Swallow The Bait

196 25 0
                                    

Sebelum mataku benar-benar terbuka, aku selalu bermimpi sedang digauli oleh Sehun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum mataku benar-benar terbuka, aku selalu bermimpi sedang digauli oleh Sehun. Berulang kali. Rasanya seperti nyata. Namun, aku tak bisa membuktikan sebab seingatku aku hanya diam membiarkannya.

Bukan plafon kumuh yang menyambut netraku, melainkan beton putih mengkilap yang lampunya menjorok ke dalam, tenggelam bersamanya. Aku tidak tahu sedang berada di mana. Apa ini hotel?

Aku bangkit. Dengan bantuan kedua siku, aku berhasil menyandarkan punggung ke kepala ranjang. Mataku menjelajahi ke sekeliling. Bentuk ruang atau mungkin kamar ini belah ketupat. Tidak lazim. Ranjangku menghadap langsung ke gorden yang menjuntai dari langit-langit sampai ke lantai. Sekali lagi, desainnya aneh bagiku. Walau terlihat tebal, aku yakin dua sudut di baliknya adalah kaca. Sisa sudut lain ialah beton berwarna putih gading.

Tempatnya luas, tetapi furnitur di sini tidak banyak. Hanya pot bunga di sudut, nakas, serta meja rias dengan perangkatnya. Di sisi lain ada dua pintu yang saling berhadapan.

Dibanding hotel, sepertinya lebih pantas disebut rumah. Dan jelas ini bukan rumahku.

Mataku terpejam. Mencoba menggali kepingan memori. Seharusnya aku berada di Rusia, bukan?

Ya, andai saja Sehun tidak datang dan membiusku.

Aku membeliak. Refleks memeriksa pakaian yang kupakai. Piama satin biru tanpa lengan dengan tali spageti melekat di tubuhku. Ini gaun pemberian Sehun. Gaun favoritnya. Katanya, dia suka sebab kainnya menerawang seolah sengaja menggoda menampilkan aset di baliknya. Karena itu pula aku tahu bahwa selain gaun ini, aku tidak mengenakan apa-apa.

Aku memeluk tubuh. Merasa telanjang. Malu. Hina. Jijik. Aku benci pada diri sendiri.

Dulu, aku pernah tersipu oleh rayuannya.

Dulu, aku senang disanjung Sehun yang menghaturkan pujian tulus.

Dulu, aku menyukai setiap sentuhan yang membuatku mengawang ke nirwana.

Sekarang, aku harus menghadapi kenyataan karena sesungguhnya Sehun mendorongku ke jurang yang bernama dusta.

Hatiku terisi marah, dendam, semua perasaan negatif yang ditimbulkan Sehun. Lelaki itu mau apa lagi? Bukankah dengan Margarit yang menyampaikan fakta artinya hubungan ini harusnya berakhir?

Bukankah seharusnya Sehun membiarkanku pergi kalau aku lari?

'You'll never going anwhere, Bae. Unless I let you go.'

Dua kalimat yang tiba-tiba bergaung menyentakku keras. Buru-buru kusibak selimut dan menapakkan kaki.

Aku berjengit kala dingin marmer menyapa kulit. Tungkaiku perlahan mundur. Memperhatikan lebih detail ranjang yang berkelambu laksana tempat tidur raja. Begitu besar hingga tampak sedang mengolokku.

Sehun bilang tidak akan membiarkanku pergi. Itu artinya aku tidak akan lepas dari jeratannya.

Tidak.

Aku tidak mau.

Adiksi || Hunrene [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang