Setelah lonjakan emosi yang meledak-ledak, Marchioness tertidur di pangkuan Marquis. Melihat istrinya tertidur, Marquis menggendong Marchioness dalam posisi bridal dan bersiap membawa sang istri ke kamar mereka.
"Teon, siapkan baju dan air hangat untuk dia mandi. Antarkan Asher ke kamar. "
"Baik, akan segera saya laksanakan, Tuan." Teon menaruh tangannya di depan dada dan membungkuk.
Marquis meninggalkan ruangan bersama Marchioness berada digendongannya, Teon menghadap Asher.
"Mari, Tuan Muda. Saya antarkan ke ruangan Anda." Teon membukakan pintu untuk Asher. Asher meninggalkan ruangan bersama Teon.
Saat melewati koridor ada beberapa pelayan berbisik-bisik melihat Asher. Mereka tidak menyangka anak Marquis akan benar-benar masih hidup setelah menghilang hampir 15 tahun. Teon menatap para pelayan tajam, memberikan isyarat mereka untuk tidak berkata macam-macam.
Para pelayan yang mulanya berkumpul untuk melihat rupa Tuan Muda mereka bubar, kembali melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda.
Sampailah mereka di lantai dua, kamar berada di pojok sebelah kanan. Atas permintaan Asher yang ingin berada di tempat yang tidak dekat dengan Marquis maupun Marchioness.
Pintu besar warna putih bermotif emas pun terbuka. Asher disuguhi pemandangan balkon yang berada persis searah dengan pintu, hanya tertutupi gorden tipis meliuk-liuk akibat tiupan angin. Di ujung kirinya, kasur berukuran besar dengan lekukan kayu yang rumit.
Sebelah kanan ada rak yang berisikan buku-buku. Dilengkapi sofa lebar dan panjang di atas karpet lembut. Juga ada perapian untuk musim dingin. Dinding berwarna putih krim keemasan menunjukkan kesan elegan.
Baru pertama kali Asher melihat kamar yang besar dan semewah ini seumur hidupnya. Kamar inilah yang akan menjadi tempat dia untuk beristirahat.
"Apakah masih ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda?" tanya Teon memastikan bahwa kamar ini sesuai dengan selera Tuan Mudanya.
"Tidak ada, Tuan," jawab Asher.
"Mohon maaf Tuan Muda, Anda bisa memanggil saya Teon. Selagi menunggu air untuk mandi siap, Tuan Muda bisa beristirahat terlebih dahulu. Silakan panggil saya jika Anda membutuhkan sesuatu." Teon memberikan Asher sebuah lonceng yang dibunyikan dengan cara digoyangkan. Kemudian pria paruh baya itu keluar dari ruangan Asher.
Asher meletakkan tas barang miliknya. Dia bahkan tidak yakin untuk tidur di kasur besar karena dirinya sangat kotor dan berantakan. Asher berakhir duduk di lantai. Rasanya sangat berbeda dari saat dia berada di rumah reyot.
Di sini jauh lebih hangat. Asher hampir saja memejamkan mata, apabila bukan ketukan pintu yang membuatnya bangun.
"Tuan, air hangatnya sudah siap," panggil Teon.
Asher membuka pintu. Ada beberapa pelayan berdiri di belakang Teon. Asher tidak suka apabila bekas luka di punggungnya terlihat oleh orang lain.
"Maaf, Teon. Aku tidak ingin seorang pelayan pun menemani saat aku mandi," pinta Asher.
"Baik, Tuan Muda. Kalau begitu saya tunjukkan jalannya. Pelayan yang lain boleh pergi." Setelah perintah dari teon sebagai kepala pelayan. Mereka bubar.
Teon dan Asher sampai ke kamar mandi.
"Baju yang akan dikenakan tuan muda telah saya letakkan di dalam. Sementara waktu, baju yang Anda kenakan milik Marquis. Besok Tuan muda akan ada jadwal menemui desainer untuk pengukuran baju dan membeli beberapa pakaian siap pakai," jelas Teon.
Asher mengangguk. "Terima kasih, Teon."
"Tidak perlu berterima kasih, Tuan Muda. Saya hanya menjalankan tugas saya. Silakan menikmati waktu Anda, Tuan." Teon pergi, menyisakan Asher sendirian di kamar mandi.
Asher mengamati ruangan kamar mandi. Cukup besar. Sebuah bathtub dengan kaki-kaki kecil sebagai penyangganya. Bathtub diletakkan sudut ruangan. Dapatkah benda itu menampung berat tubuhnya? Asher bertanya-tanya. Bahkan Asher tidak tahu harus menyebut nama benda itu apa.
Asher membuka pakaian miliknya yang penuh dengan noda. Baju itu hampir tidak muat lagi di tubuh Asher. Dia mengetes dengan jari untuk memastikan suhu airnya.
Setelah yakin, Asher duduk di bathtub dan menikmati waktu mandinya.
***
Asher sedang berbaring di atas tempat tidur. Pakaian yang dikenakan Asher sedikit kebesaran karena aslinya milik Marquis. Kasur yang Asher tidur sangat lembut bagai kapas. Melihat kilas balik, Asher sudah bisa sampai sejauh ini merupakan sebuah pencapaian.
Rasa kantuk Asher menyebar. "Bagaimana keadaan Ivy dan anak-anak lainnya ya ...? Aku harap mereka semua baik-baik saja," gumamnya kecil sebelum terlelap.
Keesokan hari, Asher sedang bersiap-siap sebelum menemui desainer bersama Teon. Tadi pagi, waktu sarapan terasa sangat canggung. Asher tidak tahu mengenai tata krama saat makan sama sekali, tetapi pasangan Marquis dan Marchioness tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Jadwal pemilihan baju untuk Asher pun tiba. Marchioness turut hadir dalam pemilihan baju. Baju berjejer dari ujung ke ujung. Beberapa telah dipilihkan untuk Asher. Pada saat berganti, untung saja mereka mempunyai bilik kecil. Lebih tepatnya pembatas.
Pelayan yang dikerahkan juga hanya sedikit atas permintaan Asher. Sesudah berganti pakaian, Asher menunjukkannya di depan Marchioness. Marchioness tidak berkata apapun. Pandangan mata Marchioness bercampur aduk, berisi banyak arti.
"Kamu terlihat tampan," puji Marchioness sambil tersenyum. Garis-garis halus di wajahnya yang tidak lagi muda pun ikut terlihat.
Perasaan aneh memenuhi diri Asher. Sebelumnya dia tidak pernah seperti ini. Senyuman hangat wanita itu membuat dirinya malu. Padahal mereka baru saja bertemu kemarin. Asher memegang lehernya canggung.
"Terima kasih, Marchioness." Asher membalas senyumannya.
Suara ketukan muncul. "Salam untuk Ma'am dan Tuan Muda. Saya datang dengan maksud untuk menyampaikan pesan dari Marquis. Marquis memanggil Tuan Muda segera menuju ruangannya setelah selesai."
***
Jadwal beli dan pengukuran baju pun selesai. Asher mendapat beberapa set baju baru untuk ia kenakan. Salah satunya yang saat ini dia pakai. Sebuah kemeja ditutupi rompi berwarna hitam. Asher telah sampai di depan ruangan kerja milik Marquis.
Ada suara bercakap-cakap antara dua orang di dalam. Asher mengetuk pintu.
"Masuklah." Balasan dari balik pintu. Asher membuka perlahan. Ruangan kini sunyi. Marquis sedang bersama dengan seseorang yang tidak Asher kenal.
"Saya memberi hormat kepada Marquis Rognvaldr," salam Asher sambil membungkukkan badan.
"Tidak perlu salam formal, silakan duduk."
Asher tanpa sadar memandangi orang asing itu. Orang yang tidak pernah Asher lihat sebelumnya pasti membuat Asher penasaran.
"Perkenalkan, dia adalah pamanmu, Count Bernard. Count mendapat gelar keluarga Bernard dari mendiang Marchioness sebelumnya," jelas Marquis. Tampaknya Marquis tahu bahwa Asher penasaran dengan orang yang berada di sampingnya.
"Saya memberi hormat untuk pewaris sah Marquis," salam Count Bernard. Asher membalas salamnya.
"Saya memanggilmu, Asher, untuk membahas tentang jadwal belajar. Sebagai pewaris sah, kamu harus belajar mengenai tata krama bangsawan, dan segala pendidikan yang diperlukan. Juga, mulai sekarang namamu akan berubah menjadi Asher Evrard Rognvaldr," Asher mengangguk.
"Itu saja yang saya sampaikan. Jadwal mengenai pembelajaranmu akan segera menyusul. Kamu boleh kembali,"
"Baik, terima kasih Marquis." Asher beranjak dan meninggalkan ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Identity of Asher
Historical Fiction"Seharusnya, hari itu kamu mati ...!" Asher adalah seorang anak yang tinggal di panti tidak jauh dari Desa Lacock, Inggris. Pengadopsiannya mengharuskan Asher pergi. Hidup yang sulit membuat Asher pupus harapan hingga akhirnya roda kehidupan memper...