06. Mati

252 42 0
                                    

"Kuroo, aku mendapatkan tugas sejarah sihir. Aku di suruh memperkirakan kenapa kau bisa mati dan bereinkarnasi kembali. Tetapi karena aku malas memperkirakan, bolehkah aku menanyakannya langsung padamu?" tanya Kenma dengan jelas dan dengan satu hembusan nafas. Membuatnya berkata dengan intonasi yang cepat.

Untungnya Kuroo memahaminya.

Kuroo mengangguk mendengar itu. "Tentu saja boleh."

Senyum senang terukir di wajah Pangeran bungsu itu. Dia segera mengeluarkan buku dan penanya untuk mencatat beberapa hal yang Kuroo katakan.

"Jadi, aku harus mulai dari mana?" tanya Kuroo.

Kenma menempelkan pena itu ke dagunya seolah berfikir. Beberapa detik kemudian dia mendapatkan sebuah ide.

"Sebab akibat kematian pertamamu!" ucap Kenma.

"Kematian pertamaku terjadi karena aku tidak sengaja berjalan dan memasuki salah satu sarang hewan buas dan tanpa aba-aba dia menyemburku dengan cairan yang mematikan." jelas Kuroo.

"Dan ya, aku mati."

Kenma mendesis mendengar Kuroo yang menjelaskan dengan santai bahkan tidak merasa sakit sama sekali.

"Apakah sakit?"

Kuroo mengerjapkan matanya mendengar itu dan menatap Kenma. "Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku merasa sakit karena aku belum memiliki kemampuan regenerasi pada saat itu."

Kenma menghela nafasnya kemudian menggerakkan tangannya untuk menulis beberapa kata pada bukunya itu.

Setelah selesai menulis, dia mendongakkan kepalanya. Menatap Kuroo seolah berkata 'lanjutkan'. Kuroo yang paham akan tatapan itu pun kembali berkata.

"Di kehidupanku yang ke dua, aku sudah mendapatkan kekuatan regenerasi. Dan pada saat itu aku melawan iblis ular kelas kehancuran dan kebinasaan."

Mata Kenma membulat sempurna mendengar itu. Tangannya spontan menggenggam sel yang ada di hadapannya.

"Kelas kehancuran dan kebinasaan?!"

Kuroo mengangguk mendengar itu.

Kenma menggeleng tak percaya. Ayolah, meskipun Kenma selalu membolos pada saat pembelajaran. Tapi dia tahu bahwa iblis kelas kehancuran dan kebinasaan adalah yang terkuat. Terlebih.... Dia iblis ular.

Wajar jika Kuroo mati ketika melawannya.

Genggamannya pada sel itu perlahan mulai melemah dan kembali terjatuh bebas. "Ah.... Wajar kau mati."

"Tidak."

"Aku tidak mati ketika melawan iblis itu."

Kenma mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar itu.

"Eh?"

Kuroo menganggukkan kepalanya. "Aku menang ketika melawannya."

Kenma tersenyum kikuk mendengar itu. Ayolah... Kuroo menang melawan seorang iblis? Terlebih dia adalah iblis kelas kehancuran dan kebinasaan.

Tapi itu wajar.

Dia adalah penyihir dunia bawah kelas kegelapan.

Tentu saja itu wajar, kan?

IYA, KAN?!

"A-jadi seperti itu.... Lalu, kau mati karena apa?"

"Setelah aku melawan iblis itu aku berjalan mendaki sebuah gunung merapo. Dan karena aku mengantuk tanpa aku sadari aku tercebur kedalamnya."

Kenma yang mendengar itu menganggukkan kepalanya. Meskipun perkiraannya sangat melenceng karena kematian Kuroo sedikit tidak keren, ya.

Dia menggerakkan tangannya lagi dan kembali menulis. Setelah selesai menulis, dia kembali menatap Kuroo.

"Setelah itu, di kehidupanku yang ke tiga aku mencoba menantang roh matahari."

Kenma menggerakkan tangannya lurus ke depan seolah menyuruh Kuroo berhenti berbicara. Dia memiringkan kepalanya sedikit akibat heran dengan perkataan yang terlontar dari mulut penyihir itu.

"Roh matahari? Roh matahari yang itu?"

Kuroo ikut memiringkan kepalanya mendengar itu. "Roh matahari hanya ada satu di dunia ini, Kenma."

Kenma menurunkan tangannya kemudian tersenyum. Cukup, sudah cukup. Kenma sudah lelah di buat terkejut oleh Kuroo.

"Ya, kau benar. Sudah pasti roh matahari yang itu, kan." Kenma berkata sambil menganggukkan kepalanya.

Kuroo berhenti memiringkan kepalanya dan mengangguk. "Ya..."

"Dan sisa reinkarnasiku aku habiskan untuk membunuhnya."

Kenma mengerjap beberapa kali. "Kau—membunuhnya?"

Kuroo mengangguk dan tersenyum manis sambil mengeluarkan auranya yang mencengkam.

Kenma yang merasakan aura menyeramkan dan sangat mengintimidasi itu bergidik ngeri. Dia serasa sulit bernafas akibat aura penyihir kegelapan ini.

"C-cukup.."

Kuroo yang mendengar itu sontak menekan auranya kembali. Dia menatap Kenma dengan tatapan penuh kekhawatiran.

"Maaf Kenma, kau tidak papa, kan?"

Kenma mengangguk sambil memegang lehernya yang terasa tercekik akibat aura itu.

Sial, benar-benar mengerikan.

Wajar jika dia bisa membunuh roh matahari.

Padahal, roh matahari adalah roh terkuat yang mengatur keseimbangan dunia.

Dan... Jika roh matahari telah mati beberapa ribu tahun yang lalu. Siapa yang menjaga keseimbangan dunia saat ini?

Kenma menatap Kuroo yang masih tampak panik ketika memikirkan hal itu.

Tidak mungkin Kuroo, kan?

Kenma melepaskan tangannya yang memegang lehernya itu.

Dia menatap Kuroo dengan tatapan lembutnya kemudian berkata.

"Jika roh matahari mati, siapa yang menjaga keseimbangan dunia ini?"

Kuroo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya... Kau tahu? Roh bulan dan matahari itu sangat dekat... Jadi...."

Kenma menyipitkan matanya ketika mendengar itu. Oke, dia tahu siapa yang menjaga keseimbangan dunia saat ini.

"Roh bulan yang menjaganya?"

Kuroo mengangguk. "Iya."

Kenma menghela nafasnya kemudian kembali menulis di dalam bukunya. Dari kelima kematian yang pernah Kuroo alami. Kematian yang ke tiga hingga terakhir Kenma rasa adalah yang paling parah.

"Bagaimana kau membunuhnya, Kuroo?" Kenma bertanya sambil menutup bukunya dan memberikan fokus penuhnya pada Kuroo.

Kuroo tersenyum. Kemudian menjentikkan kedua jarinya dan tepat setelah itu, buku yang tadinya berada tepat di pangkuan Kenma. Kini sudah berada di tangannya.

Kenma yang melihat itu terkejut bukan main.

Kenapa?

Kenapa Kuroo bisa mengambil alih bukunya?!

Ouji To Majo • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang