu, Nit."

Pandangan mata Ranita terangkat.

"Tapi kamu saat itu memiliki tunangan," ujar Ranita, tidak mau kalah.

"Setelah malam itu, aku memutuskan untuk menyudahi ikatan kami. Aku tidak mencintai Bianca, kami hanya dijodohkan saja."

Ranita menghela nafas lelah, ia baru mengetahui ternyata wanita yang dilihatnya waktu itu bernama Bianca. Tega sekali dirinya menyakiti hati wanita itu.

"Aku mencintaimu sejak pertama pertemuan kita, hingga sekarang."

Ranita mendengarkan penjelasan laki-laki dihadapannya dengan serius.

"Tapi kamu sudah memiliki anak, Bertrand."

"Dia anak angkat, Nit!" tegas Bertrand.

"Aku bahkan tidak pernah berniat menikah karena hati ku meyakini pasti akan menemukan mu suatu hari nanti."

"Dan Tuhan mengabulkan doa ku."

"Ayo menikah, aku ingin kamu dan Hana dalam tanggung jawab ku seutuhnya. Bukan hanya tugas ku sebagai ayah biologis nya tapi sebagai suami dan ayah yang sempurna untuk kalian."

Bertrand berbicara penuh penekanan, Ranita tahu kalau laki-laki dihadapannya ini berbicara dengan sepenuh hati nya.

Cukup lama Ranita berdiam diri, hingga menyetujui ajakan Bertrand. Senyum terbit di bibir laki-laki berdarah Amerika-Indonesia ini.

"Tapi kamu harus meminta izin pada Hana terlebih dahulu. Aku hanya menikah jika putri ku setuju," tegas Ranita.

Bertrand menganggukkan kepala mantap, ia akan menemui putri nya dan mengatakan sejujurnya kepada gadis cantik itu. Bertrand sudah tidak sabar untuk menemui Hana sebagai ayahnya bukan sebagai 'Om' yang bertamu ke rumah nya tiba-tiba.

***

"Lega nya!"

Hana terdengar berseloroh senang saat baru saja menandaskan segelas es teh.

"Jadi Hana sudah berbaikan dengan pak Mario?" ujar Bulan.

Hana manggut-manggut sembari tersenyum bahagia.

Oh, Hana again !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang