◇ Bab 14: Penyelidikan Dimulai

15 9 17
                                    

Asher berbaring di atas kasur lembut. Sudah berganti dengan set baju tidur. Walau malam masih panjang, matanya tidak bisa terlelap sama sekali. Perasaan Asher campur aduk. Dia masih memikirkan tentang Marchioness.

Saat kembali bersama keluarga kandungnya, jujur Asher tidak begitu merasakan apapun. Dia hanya fokus untuk bertahan hidup, lepas dari kejaran Count Lay.

Kalau dihitung-hitung, Asher meninggalkan panti pada umur sebelas tahun, lalu tiga tahun lebih dalam pelatihan yang dilakukan Count Lay dan masuk di kediaman Marquis baru berjalan sekitar dua setengah tahun.

Waktu itu belum lah cukup untuk mempererat hubungan Asher dengan keluarganya. Namun, keadaan Marchioness sangat menyedihkan. Asher suka tinggal di panti karena itulah dia bisa bertemu dengan Ivy. Di sisi lain, Asher juga ingin mendapatkan hak-hak yang seharusnya diterima.

“Aku tidak mau berhenti di sini. Aku ingin mengenal Marquis dan Marchioness lebih dalam lagi ….” Asher meletakkan lengannya di dahi.

Kepala Asher dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang tidak terkendali hingga akhirnya tiupan angin dari balkon berhasil menidurkan lelaki itu.

***

Nyanyian burung-burung  bertengger di depan balkon pun membangunkan Asher. Dirinya lebih segar sehabis istirahat. Asher duduk di ranjang mengumpulkan nyawa. Matanya masih belum terbuka sempurna. Rasa kantuk terus menyuruhnya untuk kembali tidur. Akan tetapi, Asher tidak bisa. Dia harus menemui Marquis hari ini.

Asher pergi ke kamar mandi pribadi. Tetap tidak ada pelayan yang membantu persiapan untuk mandi atas permintaan Asher. Lagipula bila mereka tahu bekas luka lama yang membekas di punggung Asher, pasti akan langsung melaporkan pada Marquis. 

Asher membasuh wajah dan berendam di bathtup.

Ketukan pintu terdengar. "Tuan Muda," panggil Teon. Asher beranjak dari tempatnya dan memakai jubah mandi.

Dia membukakan pintu untuk Teon, kepala pelayan keluarga Rognvaldr.

“Marquis dan Marchioness mengajak Anda untuk sarapan bersama.”

“Baik, Aku akan segera ke sana.”

Asher dengan cepat memakai kemeja formal dan pergi ke ruang makan. Saat memasuki ruangan sudah ada Marquis dan Marchioness di sana.

“Selamat pagi Marquis dan Marchioness,” salam Asher sembari membungkukkan badan.
Marquis mengangguk. “Duduklah, Asher.”

Makanan dibawakan oleh para pelayan. Hanya hadir suara dentingan alat makan. Tidak ada percakapan sedikitpun. Selalu seperti ini walau sudah beberapa kali makan bersama.

Asher berhenti menyuap makanan. Marchioness menyadari sikap Asher dan bertanya, “Kenapa Asher? Apakah makanannya tidak enak?”

Marquis ikut memandang Asher.

Asher tersenyum. “Tidak, Marchioness. Makanannya enak.”

Raut wajah Marchioness sedikit sedih. “Asher, tidak apa-apa bila kamu memanggilku sebagai Ibu dan Marquis sebagai Ayah.”

Tanpa keraguan, Asher membalas, “Baik, Ibu.”

The Lost Identity of AsherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang