Kuroo membuka matanya ketika merasakan tanda kontraknya dengan Bakeneko perlahan mulai menghilang. Dia menatap pergelangan tangan yang seharusnya ada bekas cakaran roh kucing itu yang menandakan bahwa mereka berdua melakukan kontrak.
Namun, sayangnya tanda itu menghilang.
Tatapan lempengnya seketika berubah menjadi datar.
"Bakeneko.... Mati, ya?" Kuroo bergumam ketika menyaksikan pergelangan tangannya.
Dia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Menatap sel tahanan penjara bawah tanah yang selalu di tempati olehnya. Hingga akhirnya pandangannya terpaku pada suatu tempat di mana Kenma biasa duduk di sana.
Dia menghela nafasnya, mencoba menenangkan dirinya meskipun dia memiliki firasat tidak enak akan semua ini.
Kuroo memejamkan matanya, mencoba memperluas sihir pendeteksinya ke seluruh bagian istana untuk mencari keberadaan Kenma.
Namun, dia tidak menemukannya.
Kuroo membuka matanya kembali. Iris hitam yang datar itu perlahan berubah menjadi dingin dan tajam, bahkan aura membunuh terpancar dari dirinya akibat tidak mendapati Pangeran bungsu itu di seluruh bagian istana.
Ctak
Dia menjentikkan jari telunjuk dan jempolnya, tak lama muncul dua burung gagak berukuran sedang yang bertuliskan Huginn dan Muninn di masing-masing tubuh mereka.
Kuroo menatap datar dua burung gagak itu kemudian berkata.
"Berpencar kemudian cari Kenma sampai dapat." titahnya dengan tegas.
Kedua burung itu mengangguk kemudian Kuroo membukakan gerbang teleportasi-nya agar kedua burung itu bisa keluar dari sel dan memenuhi perintahnya.
Setelah burung itu keluar, Kuroo bangkit dari duduknya. Tepat setelah dia bangkit rantai yang mengikat kaki, tangan serta lehernya hancur secara tiba-tiba.
Kuroo melangkahkan kakinya. Dan baru dapat satu langkah, tiba-tiba saja dia merasakan salah satu segelnya di pecahkan secara paksa.
Kuroo berhenti melangkah, aura hitam dan mencengkram menghiasi seluruh sel bawah tanah itu. Bahkan aura itu terasa dingin dan mengerikan.
"Yaku..... Sepertinya kau memang ingin di bunuh, ya?" ucapnya sambil menggenggam sel itu.
Dia mengeratkan genggamannya pada sel itu dan tak lama sel itu pun hancur berkeping-keping dan membuat lubang yang besar yang memudahkan Kuroo untuk keluar.
•••••
Yaku dan Suguru tiba di goa yang biasa mereka gunakan untuk menyerahkan tumbal agar bisa membuka segel Typhon yang di buat oleh Penyihir kegelapan itu.
Suguru meletakkan Kenma pada batu yang ada di sana kemudian terkekeh pelan, dia membiarkan ular-ularnya itu mengelilingi tubuh Kenma untuk memastikan bahwa Kenma masih tidak sadarkan diri.
Yaku berdiri dengan jarak yang cukup jauh dari altar batu itu. "Oy Suguru, cepat mulai ritualnya."
Suguru yang mendengar itu meliriknya sekilas. "Kau benar-benar tidak sabaran, ya?"
"Baiklah, aku akan segera memulainya." Suguru berkata sambil menatap Kenma yang sudah berbaring di altar itu.
Dia menjulurkan tangannya seolah menyuruh ular-ular itu kembali padanya. "Spatium temporis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ouji To Majo • Kuroken[✔]
RandomPangeran dan Penyihir tidak bisa bersatu, dan semua orang tahu itu.