Audrey memilih tempat bertemu dengan Kevin disebuah restoran. Hari ini rasanya dia mengidam makanan korea, untuk itu dia memilih restoran korea yang berlokasi dipusat perkantoran di Jakarta. Cukup jauh dari tempat tinggalnya tapi ia tak peduli, asalkan lelaki itu tak bisa melacak tempat tinggalnya.
Kevin sudah berada direstoran saat Audrey tiba, tanpa basa-basi gadis itu langsung memesan makanan. "Sorry, aku lapar sekali."
Kevin tersenyum mendengarnya. "Nggak perlu minta maaf." Namun lelaki itu cukup terkejut mendengar apa yang dipesan oleh gadis itu.
"Aku perlu makan banyak karena untuk dua orang." Katanya sambil matanya menunjuk ke perutnya. Mau tak mau Kevin ikut memandang kearah perut gadis itu.
"Gimana keadaan kamu?"
Audrey tersenyum samar. "So far so good."
Lelaki itu memandang Audrey yang duduk didepannya. Gadis itu terlihat bugar dan lebih dewasa dari saat pertama kali mereka bertemu.
"Kamu sudah ke dokter kandungan?" Tanya Kevin lagi.
Audrey menggeleng. "Aku nggak yakin berani kesana sendiri." Kemudian suasana menjadi sunyi sesaat.
"Kamu mau jadi suami aku?" Tiba-tiba saja kalimat itu keluar begitu saja dari bibir Audrey. Sontak saja mulut Kevin menganga mendengarnya, dia tak menyangka sesuatu yang sangat serius itu diucapkan dengan sangat santainya.
"Untuk sekedar membantu administrasi. Aku nggak mau bayi ini lahir nggak ada bapaknya. Setelah bayi ini lahir kita bisa bercerai." Audrey masih mengucapkannya dengan begitu santai seakan dia sedang menawarkan sebuah pekerjaan kepada seseorang, mau diambil syukur, tidak diambil juga tak masalah untuknya.
Kevin berusaha menelan ludah, tenggorokannya mendadak seperti tercekat. Otaknya butuh waktu untuk memproses lamaran mendadak dari gadis yang sedang duduk tenang didepannya.
"Kalau kamu nggak mau nggak apa-apa." Suara Audrey memecahkan kesunyian.
"Aku mau." Balas Kevin dengan cepat. Audrey tersenyum tepat saat pelayan datang membawa makanan.
"Kamu suka makanan korea?" Tanya Audrey. Kevin mengangguk tersenyum. Keduanya mulai menyantap hidangan dimeja. Sementara lelaki itu tak berhenti tersenyum selama waktu makan, entah karena melihat nafsu makan calon ibu yang luar biasa didepannya atau karena lamaran yang tak disangkanya.
Gadis itu membersihkan bibirnya dengan tisu, dia memandang Kevin yang masih menyantap makanannya. "Jadi kapan kita menikah?"
Kevin hampir saja tersedak mendengar ucapan gadis itu. Lagi-lagi ia tak menyangka kalimat sepontan yang keluar dari mulut Audrey.
Ngebet sekali dia mau nikah sampai nggak mau nunggu gua selesai makan dulu. Dia mendehem lalu berkata. "Kapan kamu siapnya?"
Audrey berpikir sesaat. "Secepat mungkin."
Kevin mendehem lagi. "Kalau kita mau menikah secara legal, harus ada beberapa dokumen yang disiapkan terlebih dahulu dan harus memiliki saksi."
"Aku nggak mau siapapun tahu, terutama keluarga kamu atau siapapun yang kenal aku."
Kevin tak menyukai ide ibu muda yang sedang hamil ini, diapun berpikir sesaat. "Kamu harus ada wali."
Gadis itu membalas dengan cepat. "Aku punya wali."
"Oke kalau gitu. Kamu punya kartu identitas?"
Audrey mengangguk. Dia mengeluarkan dompet dari tasnya kemudian mengambil KTPnya. Begitu melihat kartu identitas gadis itu Kevin merasa lega, paling tidak Audrey masih memiliki dokuman penting saat melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN DREAMS
RomanceAudrey terbangun dari koma dan kehilangan memori hingga tak mengenal siapapun orang di sekitarnya. Kecuali Kevin, tetangga yang tinggal di depan rumahnya. Namun ingatan Audrey tentang Kevin hanyalah sebatas nama dan wajahnya saja. Kendati Kevin seha...