Chapter 32

803 31 0
                                    

Kevin berusaha fokus dengan skripsi yang sedang dikerjakannya namun bayangan ciuman itu terus melintas dalam kepalanya. Rasa penasaran gadis itu hampir saja membuatnya kehilangan kontrol. Seharusnya dia bisa menolak dengan tegas permintaan gadis itu. Kevin menarik napasnya berkali-kali. Setiap kali dia mencoba melupakannya, bayangan ciuman itu semakin melintas kuat bak kereta express. 

Kevin berjanji pada dirinya sendiri, hari ini dia akan datang untuk mengajar dan bersikap biasa saja seakan tidak terjadi apapun. Begitu didalam kamar Audrey, Kevin langsung duduk dan membuka buku. Ternyata Audrey bersikap sama, meskipun gadis itu menyambut Kevin lebih ceria dari dua hari yang lalu. Lelaki itu memandang sekilas gadis yang mengenakan gaun pendek tanpa lengan dengan rambut tergerai.

Cantik sekali dia, pikirnya. Kemudian kembali berkonsentrasi pada buku didepannya. 

"Kevin?" Gadis itu menoleh kearahnya.

"Ya?" Kevin menatapnya.

"Kamu sudah pernah ngeseks?" Tanya Audrey dengan santainya seakan sedang menanyakan seseorang sudah makan atau belum. 

Oh my god. Not again. Kevin mendehem sambil menatap Audrey. 

"Belajar Drey. Jangan mikirin yang kayak gituan." Katanya dengan lembut. 

"Oh my god. Kamu belum pernah juga?" Kata Audrey dengan mata berbinar. Kevin menarik napas dalam mendengar ucapan gadis itu. 

"Kalau kamu terus begini nanti aku laporin ke papi." Kevin menatap dalam mata gadis itu. 

Seenaknya aja nanyain orang udah ngeseks apa belum. Sungut Kevin dalam hati.

Audrey merengut mendengar ucapan lelaki itu. "Nggak asik ah." 

"Aku nggak mau lanjut belajar." Kata Audrey lagi masih merengut.

"Really? Trus kamu mau ngapain? Ngemall? belanja? Hura-hura? Mau ketemu Lukas trus ngeseks? Sebut aja." Kevin mulai kesal.

Audrey mendelik menatap lelaki yang duduk disampingnya. "Kamu kenapa sih jadi marah begini? Emang orang nggak  boleh senang-senang? Membosankan sekali kamu jadi orang." 

Kevin menarik napasnya.

Dituduh gay. Sekarang dibilang membosankan. Sabar. Bisiknya dalam hati.

"Aku emang ngebosenin Drey. Makanya aku ngajarin kamu matematika. Kalau aku menyenangkan aku ajarin kamu zumba."

Audrey melirik lelaki itu dengan sinis. "Manusia harus ada sisi menyenangkannya. Kalau membosankan terus mending jadi ayam atau sapi. Kalau udah gemuk tinggal dipotong trus dimakan." 

"Trus maksud kamu aku mendingan jadi ayam atau sapi aja sekarang?" Lelaki itu kini mulai tersenyum samar. Audrey menahan senyumnya. Akhirnya tawa keduanya lepas. 

"Ah Kevin. Jangan terlalu serius sih." Gadis itu merajuk sambil menyentuh lutut lelaki itu. 

"Kalau belajar matematika emang begini Drey. Masa mau jingkrak-jingkrak." Kevin merasa sedang membujuk anak kecil untuk melanjutkan belajarnya. 

"Kamu tuh tegang sekali. Aku jadi bosen." Gadis itu merajuk lagi. 

"Oke aku coba nggak tegang ya." Kevin menyandarkan tubuhnya ke meja.

Gadis itu mengamatinya. Tak percaya kalau lelaki yang otaknya encer itu ternyata tak memahami maksudnya. "Aura kamu tuh tegang. Bukan soal duduknya."

"Trus kamu mau aku ngapain?" Kevin sudah lelah beragumentasi dengan gadis yang lagi penasaran soal seksualitasnya itu. 

Audrey menarik tangannya beranjak dari kursi lalu mereka menuju ketempat tidur. Kevin ragu saat Audrey mulai duduk dikasur.

"Kamu mau ngapain?" Jangan bilang minta diajarin ngeseks. Jantung lelaki berdebar saat memandang gadis yang sudah merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan sebagian paha atasnya tersingkap. 

BROKEN DREAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang