Chapter 28

968 41 2
                                    

Semua orang dirumah menyambut gembira kedatangan Audrey. Bahkan mbok Nur tak bisa menahan tangisnya begitu melihat Audrey.

"selamat datang non." Kata wanita itu. Audrey membalas dengan senyuman ke wanita yang tak dikenalnya itu. Beberapa balon dan sebuah tulisan Welcome Home Audrey terpampang dipintu masuk rumah. Mami menggandeng tangan Audrey dengan semangat saat memasuki rumah. Dan saat seekor anjing German sherperd berlari kearah Audrey, gadis itu berteriak.

"Rocky!"

Mami dan yang lainnya terkejut mendengar Audrey memanggil nama anjing itu. Audrey memeluk Rocky dan anjing itu menjilati wajahnya. Kebahagiaan dan kerinduan terpancar dari keduanya saat mereka bergulingan dilantai. Rocky nampak sangat merindukan tuannya yang sudah hampir sebulan tak ada dirumah.

"Audrey, kamu ingat sama Rocky?" Kata mami penasaran.

Audrey terkejut  dengan ucapan mami. Ya, kenapa dia bisa langsung mengingat Rocky tapi tidak yang lainnya?

Gadis itu mengangkat bahunya, tak tahu harus berkata apa ke mami. Tapi mami jadi bersemangat, dia berharap Audrey akan kembali ingatannya seratus persen dalam waktu dekat. Ema langsung menarik tangan Audrey, mengajaknya ke lantai atas.

"Mau liat kamar kamu?" Tanya Ema. Audrey menoleh ke mami meminta persetujuannya. Mami tersenyum mengangguk lalu keduanya dan Rocky menghilang dari ruangan.

Audrey memandangi kamar disekelilingnya, matanya menangkap beberapa foto yang tertempel didinding, dirinya dengan Ema. Gadis itu menoleh ke Ema yang berdiri dibelakangnya.

"I told you, I'm your sister." Kata Ema tersenyum. Audrey balas tersenyum lalu lanjut berjalan ke rak buku. 

"Semua buku ini punya aku?" Tanya Audrey begitu melihat sederetan buku program komputer. 

Ema tersenyum mengangguk. Gadis itu menuju meja dan membaca judul buku yang tergeletak disana. "Schindler's Ark." Katanya dengan suara berbisik. Seketika sebuah memori melintas Sepotong memori tentang buku, seorang lelaki dan kolam renang, Audrey tiba-tiba merasakan kepalanya sakit. Gadis itu menyentuh pelipisnya. Ema bergegas mendekati Audrey. "Are you okay Drey?" Gadis itu hanya mengangguk kemudian melangkah menuju lemari pakaiannya. 

"Ini pakaian aku?" Katanya dengan heran. Ema menatap aneh gadis itu. 

"Iya Drey. Kenapa?" Tanya Ema. 

Audrey masih memandangi lemari pakaiannya dengan heran.

Ema kembali memandangi gadis itu. "Kamu nggak suka?" Tanya Ema. 

Audrey meresponnya dengan raut tak tertarik, seperti jijik dengan pakaian yang ada dilemarinya. 

Ema tersenyum. "Mau liat pakaian aku? Yuk." Dia langsung menggandeng tangan Audrey lalu berlari menuju kamarnya. Setibanya dikamar Ema, Audrey berdecak kagum, kamar itu sangat rapi dan feminim, belum lagi aroma segar diruangan itu. Ema menuntun Audrey ke walking wardrobe, mata Audrey terbelalak begitu mereka didalam. 

"Oh my god! Ini semua sepatu sama dress kamu?" Kata Audrey terperangah dengan apa yang dilihatnya. Ema tersenyum melihat reaksi gadis itu namun sekaligus heran. Benarkah ini adik gue?

"Kalau kamu suka, kamu bisa pake Drey." Kata Ema tersenyum.

"Serius? Semua ini aku boleh pake?" Saut Audrey masih tak percaya dengan kemurahan hati wanita yang mengaku sebagai kakaknya itu. Namun tiba-tiba gadis itu merengut. 

"Kenapa Drey?" Tanya Ema. 

"Kenapa kamar kamu bagus sekali dan kamar aku kayak kamar pemain sepak bola?" Kata Audrey tak mengerti dengan perbedaan yang mereka miliki.

"Itu kan Audrey yang dulu. Kamu mau rubah kamar kamu kayak kamar aku?" Kata Ema tersenyum ke Audrey. Gadis itu tersenyum dan mengangguk lalu Ema menarik tangan Audrey keluar dari kamarnya. 

Sesampainya dibawah semua orang masih berkumpul diruang tamu. Ema memandang mami dan tersenyum. 

"Kenapa Ema?" Tanya mami penasaran. 

"Audrey mau punya kamar kayak aku mi. Dia nggak suka kamar lamanya." Kata Ema seraya melirik dan tersenyum ke Audrey yang berdiri disampingnya. Mendengar ucapan Ema, semua orang yang ada diruangan itu menganga memandang Audrey, termasuk Kevin.

Merasa dirinya seperti sedang diadili, gadis itupun memecahkan kesunyian. "Nggak usah kalau itu ngerepotin mami." 

Mami langsung beranjak dari duduknya. "Besok mami panggil tukang untuk rubah kamar kamu ya. Tapi nggak bisa sebentar. Jadi nggak apa-apa kalau kamu tidur sama Ema dulu?" Ujar mami. Sama halnya dengan Ema, mami terkejut dengan perubahan Audrey. 

Audrey tersenyum dan mengangguk lalu merangkul maminya. "Makasih ya mami." 

Mami memenuhi janjinya untuk merubah kamar Audrey keesokan harinya dengan persyaratan gadis itu harus mau melakukan check up ke dokter setiap dua minggu sekali dan Audrey menyetujuinya. Malam pertama dirumah, Audrey meminta tidur dikamar Ema. Gadis itu tak menyukai kamarnya yang mirip dengan kamar pemain sepak bola itu. Tentu saja Ema bahagia mendengar Audrey tak menyukai kamarnya yang lama, jauh dalam hati Ema dia juga tak menyukainya.

Ema menikmati kepribadian adiknya yang baru, setidaknya kini dia bisa mendandani adiknya. Sudah lama dia ingin melakukan ini tetapi Audrey tidak pernah berkenan. Heripun menjadi giat mendesain gaun untuk Audrey bahkan berencana untuk menjadikan Audrey sebagai modelnya. 

"Drey, aku mau buat fashion show nanti di Jakarta. Kamu mau jadi modelnya?" Kata Heri saat makan siang. Audrey mengangguk dengan antusias. Heri tersenyum melihat reaksi gadis itu, begitupun dengan mami dan Ema. Heri mulai memberikan latihan tentang tata cara fashion show. Gadis itu sudah memiliki figur sebagai model, wajah dan tubuhnya sempurna untuk menjadi profesi apapun. Mami, Heri dan Ema bersyukur dengan perubahan Audrey. Tapi tidak untuk Kevin, karena sudah hampir sebulan gadis itu masih belum juga mengingatnya. 

Suatu hari mami mengadakan barbecue party dirumah. Mami mengundang beberapa orang yang Audrey kenal.

Saat melihat Kevin, Audrey berbisik ditelinga mami. "Mam, kayaknya dia gay." Mami hampir saja tersedak saat mendengar ucapan Audrey. "ODREY!" Saut mami. 

"Kenapa kamu pikir dia gay?" Tanya mami penasaran. 

"Ganteng, badannya bagus, kata Ema dia pinter banget, trus nggak punya cewek. Tanda-tanda gay itu mam." Bisik Audrey lagi. Mami tertawa cekikikan mendengarnya lalu berhenti seketika saat melihat Kevin dan seorang lelaki menghampiri mereka. 

"Mami, kenalin ini saudara kembar saya, Lukas. Lukas, ini mami, dan ini Audrey." Kata Kevin. 

Audrey membalas uluran tangan Lukas seraya tersenyum. Tak berapa lama Audrey dan Lukas saat itu juga langsung akrab. Entah apa yang mereka bicarakan, Kevin sesekali hanya melirik ke arah keduanya yang sedang tertawa seperti kawan lama yang baru saja bertemu. 

"Waduh, berat juga ini urusannya. Saingannya bukan sama orang lain tapi saudara sendiri." Kata Tedi yang tiba-tiba muncul disamping Kevin. Lelaki itu tak membalas ucapan sahabatnya, dia menyibukkan diri dengan memanggang potongan daging sapi dan ayam. 

"Gimana kalo dia naksir si Lukas? Lo lepasin?" Tanya Tedi melirik ke sahabatnya. 

"Udah mabok lo? Kalau udah, gua mau panggang lo sekalian disini." Balas Kevin.

"Sabar bro. Mencintai orang itu memang nggak mudah. Penuh emosi dan pengorbanan." Kata Tedi lagi. Kevin melirik lagi sahabatnya itu. 

"Serius mau gua panggang lo hidup-hidup disini?" Katanya dengan tatapan mengusir atau silahkan tutup  mulut.

Tedi menatap iba sahabatnya lalu merangkulnya. "Gua seneng lo menderita bro." Disaat yang bersamaan Ema datang menghampiri. "Kenapa dia?" 

"Kayaknya udah mabok." Saut Kevin. 

"Astaga Ted. Kamu cuma minum vodka segelas aja mabok. Aku uda bilang minum teh kotak aja." Ema langsung merangkul pinggang lelaki itu dan membawanya kedalam. Kevin memandangi kepergian keduanya lalu matanya mencari Audrey dan Lukas. Keduanya tak ada disana. 


* * *

BROKEN DREAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang