5

4.7K 338 21
                                    

Jeno dan Haechan setengah bersandar di Headboard kasur Haechan. Tangan Jeno di jadikan bantal dan peyangga oleh Haechan yang saat ini sedang memainkan Daegal (Anjing Chenle yang di titipkan ke Haechan, selama Chenle di China) . Sebenarnya di bandingkan bermain denga Daegal, Haechan lebih ke pada memarahi Daegal.



"Kau pasti cemburu sekali padaku kan? makannya kau mengganggu ku? iya kan? mengaku kau anak nakal" omel Haechan.

Jeno yang di sebelahnya hanya menyumbang senyum sesekali. Tangannya yang di sandari oleh Haechan, terus mengusap tipis bahu Haechan. Sedangkan tangan Jeno yang satu lagi ia gunakan untuk mengecek ponsel.

"Makanya saat itu harusnya kamu langsung setuju menikah dengan ku Daegal! Jangan terus membuang ku..! Kau menyebalkan..! Sekarang aku sudah punya pacar tau! Sebaiknya kau minta appa mu untuk mencarikan mu pacar, agar kau tidak mengganggu ku lagi" lanjut Haechan.

Namun Daegal yang di marahi justru menganggap ia sedang di ajak bercanda oleh Haechan. Terlihat bagaimana Daegak berusaha mencium atau menjilat Haechan. Haechan sendiri berusaha menjauhman Daegal sambil mengangkat anjing putih itu.

"ishh.. apa kau suka sekali mencium ku hmm? Sayang sekali Daegal, sekarang aku lebih suka di cium oleh anjing yang lain. Dia anjing yang sangat tampan... aku lebih suka kalau dia yang mencium ku dan menjilati ku, apalagi kalau dia sampai mau melakukan yang aneh-aneh dengan ku. "


Jeno masih setia dengan senyumnya. Ia tentu saja tau Anjing tampan mana yang sedang di bicarakan Haechan dengan Daegal.

"Dia sudah mau melakukannya. Sangat tidak mudah membuatnya setuju tapi kau tau semua itu harus gagal karna sesuatu? Benar Daegal karna kau! Awas saja kalau appa mu tidak membawakan banyak oleh-oleh untuk ku.."


Kepala Jeno menggeleng mendengar ocehan Haechan.


"Ishhh! Aku kesal sekali dengan Anjing... " ucap Haechan sambil terus memainkan Daegal tak sejalan dengan ucapannya.


Jeno menyimpan ponselnya kemudian mengecup kepala Haechan dan ikut mengusap kepala Daegal.

"Tidur yuk.. sudah malam sekali. Sudah hampir pagi."



Haechan tak menyahut. Ia masih memasang wajah sebalnya. Jeno pun memilih untuk merebahkan dirinya lebih dulu. Membiarkan Haechan yang masih duduk tegap bermain dengan Daegal. Meski begitu tangan Jeno masih berupaya menggapai Haechan. Ia mengusap punggung Haechan, dengan mata yang pelan-pelan mulai memejam.




"Jeno.."



"hmm"



"Makan yuk, aku lapar" ucap Haechan.



Jeno yang sudah sempat memejam tadi pun memilih untuk membukanya lagi.


"mau makan apa?" tanya Jeno


Haechan menatap Jeno dalam, ia tau kalau kekasihnya itu sudah sangat mengantuk sekali. Tetapi entah mengapa ia sengaja saja ingin mengatakan itu. Ia ingin melihat respon Jeno dengan segala permintaanya yang tidak masuk akal.



"mau makan apa?" tanya Jeno lagi



"Apa kamu selalu seperti ini padaku sebelumnya?" tanya Haechan tiba-tiba.



"hmm?" Jeno tak mengerti. Ia bangun dari tidurnya kemudian duduk berhadapan dengan Haechan.


Kepala Haechan terangguk. " Benar kau selalu seperti ini. Kau selalu mendahulukan ku di antara banyak hal, kau selalu menjadikan ku prioritas meski saat itu aku bukan siapa-siapa mu, kau terus ada untuk ku, meskipun aku berkali-kali mendorong mu menjauh dan hanya terus memikirkan Mark sialan itu. Kau selalu seperti ini...Bagaimana bisa aku tidak menyadari itu? "




Bukan Cinta Segitiga Biasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang