08. Rencana

263 45 0
                                    

"Sebentar lagi Ayahanda akan turun tahta." ucap Kenma sambil menatap lekat sel besi yang ada di hadapannya.

Kuroo yang mendengar perkataan lirih itu sontak mengubah posisinya menjadi duduk menyila seolah mendengarkan Kenma dengan serius.

"Kau akan menjadi Rajanya?"

Kenma tersenyum remeh mendengar itu. "Kau meledekku? Aku omega, mana mungkin menjadi Raja."

A, Kuroo melupakan syarat merepotkan itu.

"Tapi kurasa energi sihirmu lebih besar dari pada Yaku, kan?"

Kenma menghela nafasnya. "Itu tidak ada gunanya Kuroo, jika kau memiliki energi sihir yang besar tetapi kau adalah omega. Kau tidak akan menjadi Raja."

Kenma menempelkan kepalanya pada sel yang ada di hadapannya. "Lagi pula aku tidak tertarik untuk menjadi Raja."

"Aku sudah berencana pergi dari kerajaan ketika aku menginjak umur 20 tahun."

Kuroo yang mendengar itu tentu saja mengangkat satu alisnya. Woah... Rencana kabur yang sudah di rencanakan dari jauh-jauh hari, ya?

"Kemana kau akan pergi?" tanya Kuroo dengan suara beratnya.

Kenma mengedikan bahunya, dia melirik Kuroo yang ada di hadapannya tanpa mengangkat kepalanya.

"Aku tidak tahu, yang jelas aku akan berkelana atau bahkan pergi ke tempat yang jauh dari kerajaan Dread."

"Dunia luar itu kejam, kau yakin bisa bertahan di sana?"

"Lagi pula, tetap menjadi Pangeran dan terus menetap di istana bukanlah pilihan yang buruk." ucap Kuroo sambil menatap lekat surai dwi warna yang menyembunyikan wajah cantik itu.

"Itu lebih buruk. Lebih baik aku pergi dari sini." ucap Kenma sambil mendongakkan kepalanya.

Kuroo yang mendengar itu mengangguk-anggukan kepalanya. "Baiklah baiklah, kalau begitu akan kuingat hari ini Pangeran bungsu kerajaan Dread telah merencanakan pelariannya untuk 3 tahun yang akan datang."

Kenma yang mendengar perkataan itu sontak melotot, menatap Kuroo dengan tatapan tak percayanya.

Dia berdecak pinggang mendengar itu. "Aku tidak akan membiarkanmu memberitahukan hal itu pada siapapun!"

"Aku tetap ingin memberitahukannya!"

"Jika kau tetap ingin memberitahukannya, aku tidak akan membawamu!"

Alis Kuroo bertaut heran mendengar perkataan Kenma. "Hey, kau berencana membawaku juga dalam pelarianmu?"

Kenma mengangguk yakin. "Tentu, memangnya kau ingin ku tinggal di sini?"

Alisnya berhenti bertaut, kemudian gelak tawa menggelegar menghiasi sel yang terasingi itu.

"Hahahahahaha."

Kenma berhenti berdecak pinggang menyaksikan Kuroo yang tertawa terbahak-bahak itu. Apakah ada yang lucu dari perkataannya?

"Kenapa kau tertawa? Apakah ada yang lucu dari perkataanku?"

Kuroo memegang perutnya dan perlahan gelak tawa yang tadinya menghiasi ruangan itu kini perlahan mulai menghilang.

"Semua." Kuroo menyunggingkan senyum lembutnya. "Semua perkataanmu lucu, Pangeran."

Mendengar itu tentu saja membuat Kenma menatapnya dengan tatapan yang tidak terima. Dengan cepat dia menyelipkan tangannya di sela-sela besi itu dan mencubit hidung Kuroo dengan cukup kencang sehingga membuat sang empu meringis dan kembali tertawa.

"Hahahaha aw aw ahahahaha." Kenma menggeram gemas akibat Kuroo yang tidak kesakitan itu.

Dia melepaskan cubitannya kemudian kembali menatap Kuroo dengan tatapan kesalnya.

Kuroo terkekeh menyaksikan Kenma yang tampak kesal itu. Dia membiarkan tangannya yang di rantai itu terjatuh bebas ke tanah dan kembali berkata.

"Maksudku—kau saja tidak bisa mengeluarkan ku dari sel ini. Bagaimana caranya kau akan membawaku ikut dalam pelarianmu?"

Pertanyaan Kuroo berhasil membuat Kenma berhenti menatapnya kesal. Kini tatapannya berubah menjadi lebih intens hingga akhirnya dia berkata.

"Aku yakin kau bisa keluar sendiri dari sini tanpa bantuanku! Mengingat teleport mu sudah tingkat SS+." jawab Kenma.

Kuroo mengangguk mendengar itu. "Ya, memang benar, tetapi aku tidak ingin keluar dari sini."

Pernyataan itu membuat Kenma kembali menatapnya kesal. Dia bahkan menggembungkan pipinya saking kesal dan gemasnya pada penyihir kegelapan ini.

"Grr... Ya sudah, aku nanti akan meningkatkan teleport ku menjadi SS dan aku akan mengeluarkan-mu secara paksa dari dalam sana." ucap Kenma dengan sangat yakin.

Kuroo yang mendengar itu terdiam beberapa saat hingga akhirnya terkekeh pelan.

"Lihat, dia membelot kerajaannya sendiri."

Kenma makin menggembungkan pipinya mendengar itu. Dia mendekatkan wajahnya pada sel itu lagi saking kesalnya dengan Kuroo.

"Aku tidak membelotnya."

"Lagi pula Pangeran ketika berumur 20 tahun akan bebas melakukan apapun. Dan aku hanya ingin mencoba melakukan sesuatu yang baru." jelasnya.

Kuroo tersenyum miring mendengarnya. Dia ikut mendekatkan wajahnya pada sel itu hingga membuat jarak diantara wajahnya dan Kenma hanya beberapa centi lagi.

"Lakukan, aku akan selalu mengikuti+mu kemana pun kau pergi."

Blushh

Wajah Kenma memerah ketika mendengar Kuroo mengatakan hal itu.

Terlebih, dengan jarak yang sedekat ini.

Dia segera menjauhkan wajahnya dan memalingkan pandangannya. Jantungnya berdebar hebat akibat hal itu.

"Y-y-yaa kau me-me-memang harus terus mengikuti-ku, hahaha." Kenma mengatakan itu diiringi ketawa garingnya.

Sementara Kuroo hanya tersenyum tipis menyaksikan pangeran kecilnya itu salah tingkah.

"AKU MENGUTUKMU PENYIHIR KEGELAPAN! KAU AKAN TERUS BERADA DI MEDAN PERANG HINGGA PENGHUJUNG USIAMU. DAN KAU AKAN TERBUNUH OLEH SEORANG PANGERAN DENGAN KEKUATAN SIHIR YANG BESAR!"

Senyum tipisnya perlahan menghilang ketika dia mengingat perkataan yang terlontar dari mulut roh matahari tepat sebelum ajal menjemputnya.

Ya, roh matahari mengutuknya.

Dan kutukan yang roh matahari berikan adalah mutlak. Tidak bisa di hindari oleh sihir apapun.

"Apakah Pangeran yang dimaksud itu adalah kau, Kenma?" dia membatin sambil terus menatap lekat Kenma yang masih salah tingkah itu.

Semoga saja iya.

Kuroo tidak masalah.

Benar-benar tidak masalah jika ia harus mati di tangan orang yang di cintainya.

Ouji To Majo • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang