Chapter 25 : Gadis gila vs Tante girang

38 4 3
                                    

Mario selalu siaga jika Hana membutuhkan bantuan nya. Maka itu, pria berusia 28 ini menuruti apapun yang akan Hana lakukan padanya.

"Diantara dua puting, tekan vertikal."

"Sayang pelan-pelan," gumam lirih Mario yang tengah terbaring tidak berdaya di atas kasur empuk mereka.

Hana yang sedang sibuk dengan kedua telapak tangan nya mengernyitkan dahi.

"Mas tidak suka Hana melakukan ini?!" ketus nya.

Kepala Mario menggeleng cepat.

"Kamu ingin tubuh ku dijadikan apapun itu terserah, kamu kan istri Mas," tutur lembut Mario, dilanjutkan dengan senyum nyengir.

Hana mengangguk lalu kembali memulai menekan.

"Ah!"

"Sa-yang."

Suara Mario tercekat, sedangkan si pelaku hanya terkekeh geli.

"Mas kalau melakukan CPR harus seperti ini. Hana harus totalitas, Hana coba lagi ya?"

Mario hanya pasrah, bahkan rencananya Hana akan menjadikan Mario seperti korban kecelakaan dengan tubuh bersimbah darah nantinya.

Beginilah resiko mempunyai istri seorang calon dokter. Mario harus tabah.

*

Setelah latihan melakukan pertolongan pertama di dalam kamar tidur mereka. Kini saatnya Mario bersantai dengan memanjakan Hana yang ada di atas pangkuan nya, sedang menonton layar Televisi yang tengah menayangkan program kartun Spongebob.

Hana terkekeh geli, sedangkan Mario tidak henti menciumi pipi gembul gadis kesayangan nya.

"Sayang, Senin depan hari ujian terakhir kan?" Diangguki oleh Hana.

Sudah hampir satu minggu Hana melaksanakan ujian semester, cukup berjalan lancar walaupun sering merasa kantuk jika menatap lembar soal, itu semua karena ulah Mario yang tidak kenal waktu mengajak Hana reproduksi.

Dengan lengan yang melingkar di perut ramping sang istri, Mario mengusap lembut kulit mulus Hana dibalik kaos longgar kebesaran nya.

"Kamu bahagia jadi istri Mas?" tanya Mario, dengan dagu menopang pada pundak kanan Hana.

Tentu saja Hana bahagia, tidak ada yang lebih bahagia dari hal ini.

"Bahagia!" celetuknya.

Mario menyingkap senyum manis, lalu menghujani Hana dengan ciuman bertubi-tubi di ceruk leher nya.

Hana tidak hentinya terkekeh geli, hingga suara bell berbunyi membuat kegiatan kedua nya terhenti.

Hana menengok ke arah Mario, begitupun Mario. Keduanya saling tatap lalu tersenyum geli.

"Mas buka pintu dulu." Diangguki oleh Hana yang kembali fokus pada tontonan nya.

Lima menit kemudian ...

Mario tidak kunjung kembali ke dalam. Hana memutuskan untuk berjalan ke arah pintu yang ternyata sudah tertutup.

Cekrek!

Kepala Hana menyembul keluar, namun lorong apartemen terlihat sepi.

"Kemana Suamiku?" gumam Hana, sembari mengusap dagunya.

Hana memutuskan untuk melangkahkan kaki, mencari Mario yang tiba-tiba menghilang.

Hingga tatapan nya terpatri pada dua insan sedang berdiri berhadapan di depan pintu lift itu.

Hidung Hana kembang kempis, desiran darahnya memanas, kepalanya hampir saja bertanduk dua.

"Hana?" suara sok lembut itu mengganggu gendang telinga Hana.

Oh, Hana again !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang