reality

133 21 9
                                    

"Lo kesini buat ngehajar gw kan" ucap laskar saat melihat Aji datang kerumahnya  "Silahkan. Gw, kasih Lo kesempatan buat lampiasin kemarahan Lo" lanjutnya dengan nada menantang

BUGHH

"TANPA LO SURUH GW TETEP BAKAL MUKULIN LO YAA BERENGSEK" balas Aji marah setelah memberikan satu bogem

"Maksud Lo apaa buat kembaran gw nangis" ucap Aji marah menarik kerah baju yang di pakai Laskar

Laskar yang mendengar itu terkekeh lalu menatap lawan bicaranya "Pengen aja" balasnya kelewatan santai

"LOO-"

"UDAH WOY" teriak Yasa yang baru sampai "udahh" ucap Yasa tenang lalu menarik paksa tangan Aji karna melihat Laskar seperti tercekik

"Apaan sih Lo" tutur Aji tak terima karna dipisahkan

Yasa yang mendengar itu menghela nafas mencoba memberi pencerahan "Ji gw tau Lo emosi. Tapi, gak usah pake kekerasa-"

"Dia udah buat Lia nangis" potong Aji

"Maksudnya" balas Yasa tak paham. Ia tahu betul, Kalau Aji akan memberi pelajaran kepada siapa pun yang sudah membuat kembarannya menangis

"Gw mutusin Lia" balas Laskar melihat tetapan menuntut penjelasan

"Kenapa" tanya Yasa masalahnya hubungan mereka baik baik saja. Bagaimana bisa

"Ga ada"

"Jawab yang bener" Ucap Yasa tenang penuh penekanan

"Bosen"

"Bajingan Lo" maki Aji yang ingin kembali menghajar Laskar tapi lebih dulu di hadang oleh Yasa

"Tenang dulu ji" ucap Yasa yang ikut terpancing emosi "Bosen dalam sebuah hubungan itu hal biasa Kar. Hubungan Lo, sama Lia itu bukan baru kemaren sore tapi udah tiga tahun. Lo, gak inget gimana Lo mohon mohon sama Aji biar dikasih izin buat deketin kembaranya"

"Gw selama ini jaga Lia biar gak di sakitin orang lain. Gw, pikir Lo bisa dipercaya karena gw kenal sama Lo. Ternyata, Lo sama brengseknya" ejek Aji "Jangan pernah muncul dihadapan Lia" lanjutnya sebelum pergi

"Lo gak ngapa ngapain Laskar kan" tanya Lia saat melihat kembarannya masuk kedalam rumah

Aji yang mendengar itu menghela nafas "Gak yakin" balasnya santai lalu berlalu meninggalkan Lia

"Jazziel"

Aji menghela nafas saat Lia memanggilnya dengan nama lengkap "Mau Lo apa" tanya Aji menatap kembarannya

"Lo gak mukulin dia kan" ucap Lia hati hati agar tak kembali memancing emosi kembarannya

Aji yang mendengar itu mengacak acak rambutnya dengan frustasi "Jangan pernah ketemu sama bajingan itu" ucap Aji penuh penekanan

"Siapa juga yang mau ketemu sama dia lagi" balas Lia santai "Gw cuman tanya. Lo, mukulin dia atau enggak"

"Menurut Lo"

"Mukulin"

"Tu Lo udah tau jawabannya" ucap aji lalu meninggalkan Lia menuju dapur

Lia menatap kepergian Aji dengan pandangan tidak jelas, air sudah membendung di matanya. Perasaannya kembali kacau. Lagi dan lagi Lia menangis, entahlah saat ini, ia hanya ingin meratapi nasibnya yang buruk ini.

"AJI" panggil Lia saat melihat kembaranya sedang makan di kantin sambil bermain handphone  "Anterin gw pulang" ucap nya saat sudah di hadapan Aji

"Males, gw masih ada kelas" balas aji ogah ogahan menatap kembarannya yang masih memohon

"Kelas Lo masih 2 jam lagi"

"Sok tau Lo"

"Gw udah tanya kak Yasa tadi. Kelas Lo masih ada dua jam lagi. ayo anterin, Gw gak bawa mobil"

"Salah Lo sendiri" ejek Aji yang kembali fokus pada layar handphone

"Ayolah Ji, Lo kan cuman nganterin gw, habis itu bisa langsung balik lagi"

"Nih gw pesenin ojek online" balas aji memperlihatkan layar handphone miliknya

Lia yang melihat itu memutar bola matanya malas "Suruh Nganterin gw aja males Lo"

"Berisik Li, udah baik gw mesenin ojek online. Tuhh, ojeknya udah nungguin di depan parkiran Deket taman yang ada kolamnya" balas Aji mengusir Lia

Lia menatap jengkel Aji, dengan kesal ia pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"MAKASIH YAA" teriak Aji menyindir Lia, tapi sama sekali tak di gubris oleh Lia. Aji menatap punggung kembaranya yang mulai hilang di pandangannya.

Ini hari pertama Lia masuk kuliah, setelah 2 minggu mengurung diri di kamar. Aji berjanji pada dirinya sendiri, tak akan membiarkan orang lain membuat Lia menangis. Karna hanya dia yang boleh membuat Lia menangis

Thinghh

Juna membuka handphone miliknya yang menampilkan notifikasi aplikasi

"Eh gw duluan yaa" pamit Juna pada teman temannya yang masih sibuk mengobrol

"Aelah cepet banget, dosen aja baru keluar, gak nongkrong dulu" balas Satria salah satu teman Juna

"Kaga dulu" balas Juna menunjukkan layar handphone miliknya yang menampilkan layar aplikasi pesan ojek online, lalu berlalu pergi menuju parkiran motor

"Ojek atas nama jazzi- EH masnya"

Juna yang sedang duduk diatas motor langsung menoleh kebelakang

"Eh mbaknya" sapa Juna mencoba ramah walaupun sebenarnya ia lupa siapa sebenarnya orang yang di depannya

"Saya kira gak bakal ketemu masnya lagi, makasih yaa mas minumnya yang kemaren" Lia mengungkit kejadian sebelumnya, karna tak ingin malu sa,at melihat tatapan bingung mas mas ojek di depannya

"Iya mbak sama sama" balas Juna mengingat orang di depannya sembari  menyerahkan helm kepada costumernya

Juna diam semberi menatap costumer di depannya yang menggeram kesal saat kesulitan memakai helm

"Sini mbak saya pakein" inisiatif Juna merebut helm yang di pegang oleh Lia dan langsung memakaikan

Lia yang mendapat perilaku seperti itu tersentak "mas harusnya megangin barang saya aja" ujar Lia mengakat barang barang yang ia bawa

"Eh maaf mbak" ucap Juna tak enak

"Gak papa, yok jalan"


"Lepasin dong mas" ucap Lia saat sampai di depan rumahnya

Juna yang mendengar itu langsung melepaskan helm yang pakai Lia

"Pegangin dong mas" tolong Lia menyerahkan barang yang ia bawa karna kesulitan mencari uang untuk membayar

Juna yang mendengar itu menghela nafas menuruti permintaan tanpa banyak protes

"Makasih mbak" ucap Juna setelah meneri bayaran atas jasanya

"Sama sama" balas Lia hendak masuk kedalam rumah tapi di Henrik Juna

"Mbak barangnya"

"Oh iyaa" balas Lia dengan suara pelan karena menahan malu

Juna geleng geleng gemas saat melihat costumernya langsung merebut berang yang ia pegang dan berlari kabur

.
.
.
Jangan lupa vote

Losers in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang