Chapter 11

1.3K 62 0
                                    

Pagi menjelang siang keempat pria sibuk bergotong royong menyiapkan tenda didepan pantai. Untuk para lelaki yang hobi dengan kegiatan alam memasang tenda bukanlah pekerjaan yang sulit. Ritual ini buat mereka sama halnya dengan memakai kolor. Hobi memakai kolor inilah yang menyatukan dan menguatkan persahabatan mereka. 

Sementara Dibawah pohon besar yang rindang, Ema dan Sarah sibuk membuat koktail minuman. Ema memamerkan keterampilannya dalam membuat koktail. Setidaknya Los Angeles telah menginspirasinya belajar sesuatu, yaitu cara mencampur alkohol. Tidak mudah untuk membuat koktail yang enak, harus rajin mencicipi semua alkohol, begitu kata seorang bartender di Los Angeles. Ema setuju dengan perkataan sang bartender, diapun mencoba semua jenis alkohol. Alhasil, Ema menjadi mahir dalam urusan alkohol. 

Sarah terkesan dengan cara Ema mencampur alkohol. Gadis itu seperti seorang bartender yang sudah bekerja bertahun-tahun.

"Oh my god! This is so good. Coba nih." Seru Ema lalu menyodorkan gelas koktailnya ke Sarah.

Sarah langsung menyisip koktail itu. Wajahnya seketika langsung bersinar . "Oh my god, yesss!" 

"Ade kamu jago diving ya Em." Ujar Sarah saat mereka duduk dibawah pohon rindang. 

"Dia bukan jago tapi emang anaknya putri duyung." Balas Ema. Sarah tergelak mendengar ucapan Ema. 

"Serius lho, jago banget dia. Dia dilaut udah dari tadi. Kamu juga diving Em?" Tanya Sarah sambil menyisip koktailnya.

Pertanyaan itu mengembalikan lagi memorinya saat ia masih berusia lima tahun. Memori saat papi melemparkan tubuhnya ke kolam renang di kedalaman dua meter. Sungguh cara yang aneh untuk mengajarkan seorang anak kecil berenang. Sejak hari itu Ema tak mau lagi berada didekat kolam renang. Papi melakukan hal yang sama ke Audrey, malah saat usia gadis itu masih tiga tahun. Namun tak seperti Ema yang menjadi trauma dalam waktu yang lama, Audrey justru sebaliknya. Gadis kecil itu meminta dilemparkan kedalam kolam renang berkali-kali. Sejak itu papi melatihnya dengan serius dan disitulah awalnya Audrey mengenal dunia menyelam. Papi lega karena salah satu anaknya menuruni bakatnya. Sebelumnya ia hampir putus asa kalau ketiga anaknya tak ada yang bisa berenang karena itu akan mencoreng nama baiknya sebagai mantan atlet renang profesional. 

Ketika Audrey menginjak usia remaja, papi meminta salah satu temannya yang berada diangkatan laut untuk melatihnya. Bisa dibayangkan kemampuan renang Audrey seperti apa dilatih oleh seorang senior penyelam dari angkatan laut. Tak heran kalau Audrey banyak meraih piala dikompetisi renang saat itu. 

Namun dari semua kemampuannya yang bisa membawa namanya dikancah internasional dan membanggakan orang tuanya, Audrey memilih bersembunyi dibalik komputer. Papi berupaya keras membujuk Audrey untuk menjadi atlet profesional. Mungkin papi menginginkan itu karena impiannya yang tak tercapai. Namun gadis itu tetap tak tertarik meskipun dia diprediksi akan membawa bendera negeri paman sam dikancah olimpiade. Papipun kecewa. Tapi dia tak bisa memaksa anak gadisnya karena dia tak mau kehilangan satu anaknya lagi. Seperti anak lelakinya yang berada di London, Heri, yang dianggapnya telah mencoreng nama baik keluarga.

"Gua nggak bisa diving. Bisanya dandan dan mabok." Balas Ema terkekeh. 

Sarah tertawa mendengar ucapannya. Dia mulai menyukai sikap gadis berparas cantik dan super girly itu. Terlepas dari penampilannya, Ema memiliki kepribadian yang terbuka dan tak peduli dengan penilaian negatif dari orang lain tentang dirinya. 

Empat makhluk adam yang sudah nampak seperti homo habillis menghampiri Ema dan Sarah. Wajah mereka terlihat lelah dan kepanasan.

"Minum dong." Saut Ray memelas. Sarah bergegas memberikan gelas koktailnya ke kekasihnya. Sementara Ema menyodorkan gelas koktail ke Kevin. Lelaki itu menggeleng. "Airputih aja." Katanya. Gadis itu lalu memberikan botol mineral. Tedi dan Ari langsung menenggak koktail hingga habis.

BROKEN DREAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang