Chapter 9

1.4K 63 3
                                    

Liburan sekolah yang dinantikan oleh setiap murid akhirnya tiba juga. Kevin mengusulkan untuk berlibur ke sebuah pulau dan ide ini disambut gembira oleh Ema. Audrey tak punya alasan untuk menolak liburan itu karena dirinya tak memiliki agenda khusus selama dua minggu liburan. Gadis remaja introvert tak pernah memiliki agenda khusus selain hanya dirumah melakukan sesuatu yang kaum extrovert tak akan bisa mengerti. Lagipula ide liburan ke pulau bukanlah ide yang jelek dan Audrey sangat merindukan menyelam dilaut. 

Kevin sudah berada didepan rumah Ema tepat sebelum matahari pagi menyembul. Dia begitu bersemangatnya untuk pergi liburan sampai harus memasang alarm pukul tiga pagi. Liburan ke pulau dengan agenda menyelam bersama teman kampusnya dan ditemani dua wanita cantik,  jarang sekali terjadi dalam hidupnya. Untuk itu dia bersemangat. Sementara Ema tak kalah bersemangatnya, wanita itu membawa seluruh isi perabotan yang ada dikamarnya. 

"Kamu mau holiday apa mau minggat sih?" Kevin tertawa begitu melihat koper yang berjejer seperti orang mau pindahan.

"Berisik. Kamu nggak ngerti urusan perempuan." Balas Ema ketus.

Dalam perjalanan ke bandara Audrey langsung tertidur pulas, sementara Ema hanya setengah tertidur, menyandarkan kepalanya dibahu Kevin. Lelaki itu tersenyum memandangi Audrey yang tertidur nyenyak dengan mulut yang setengah terbuka dan  liur yang mengalir disudut bibirnya

Setibanya dibandara Kevin memperkenalkan empat teman kampusnya kepada Ema dan Audrey. Satu wanita dan tiga lelaki. Ketiga lelaki ini ternyata para penyelam yang sudah profesional. Mendengar tentang ketiga lelaki itu, suasana hati Audreypun berubah. Paling tidak Kevin telah membawa orang yang sehobi dengannya. Dia tak bisa membayangkan jika lelaki itu membawa orang yang membosankan. Sungguh sebuah malapetaka untuknya.

Audrey mulai menyukai ketiga sahabat Kevin, terutama Tedi. Lelaki berkulit sawo matang yang memiliki senyum termanis dan gemar membuat lelucon. Tedi tak hentinya membuat orang didalam pesawat tertawa dengan guyonannya. Ditambah lelaki itu memiliki selera humor yang bagus. 

Biasanya Audrey langsung memasang headset, tak pernah tertarik mendengarkan pembicaraan orang lain. Namun sejak bertemu Tedi di bandara dia lupa dengan headsetnya. Ema menyentuh lengan Kevin yang duduk disampingnya seraya menunjuk ke arah Audrey.

"Kayaknya dia happy banget." Bisik Ema. 

"Bagus dong kalau dia happy." Balas Kevin sambil memandangi gadis itu.

"Kita jodohin sama Tedi yuk?" Kata Ema dengan suara berbisik.

Kevin tak membalas ucapan Ema. Matanya masih memandang Audrey yang sedang tertawa. Untuk beberapa saat lelaki itu menikmati pemandangan wajah gadis itu dari samping. Kaca matanya yang setebal kue bolu tidak menutupi parasnya yang cantik. Kalau sedang tertawa lebar, giginya yang putih dan rapih bak mutiara akan terlihat jelas. Kenapa secantik itu penyendiri dan tidak memiliki kekasih seperti gadis remaja lainnya, batin Kevin bertanya-tanya. Lalu ia  mengalihkan pandangannya ke jendela pesawat. 

Sebelum tengah hari mereka tiba dibandara Bajo. Seorang lelaki yang mengenakan kemeja batik hijau berdiri dipintu luar bandara, memegang selembar kertas bertuliskan nama Kevin. "Pak Kevin?" Sapa lelaki itu. Kevin balas mengangguk. "Betul pak." 

Perjalanan ke hotel disuguhi dengan pemandangan alam yang tak pernah Audrey lihat sebelumnya selama hidupnya. Jalan yang meliuk disertai bukit hijau dan laut didua sisi jalan, gadis itu merasa sedang berada disurga. Dia tak pernah tahu negeri papinya dilahirkan seindah ini. Ia berpikir kalau Indonesia itu hanya antara Jakarta, Bogor dan Tanggerang. Seandainya dia tahu seindah ini, pasti dia akan meminta papinya untuk menetap saja dinegeri ini. 

Mobil mereka memasuki sebuah gapura yang sangat besar kemudian melewati beberapa pohon besar rindang dan pohon kelapa. Audrey tersenyum begitu mendengar suara ombak dan mencium aroma laut dari kejauhan.

BROKEN DREAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang