"kak" cegah gadis itu saat melihat lawan bicaranya hendak pergi, nafasnya sudah memburu mencoba menahan sesak pada dadanya. bahkan, air matanya sudah menggenang di pelupuh matanya siap untuk jatuh membasahi pipi
"Maaf" tutur lelaki menatap gadis didepannya yang sudah terisak sambil memegang ujung seragamnya, seolah olah menahan agar ia tak pergi dari hadapannya
"Kasih aku alesan. kenapa, kakak mutusin aku tiba tiba. padahal, hubungan kita Baik baik aja" balas gadis itu meminta alasan. kenapa, pertanyaan itu selalu berputar di kepalanya saat tiba tiba ia mendengar kata putus dari pacarnya padahal hubungan mereka baik baik saja
"Li dengerin aku, kakak punya alesan kenapa. Kakak, mutusin kamu" jawab Laskar memegang pundak gadis di depannya yang sudah menangis, berharap ia akan mengerti
"TAPI ALESANNYA APA KAK" teriak gadis itu marah menghentakkan tangan yang berada dipundaknya "aku tuh cuma butuh penjelasan kakak. Bukan, alesan alesan yang gak jelas yang dari tadi kakak ulang ulang, kakak gak mikirin perasaan aku" tutur gadis itu kembali menangis
"Li maa-"
"Oke kakak mau putus kan. kita, udahan sekarang aku gak mau berhubungan sama kakak lagi. Dan, jangan pernah cari aku" potong Lia muak yang terus mendengar kata maaf tanpa ada penjelasan
"Mau aku anterin pulang" tutur Laskar tanpa rasa bersalah
Lia yang mendengar itu terteguh, air mata yang awalnya keluar dengan deras, tiba tiba berhenti seperti ada keran yang mematikanya " apa apaan ini" batinya lalu mengusap kasar sisa air mata
"Gak usah makasih " jawab Lia lalu meninggalkan Laskar di taman yang sudah sepi karna hujan akan turun
"Berengsek" maki Lia yang sudah di bonceng ojek yang ia pesan untuk pulang kerumah, sudah berkali kali ia mengelap air mata yang keluar dari matanya. tapi, percuma karna terus keluar
"Kenapa mbak" tanya tukang ojek itu saat mendengar umpatan dan suara isakan
"Gak pa-pa" jawab Lia dengen seseguk, ia jadi ingin kembali menangis karna ditanya telah perkataan 'kenapa'
"Mau saya beliin minum" ucap tukang ojek itu kembali saat mereka di lampu merah, ia dapat Melihat penumpangnya sedang ada masalah yang membuatnya bersedih
"Dek air mineralnya satu" panggil tukang ojek itu pada anak anak yang berjualan di lampu merah
Lia diam menatap mas mas tukang ojek yang sedang mengobrol dengan anak anak yang berjualan di Lampu merah. ia merasa tidak enak tapi sebelum ia mengucapkan kalimat untuk menolak tawaran itu. ia kalah cepat dengan tukang ojek Yang lebih dulu memanggil pedagang
"Nih mbak " ucap tukang ojek itu sambil tersenyum menyerahkan botol air mineral yang baru di beli
"Ganteng" gemam Lia dengan muka sembab terpesona dengan mas mas tukang ojek pesanannya
"Kenapa mbak" tanya tukang ojek itu memastikan
"Ehh enggak" panik Lia yang tertangkap bahas "Makasih mas" ucap Lia menerima air itu
"Uangnya kebanyakan mbak " ucap mas mas ojek itu menyerahkan Lima lembar uang berwarna biru yang di berikan costumer nya untuk membayar ongkos
"Gak papa mas ambil aja" tolak Lia menyerahkan helm yang baru ia lepas
"Ini banyak banget Lo mbak " tuturnya tak enak
"Gak papa mas. itu, buat gantiin uang masnya yang udah beliin saya minum" jelas Lia
"Kalau itu saya ikhlas mbak"
"Yaudah gini aja deh mas. Itu uang, saya kasih masnya untuk tip karena udah ngehibur saya" ucap Lia lucu karna mereka belum menemukan titik terang
"Beneran ini mbak " ucap tukang ojek itu memastikan
"Iyaa mas" balas Lia tersenyum mendengar nada senang dari pemuda di depannya
" Makasih mbak"
Lia terdiam menatap dirinya di pantulan kaca meja rias. menyediakan, kata yang pas untuk menggambarkan dirinya Saat ini
"Gw gak tau kalau kehilangan cinta pertama, itu. Sesakit ini" monolog Lia pada dirinya yang berada di pantulan kaca , air matanya kembali keluar bersama suara isakan yang semakin terdengar jelas
"Kenapa Lo"
Lia yang sedang menangis tersentak tiba tiba ada suara yang memangginaya " ngagetin aja Lo" ucap Lia kesal melihat kembarannya yang berdiri didepan pintu kamarnya. Melihat itu Lia mencoba menghentikan tangisannya dengan menghapus sisa sisa air matanya
"Gw tanya sama Lo kenapa" ucap aji dingin melihat kembaranya menangis. Seperti, orang yang baru menerima cobaan
Lia yang ditanya begitu kembali menangis terisak menyembunyikan kepalanya di atas meja rias
"Gw suruh Lo jawab, bukan suruh nangis" ucap aji kesal melihat tingkah laku adiknya. Lalu ia masuk kedalam kamar dan duduk di kasur menghadap Lia yang menangis seperti bocah yang tidak di belikan permen
"Pergi sana" ucap Lia terbata bata dengan air mata yang masih mengalir. Ia, menatap kembarannya yang menatap dirinya dengan tatapan mengejek "gak usah ngejek Lo" potong Lia saat ia tau bahwa Aji akan menggoda dirinya
"Makanya Lo jawab. Kenapa, bisa nangis" tutur aji menekan kata terakhirnya
"Gw putus sama laskar" balas Lia menghela nafas mencoba menahan air matanya yang hendak keluar
"Kok bisa" tanya aji kaget, masalahnya mereka sudah lama berhubungan dan alasan mereka bisa mengenal karna dirinya
" Gak tau tanyain itu temen Lo" ejek Lia pada aji yang sudah percaya pada temanya itu tidak akan membuatnya menangis
Aji hanya diam mendengarkan ejekan dari kembaranya. Ia Menghela nafas mencoba menahan emosinya
"Sana cuci muka, muka Lo kek gambel" ucap aji tak bohong, Lia memang mirip sekali dengan gembel. apalagi penampilan Lia benar benar kacau. Rambut berantakan, muka sembab, ada ingus yang mengalir. pas sekali jika ia jadikan pengemis di lampu merah
"KURANG AJAR LO AJI SIALAN" teriak Lia saat melihat Aji keluar dari kamarnya setelah menghina dirinya
"Mau kemana Lo" tanya Lia yang baru sampai ruang tamu, melihat aji hendak pergi
"Ada urusan bentar" jawab aji menghentikan langkahnya. lalu melihat Lia yang sudah layak menjadi manusia dan berlalu hendak pergi
"Gak usah aneh aneh aji" ucap Lia santai menghentikan langkah kembaranya
"Bisa Lo berhentiin gw" jawab aji santai
"Masalahnya udah selesai" tutur Lia mencoba menjelaskan
"Itu masalah Lo yang udah selesai. tapi, masalah dia sama gw belum selesai" ejek aji menatap Lia yang sudah panik lalu melanjutkan langkahnya
"AJI GAK USAH MACEM MACEM" teriak Lia mencoba menghentikan aji yang sudah menaiki mobil miliknya dan berlalu pergi tanpa memperdulikan teriakan nya . "Ahkk ini semua gara gara Lo Lia" maki Lia pada dirinya sendiri. Ia tak bodoh, tindakan apa yang akan aji lakukan pada seseorang sudah membuatnya menangis
"Kak yasa" teriak Lia lalu lari masuk kedalam kamarnya untuk menelfon salah satu temen dekat Aji
Drttt
"Anjir emang ni dosen" Kesal Yasa setelah dosen yang baru saja mengajar, pergi meninggalkan kelas tanpa rasa bersalah, setelah memberi tugas
Drttt
"Halo Li" Sapa Yasa setelah mengangkat panggilan dari Lia
"Kok bisa" Ucap Yasa shock sendiri, saat Mendengar Aji ingin menghajar Laskar, Tanpa banyak tanya Yasa langsung membereskan barang barangnya
"Gw kesana" Yasa langsung memutuskan panggilan dan berlari keluar kelas menuju parkiran
.
.
.
.
.Jangan lupa vote dan follow
Semoga suka
Hii aku gak tau gimana cara aku bisa buat cerita ini. jadi aku harap kalian suka
Ini cerita pertama aku
Maaf yaa kalau enggak nyambung aku baru belajar
Lopp youuu