Chapter 27 : Rayuan maut

37 2 0
                                    

Libur semester telah tiba!

Seorang istri yang baik seharusnya bangun pagi-pagi sekali mengingat suaminya akan mulai mengajar sebagai seorang dosen di kampus yang sama dengan nya, namun tidak dengan Hana. Gadis yang sudah menjadi wanita itu hanya sibuk bergelung di dalam selimut tebal, sedangkan suaminya sudah terbangun dan tengah menyiapkan sarapan pagi.

Hari ini Mario akan mulai menjadi pengajar di fakultas matematika dengan mengampuh kelas ekstensi bagi mahasiswa kelas khusus.

Pagi ini pria itu sudah tampak rapi mengenakan setelan kemeja berlengan panjang digelung batas siku berwarna biru tua dipandakan celana chino panjang berwarna cokelat susu. Namun kesibukan di hari pertama nya malah dimulai di dalam dapur.

Suara spatula beradu dengan kuali  terdengar, Mario sedang memasak nasi goreng kesukaan istrinya.

Disamping itu tepat di dalam kamar tidur, Hana yang baru saja terbangun lagi-lagi menghela nafas panjang, karena mengingat liburan bulan madu bersama suaminya batal akibat dirinya harus banyak beristirahat setelah tragedi sambal geprek.

Kedua kelopak mata dengan bulu-bulu mata lentiknya berkedip-kedip menatap bola lampu yang belum menyala. Mario sengaja belum menyalakannya agar tidur istrinya tidak terganggu.

Lengan mungil Hana menyingkap selimut, kemudian kedua kakinya beranjak dari atas ranjang. Sepasang telapak kaki telanjang Hana menapaki ubin, berjalan menuju ke dalam kamar mandi.

Butuh waktu sepuluh menit bagi Hana untuk membasuh muka, menggosok gigi, serta mendengus meratapi rencananya yang gagal untuk melihat Sailor moon secara langsung di negara matahari terbit itu.

Wanita kecil itu berjalan keluar dari dalam kamar mandi, kali ini menuju keluar kamar tidur untuk menemui sang suami tercinta yang sedang sibuk di dapur.

"Selamat pagi?" sapa Mario, ketika kedua lengan putih ramping melingkar di perut nya.

Kepala Hana hanya mengangguk lemah, malas bersuara karena liburan setelah pulang dari rumah sakit akan dihabiskan nya di dalam apartemen saja. Untuk mengusir kebosanan ia pun sudah mengundang para sahabat untuk menonton film di saluran berbayar, karena Mario belum mengizinkan Hana keluar karena tubuhnya masih lemah.

Mario berbalik setelah mematikan nyala api pada kompor, lalu kedua tangan nya melingkar di pinggang Hana. Senyum pria ini terukir lembut, menenangkan sang istri yang selama beberapa hari ini selalu uring-uringan.

"Mas masak nasi goreng, pasti sudah laparkan?"

Hana mendekap tubuh Mario, kepalanya pun manggut-manggut. Mario terkekeh, sembari mengusap surai hitam istrinya penuh kasih sayang.

Setelah beberapa saat makanan sudah siap di atas meja, ada nasi goreng tanpa sambal, dua telur ceplok, satu gelas susu strawberry hangat dan satu cangkir berisi kopi hitam panas.

Sepasang suami-istri ini makan sembari berbincang, obrolan yang didominasi oleh Mario. Pria ini memahami kalau Hana dalam perasaan tidak senang setelah rencana bulan madu mereka gagal.

"Telurnya dimakan, itu sosisnya juga," tutur Mario lembut.

Kepala Hana yang tadinya tertunduk kini sudah terangkat, tampak sepasang bola mata nya berkaca-kaca seperti seekor anak kucing.

"Hana mau jalan-jalan sama Bon bon, Bulan, Lea, dan Mimi," suaranya terdengar pelan penuh kehati-hatian.

Seketika suara sendok berdenting di atas piring, lalu sang empunya mengangkat segelas air mineral di sisi kanan, kemudian meneguknya tidak tandas.

"Baru kemarin keluar dari rumah sakit, mas bilang harus istirahat di apartemen saja. Lagipula Bon bon dan yang lain ke sini nanti siang kan?"

Mendengar petuah Mario bibir Hana mencebik, telapak tangan kanan nya kembali mengangkat sendok, memasukkan nasi goreng lezat itu, kemudian mengunyah asal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oh, Hana again !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang