Chapter 3 : Lima anak

42 3 8
                                    

Mentari nampak cerah saat bulu-bulu mata lentik seorang Sahana Putri mengerjap-ngerjap pelan.

Kepala gadis cantik ini sudah berada di ujung ranjang dengan kedua kaki terlentang di atas kasur yang sudah begitu berantakan. Tidak ada pergerakan untuk bangun karena tubuhnya masih enggan untuk bangkit setelah semalaman merindukan sang pujaan hati nun jauh disana.

Jangan tanya juga kenapa tidak ada suara ayam jantan bernama Jago itu, karena mereka sedang berhubungan jarak jauh. Karena itu, Hana masih seperti seorang gadis terdampar di atas pulau kapuk.

Sedangkan dua mahasiswi yang ada di dalam ruang kamar tidur ini hampir selesai bersiap untuk melaksanakan Ospek hari pertama di kampus.

Kedua pasang mata saling menatap, mencoba berbicara dari hati ke hati namun tidak sampai di hati.

"Kamu saja yang bangunin," ucap gadis berkepang dua dengan pita merah pada dua surai yang dibagi dua.

"Aku?" tanya gadis berambut lurus sebahu.

Kepala gadis berkepang dua mengangguk pelan. Dengan keberanian nya karena belum mengetahui sepak terjang gadis berkulit putih yang kemarin diantar oleh sang pujaan hati, gadis berambut sebahu mencoba menggoyang-goyang kan bahu Hana yang sudah ada di ujung ranjang sedangkan kepalanya sebentar lagi akan menyentuh lantai.

"Permisi,.."

Kedua telapak tangan gadis ini berusaha memegangi pundak teman sekamarnya yang tidur seperti kerbau.

"Ehm itu, bangun.."

Bagaimana mau bangun, suara gadis ini saja bahkan tidak lebih kencang dari dengkuran Hana.

Gadis berkepang dua pun mendekati mereka, lalu mencoba membangunkan teman sekamar mereka yang sangat sulit terbangun.

Hampir lima menit mereka berusaha membangunkan Hana, tapi gadis ini seperti mayat hidup hanya keajaiban yang mampu menyentil hati kecilnya untuk bangkit dari alam mimpi.

"Ehm, nyam, nyam.."

"Ehm, pak Mario Mmuah.."

Suara gumaman Hana membuat dua gadis ini saling melirik, menatap heran.

Mulut Hana moncong ke atas seperti akan mencium sesuatu. Tentu saja di dalam mimpinya, Hana sedang mencondongkan bibir monyong nya untuk mencium sang pujaan hati, Mario Edward.

Tuk!

"Awww!"

Kepalanya baru saja terantuk di lantai, kemudian diikuti tubuhnya terhempas di lantai. Hana akhirnya bangun, dengan dua pasang mata menatap takjub padanya.

Kedua kelopak mata Hana mengerjap-ngerjap pelan, masih mencoba mengumpulkan nyawanya yang baru kembali setelah terbang ke bulan.

"Siapa kalian?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

Mereka kompak menyeringai, masih posisi tubuh Hana yang terlentang di lantai.

"Aku Mimi," ucap gadis berkuncir dua.

"Aku Lea," ucap gadis berambut lurus sebahu.

Suasana hening sejenak, terasa senyap hingga suara dari Toa menyadarkan mereka.

"Kepada seluruh mahasiswa baru, dalam lima menit harus sudah ada di lapangan!"

Sontak mereka terperanjat, Hana spontan bangkit, berlari mendekati koper bergambar sailor moon nya, mengobrak abrik isinya.

"Dapat!" celetuk Hana, saat berhasil menemukan kaos Ospek yang memang sudah diberikan saat mendaftar kemarin.

Tanpa basa basi Hana melepaskan piyama bergambar sailor moon nya di depan dua gadis yang tengah melongo.

Oh, Hana again !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang