Kejadian saat Asher lahir.
Marquis yang kembali tergesa-gesa menggendong istrinya dalam posisi bridal membaringkannya di kamar mereka berdua. Semua pelayan sedari tadi mengikuti dari belakang tanpa tahu apa yang terjadi pada nyonya rumahnya.
"Untuk apa kalian semua melamun! Cepat panggilan dokter! Siapkan juga baskom air dan kebutuhan lain untuk persalinan Marchioness!"
Para pelayan tersentak akan Marquis yang tidak pernah melantangkan suaranya panik hingga saat ini. Kerumunan mereka terpecah, saling membagi tugas. Satu memanggil dokter, sisanya mengambil handuk, dan air hangat di dalam baskom.
Dokter yang dipanggil keluarga Marquis memasuki ruangan. Perkiraan kelahiran yang diduga lama ternyata tiba secepat ini.
"S-Sayang! Sakit ...," jerit Marchioness memanggil suaminya. Marquis mendengar namanya terus keluar dari mulut Marchioness, mendekatinya. Dia berdiri di samping Marchioness menggenggam tangannya.
Handuk juga telah diletakkan persis dibawah, tempat bayi keluar.
Marchioness menjambak rambut Marquis. "S-Sakit, sayang!"
"S-Sh ..., aku tahu. Aku menemanimu di sini, jadi lepaskan dulu rambutku, ya?"
"T-Tidak!" Marchioness menangis.
"P-Pegang tanganku saja, ya?" ringis Marquis. Tarikan Marchioness sangat kuat cukup untuk membuatnya hampir mengeluarkan air mata.Pada akhirnya Marchioness menurut dan memegangi lengan Marquis erat-erat. Setidaknya bukan rambut miliknya.
Rasa sakit harus Marchioness rasakan beberapa jam saat menunggu proses persalinan. Wajahnya menjadi pucat dipenuhi keringat. Perlahan, kepala bayi sedikit keluar dari bagian bawah.
"Cepat letakkan air dan handuk di dekat saya. Bantu saya!" perintah dokter tegas.
"Nyonya, tarik napas Anda perlahan dan ikuti aba-aba saya untuk mendorong keluar," ucap Dokter sambil menenangkan Marchioness karena ini adalah persalinan pertamanya.
"Tarik napas dan tahan." Marchioness mengikuti dengan baik. "Pusatkan pada satu titik dan fokus mendorong bayi nyonya keluar. Lalu hembuskan napas."
Marchioness mengejan. Sedikit serangan terdengar, tetapi Marchioness tidak melakukan secara berlebihan karena dia juga harus menyimpan energi untuk dorongan selanjutnya. Kemudian menghembuskan napas sesuai instruksi.
"Tarik napas lagi, tahan, dan keluarkan tenaga Nyonya untuk mendorong."
Marchioness mendengar aba-aba dengan patuh. Marquis tetap setia memegangi tangan Marchioness kuat memberikan semangat.
Setelah mengulangi instruksi yang dikatakan dokter, suara tangis bayi terdengar. Rasa berat yang semula tertahan di dada Marquis seketika menjadi ringan. Anaknya telah tiba.
Pertama kalinya Marquis menitikkan air mata. Bayi yang telah ditunggu oleh mereka berdua akhirnya sampai dengan selamat.
"Selamat Marquis! Anak laki-laki sehat telah dilahirkan ke dunia."
Bayi diberikan kepada salah seorang pelayan ditujukan pada Marquis untuk diberikan nama sebelum dipindahkan ke ruang yang sudah penuh barang perlengkapan bayi.Marquis memandangi anaknya itu cukup lama. Lucu juga ada titik kecil di dekat telinganya. Bayi yang berwarna sedikit kemerahan tersebut terus-terusan menangis.
"Namamu adalah Evrard Rognvaldr. Yang berarti tangguh dan kuat." Marquis tersenyum
Itulah saat Marquis mengira semua akan baik-baik saja.Genggaman Marchioness yang semula kuat, tiba-tiba melemah. Marquis merasakan ada yang tidak beres dan ingin bertanya pada dokter. Sebelum itu, dokter langsung memberi instruksi pada semua pelayan wanita yang hadir untuk membantu turun tangan karena terjadi pendarahan.
Seisi kediaman panik. Semua orang yang hadir di kediaman berusaha dikerahkan sebagai tenaga pengganti.
Penjagaan tidak begitu ketat karena penjaga banyak ditugaskan keluar untuk menjaga perbatasan.
Begitu pula Evrard kecil dipindahkan ke tempat yang aman.
Ternyata, di tengah kegaduhan Marchioness dalam keadaan kritis sampai pada telinga seseorang yang mengincar sebuah celah dalam keluarga Rognvaldr.Dalam jam kritis itu, dayang Lily memasuki ruangan dan membawa bayi kecil pergi bersama dengan gelang yang dihadiahkan dari Marquis dalam ruangan.
Hari itu, menjadi penyesalan terbesar Marquis tidak menjaga bayi mereka dengan benar sehingga dia menghilang.
***
"Siapa yang menyuruh Anda untuk melakukan hal tersebut?" tanya Asher tanpa basa-basi setelah mendengar cerita dayang Lily.
"I-Itu ...." Tangan Aily mulai bergetar. Napasnya tidak tenang. "Count Bernard."
Mata Asher membulat. Sebagian dari dirinya masih tidak percaya bahwa Count Bernard atau pamannya sendiri yang berusaha mencelakainya. "Bagaimana bisa?"
"Count Bernard sudah dari lama merencanakan pembunuhan saat diri Tuan lahir. Namun, kesempatan saat Marchioness dalam keadaan kritis tidak dilewatkan begitu saja. Akhirnya, dia mempercepat rencananya."
"Rencana pembunuhan?" Asher mengernyit.
"Benar, Tuan. Saya sudah diancam jauh-jauh hari bahwa saya sekeluarga dan orang terdekat akan dibunuh apabila tidak membantu dalam rencananya. Dengan sangat terpaksa saya harus mengikuti rencananya."
"Lalu, bagaimana bisa pada akhirnya saya berada di panti dan menggunakan nama Asher?"
"Saya tentu saja tidak tega untuk membunuh anak nyonya. Apalagi nyonya selama ini sudah sangat memberikan kemurahan hati kepada kami yang berkekurangan. Bahkan Nyonya juga berkontribusi besar dalam membantu kami yang tidak punya status."
Asher mengepalkan tangannya." Mengapa Anda tidak berkata yang sejujurnya kepada Marchioness?"
"Hal yang terpikirkan oleh saya waktu itu adalah keselamatan keluarga saya karena nyawa keluarga mereka berada di tangan Count Bernard dan bisa berada dalam bahaya karena saya." Aily menundukkan malu akan masa lalu yang begitu hina. Dirinya begitu egois, tetapi itu juga karena rasa cinta yang besar kepada suami dan anaknya.
"Namamu sebenarnya Marchioness pernah berkata kepada saya karena saya adalah dayang yang cukup dekat dengan beliau. Bahwa dia terpikirkan nama Asher. Akan tetapi, mengikuti permintaan Marquis, Marchioness setuju menamai Tuan sebagai Evrard," sambung Aily.
"Saya tidak mungkin menggunakan nama Evrard karena akan mudah dicari oleh Count Bernard bahwa Tuan masih hidup. Saya mencantumkan nama Asher di kertas terpisah."
"Bagaimana waktu itu dayang Lily dapat lepas dari paman?"
"Saya berbohong pada Count. Saya melumuri pakaian saya dengan darah hewan sebagai bukti bahwa telah berhasil membunuh Tuan."
Masih ada banyak pertanyaan di kepala Asher. Namun, saat ini penjelasan itu sudah cukup. Asher harus mengamankan dayang Lily, berjaga-jaga bahwa pamannya bergerak.
"Baik itu saja. Saya tadi sudah memerintahkan seseorang untuk mendatangkan kereta kuda. Anda harus ikut bersama saya demi keselamatan, juga sebagai saksi mata. Saya ingin membongkar kejahatan paman saya."
"Untuk suami dan anak Anda, akan saya antarkan ke tempat tinggal yang lebih aman."
Asher menghela napas berat. Perasaan dalam dirinya campur aduk. Dia tidak pernah tahu bahwa orang yang mengacak-acak keharmonisan rumah tangga orang tuanya adalah paman sendiri.
"Apa motif paman sebenarnya, Sampai-sampai tega pada keponakan sendiri?" batin Asher tidak habis pikir.
"Maukah dayang Lily membantu saya?" Asher bertanya sungguh-sungguh. Dia ingin masalah ini selesai secepatnya.
"Baik. Saya akan menebus kesalahan yang telah saya perbuat di masa lalu. Saya akan memberikan kesaksian."
"Terima kasih atas kerjasama Anda."
Asher berharap bahwa rahasia besar kejahatan pamannya bisa terkuak. Setidaknya orang yang telah merencanakan hal buruk ini tidak lagi bebas berkeliaran di sekitar wilayah Rognvaldr.
Penderitaan keluarga Marquis juga pasti akan berkurang apabila kasus terungkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Identity of Asher
Ficción histórica"Seharusnya, hari itu kamu mati ...!" Asher adalah seorang anak yang tinggal di panti tidak jauh dari Desa Lacock, Inggris. Pengadopsiannya mengharuskan Asher pergi. Hidup yang sulit membuat Asher pupus harapan hingga akhirnya roda kehidupan memper...