Chapter 5

1.9K 77 0
                                    

KingDom: Malem minggu kemana?

Poulsen: Dirumah

KingDom: Dirumah lagi?

Poulsen: Emang kenapa?

KingDom: Ya nggak apa-apa.

Poulsen: Kamu sendiri kemana?

KingDom: Mau pergi.

Poulsen: Kemana?

KingDom: Ke hatimu?

Poulsen: Pret.

Audrey langsung menutup laptopnya lalu berlari keluar kamar menuju suara kakaknya yang entah sudah berapa kali berteriak memanggil namanya.

"Audrey, kamu belum ganti baju?" Mata Ema terbelalak melihat Audrey masih mengenakan jeans oblong dan kaos putih.

"Aku pake ini aja ah." Balas Audrey tak bersemangat.

Ema memandangnya sekilas lalu membalas. "Oke."

Tak ada gunanya berdebat dengan bocah satu itu. Lagipula gadis itu tak pernah peduli dengan penampilannya. Betapapun cantiknya seorang gadis kalau penampilannya seperti pasien rumah sakit gila mana ada lelaki yang mau menghampirinya, pikir Ema. Ema menarik napas dalam dan segera berlalu dari hadapan adiknya.

Diruang tamu Kevin ternyata sudah menunggu dengan ditemani mami dan papi. Kedua orang tua itu tersenyum melihat kedua anak gadisnya turun. Senyuman mereka tentunya ditujukan ke Ema yang nampak anggun dengan gaun biru polkadot serta sepatu putih hak tingginya.

"Drey, kamu begitu aja mau pergi?" Tanya mami dengan nada ketus.

"Emang salah dandan begini?" Balas Audrey tak kalah ketusnya lalu pergi meninggalkan ruangan.

Kevin tersenyum melihat sikap Audrey yang pergi begitu saja tanpa mempedulikan dirinya yang saat ini sebagai tamu.

"Biarin aja dia pakai baju itu mi. Yang penting dia nyaman." Kata papi meredakan emosi istrinya.

"Maaf ya nak Kevin." Kata mami menoleh lelaki muda itu. Sementara papi hanya menggeleng melihat istrinya yang tak pernah senang dengan penampilan anak bungsunya. 

"Nggak apa-apa tante." Balas Kevin basa-basi. Diam-diam dia mulai menyukai sikap masa bodo dari gadis aneh itu.

Saat Ema dan Kevin berpamitan Audrey menunggu didepan gerbang pintu dengan raut yang masih tak bersemangat. Begitu melihat Ema dan Kevin keluar rumah, pak Dedi, supir pribadi papi mulai menyalakan mobil.

"Bukannya kita naik taxi?" Tanya Audrey.

"Papi bilang pake supir aja." Balas Ema.

Kevin membuka pintu mobil untuk Ema dan Audrey.

"Thank you." Kata Ema saat masuk kedalam mobil. Audrey langsung masuk kedalam mobil tanpa sepatah katapun. Lagi-lagi sikap gadis itu membuat Kevin tersenyum.

Setengah jam kemudian mereka tiba disebuah gedung tinggi yang nampak sepi. Beberapa satpam yang berdiri dilobi menyapa mereka saat memasuki gedung. Disiang hari gedung bertingkat duapuluh lima itu berfungsi sebagai kantor dan malamnya restoran yang berada diroof top itu berfungsi juga sebagai klub. Restoran yang sekaligus klub ini cukup terkenal karena tempatnya yang nyaman dan memiliki pemandangan malam kota Jakarta yang ternyata cukup indah. Klub ini menjadi salah satu favorit para eksekutif muda yang datang. Malah konon katanya klub ini juga menjadi ajang para wanita mencari keberuntungannya mendapatkan jodoh lelaki muda kaya.

Begitu mereka tiba diresepsionis seorang pria langsung mengenali Kevin. Tanpa banyak kata pria itu langsung mengantarkan mereka ke meja yang berada diluar dekat sisi taman. Audrey segera mengambil tempat duduk dipojok, diikuti Kevin yang mengambil kursi didepan Audrey lalu Ema duduk disamping lelaki itu.

BROKEN DREAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang