Chapter 9 : Kesurupan

25 6 2
                                    

Apa yang paling Mario takuti? yaitu Hana merajuk atau ngambek. Bahkan sepanjang malam ia tidak bisa tidur. Tubuh nya di atas kasur empuk ini hanya bisa bolak balik, berguling, bangkit lagi, berbaring lagi, seperti itu terus hingga menjelang pukul 5 pagi ia masih tidak tidur.

Ponsel pintar milik nya bahkan sudah ia usap layarnya tidak terhitung berapa kali.

"Sayang, balas."

Mario benar-benar akan menangis, jangan harap melihat sikap seorang laki-laki dingin yang tidak banyak bicara. Ia adalah Mario, laki-laki dewasa yang cintanya sudah mentok di Hana. Cinta pertama juga akan menjadi cinta terakhir nya.

Helaan nafas Mario panjang, lalu jemari tangan kanannya menekan tombol 'Dial' atas nama 'Gadis kesayangan'.

"Ehm.., ha-lo?"

Mendengar suara serak bangun tidur Hana membuat Mario terperanjat, terburu-buru laki-laki ini duduk lalu menatap wajah gadis yang masih setengah sadar itu.

Senyum terbit di bibir Mario, wajahnya yang masam berubah cerah, berwarna warni bak pelangi.

"Selamat pagi sayang?" sapa Mario.

Tampak kedua kelopak mata yang mengerjap-ngerjap, begitu cantik dengan bulu-bulu mata lentik yang cukup panjang. Lalu dua bola mata besar dengan garis kelopak ganda yang begitu sempurna menyapa panggilan video nya di subuh buta.

Entah Hana sadar atau tidak, senyum cantiknya menyapa sapaan sang kekasih.

"Pak Mario tampan sekali," gumamnya dengan suara khas bangun tidur.

Akhirnya Mario bisa bernafas lega, gadis kesayangan nya tidak marah lagi.

"Sayang maaf ya aku bangunin kamu jam segini?" ucap Mario dengan suara lembut nya, begitu lembut seperti cream keju.

Tiba-tiba saja Hana mengingat sesuatu. Keadaan pun hening sejenak, membuat Mario juga berpikir.

Terperanjat Hana bangun, ternyata ini bukan mimpi.

"Bapak kenapa telepon Hana?"

"Sudah reproduksi nya dengan ibu Intan?"

"Bapak kan selingkuh!"

Seperti bebek yang mencari lumpur untuk berguling, Hana terus memBeo.

"Setelah aku seminar nanti kita jalan ya?" tutur Mario lembut, mencoba mengurai kemarahan sang kekasih.

Hana menatap wajah memelas kekasihnya, rasanya tidak tega harus menunggu hingga hari Sabtu. Tapi gadis ini sudah begitu matang mempersiapkan perayaan ulang tahun Mario ke-28 tahun, jika ia goyah maka semua akan gagal.

"Tidak perlu!"

Tut ... Tut ...

Mario di seberang sana tertegun, lolos sudah air matanya yang tertahan. Laki-laki dewasa ini menangis sesenggukan, terlihat lemah tapi dirinya begitu mencintai Hana jadi apa mau bisa dikata bukan?.

***

Sedangkan di dalam kamar asrama nya, Hana terlihat cemberut. Sungguh tidak tega melihat pujaan hatinya ia marahi habis-habisan tadi.

"Maaf ya pak, Hana harus konsisten agar surprise nya berhasil."

"Ehm.."

"Huft.."

"Hiks...hiks...hiks.."

Mendengar tangisan sosok wanita di subuh buta, Lea terbangun terlebih dahulu. Matanya beralih pada Hana dengan rambut panjang tergerai hampir menutupi wajahnya seutuhnya, sedang duduk di pinggiran ranjang.

Oh, Hana again !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang