Chapter 16

1.2K 55 3
                                    

Liburan semester ganjil terasa hanya seperti angin lewat saja untuk Audrey. Hari ini dirinya harus menginjakkan kakinya ke sekolah lagi. Sekolah dengan segala isinya yang membosankan. Setidaknya itulah yang ia pikirkan.

"Apakah hanya dirinya yang tak bersemangat untuk ke sekolah senin pagi ini?" Batin Audrey seraya menghela nafasnya.

"Drey!" Teriak suara seorang lelaki dari belakang. Audrey menoleh dan tersenyum ke lelaki berdarah blasteran itu.

"Gimana liburan lo, asik nggak?" Tanya Leo. Audrey tak menggubrisnya.

"Biasa aja. Lo sendiri gimana?" Tanyanya. Dia hampir saja menjawabnya dengan "Luar biasa dong. Gua udah punya cowok sekarang." Tapi diurungkan niatnya. Meskipun Leo dekat dengannya ia tak yakin bisa segamblang itu menceritakan perasaannya tentang Kevin kepadanya.

"Gua pulang ke kampung bokap." Balasnya tak bersemangat.

Audrey mengangguk. "Enak dong."

"Boring." Balas Leo. Mendengar ucapan lelaki itu, Audrey menggeleng tersenyum. Tipikal anak orang kaya yang terbiasa dengan segalanya ada, liburan ke perancis dibilang membosankan, batin Audrey.

"Drey, kita nongkrong di Beau yuk hari ini?" Kata lelaki itu lagi. Audrey tersenyum mendengar ajakan itu, anak itu pasti menyukai restoran bar yang menyediakan steak kegemarannya. 

"Oke, tapi lo yang traktir ya?" Balasnya.

Leo langsung tersenyum mendengar respon Audrey, tak biasanya gadis itu meresponnya  dengan cepat. Biasanya dia akan berpikir lebih dulu layaknya seperti sedang mengisi soal ujian negara. 

* * *

Ini yang kedua kalinya Audrey dan Leo datang bersama ke restoran itu, mereka mengambil tempat duduk yang sama seperti saat terakhir keduanya datang. Audrey mengeluarkan buku novelnya, To Kill A Mocking Bird dari penulis besar Harper Lee. "Gua baca buku nggak apa-apa kan?" Tanya gadis itu.

"Oke Drey. No problem." Balas Leo. Dia tak peduli jika gadis itu ingin membaca buku atau nungging direstoran sekalipun, selama Audrey mau menemaninya itu sudah cukup untuknya. Dirinya hanya butuh seorang teman saat ini. 

Buat Leo, menjadi anak yang lahir dan tumbuh dengan kemewahan yang berlimpah namun tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya adalah sebuah keberuntungan sekaligus malapetaka. Rumah besar dan mewah yang ia tinggali nampak seperti kuburan. Meskipun satpam, pembantu dan supir pirbadi tinggal dirumah mereka. Leo merasa hidupnya bagai seekor burung didalam sangkar emas. Lelaki itu menghabiskan waktunya di gym, membentuk tubuhnya seindah mungkin namun dibalik fisiknya yang sempurna hatinya meraung dalam kesunyian. Dia sendiri tak tahu kenapa dirinya tak bisa bahagia dengan segala yang dimilikinya. Bagaimanapun juga dia hanyalah seorang anak manusia yang membutuhkan kasih sayang, bukan hanya sepotong sirloin steak.

Seorang pelayan muda berparas imut menghampiri meja mereka dengan membawa sebuah menu.

"Lo mau pesen apa Drey?" Tanya Leo sembari membaca menu.

"Apa aja deh, terserah lo." 

"Gua pesenin buat lo juga?" 

"Yes please." 

"Oke deh. Dua sterloin steak sama dua ginger ale." Ujar Leo ke wanita muda yang berdiri disampingnya.

"Astaga. Steak lagi?!" kata Audrey terkejut mendengar pesanan makanan lelaki itu.

"Biar kuat non." Ujar Leo, lagi-lagi menunjukkan otot lengannya. Wanita muda yang masih berdiri didekat Leo tersenyum kemudian mengambil menu dan meninggalkan keduanya.

BROKEN DREAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang