Hari yang ditunggu-tunggu Asher pun tiba. Dia akan segera bertemu dengan Ivy lagi. Asher sudah menyiapkan kue dan satu set minum teh di dalam rumah kaca untuk digunakan mereka saat bersantai. Setelah memastikan semua yang telah disiapkan sempurna, Asher bergegas ke gerbang. Dia akan menyambut kedatangan Ivy di sana.
Asher berputar ditempat ke sana kemari. Dirinya sedikit gusar. Hati Asher berdebar-debar. Bagaimana penampilan Ivy saat dia tiba nanti?
Dari kejauhan, kereta kuda belambangkan keluarga Count Aretha semakin jelas. Kereta itu tidak dihiasi dengan begitu mewah, tetapi masih menampilkan kesan elegan.
Tubuh Asher menjadi kaku. Dia memandangi kereta kuda yang berjalan hingga berhenti di depan kediaman Marquis. Pintu terbuka menampilkan sosok Ivy.
Asher terdiam sejenak memandangi Ivy yang begitu cantik dengan gaun berwarna pink keunguan. Dia melangkah ke depan dan mengulurkan tangan, membantu Ivy turun dari kereta kuda.
Ivy menerima uluran tangan Asher dengan senang hati. Laki-laki itu memandang Ivy hangat. Kedua ujung bibir melengkung juga terlihat jelas di sana. Ivy turun dari kereta. Orang-orang yang bersama dengan Asher hari ini kaget melihat ekspresi tuan muda itu.
"Selamat datang di kediaman Marquis Rognvaldr, putri Count Aretha, Ivy Aretha," sambut Asher mendekatkan punggung tangan Ivy, mengecupnya.
"Terima kasih telah mengundang saya ke sini, Tuan Muda Rognvaldr," balas Ivy membungkukkan badan, menarik lapisan gaunnya mengembang ke samping dua sisi. Kemudian mengangkatnya sedikit.
"Mari, saya antarkan putri ke rumah kaca. Saya sudah menyiapkan kue untuk dinikmati bersama." Asher mengajak Ivy.
"Para penjaga bisa melanjutkan tugas masing-masing. Saya akan berbicara dengan putri Count Aretha berdua saja." Asher menatap tajam semua orang yang ikut menyambut putri.
Selama perjalanan Asher menuju rumah kaca bersama Ivy, mereka menikmati waktu bersama dengan melontarkan candaan satu sama lain.
Sesampainya mereka di depan rumah kaca, Asher membukakan pintu untuk Ivy. Banyak sekali berbagai macam bunga hias terpajang di sana.
Berdasarkan cerita yang Asher dengar dari Teon saat sedang mempersiapkan pesta teh kecil untuk Ivy, rumah kaca ini adalah tempat favorite Marchioness. Dibangun khusus oleh Marquis sebagai salah satu hadiah pernikahan mereka.
"Wah!! Indah sekali, Asher!!" Mata Ivy berbinar-binar. Jarinya sibuk menunjuk berbagai macam bunga. Namun, Ivy menyadari bahwa dirinya telah tidak sopan.
"Maafkan saya, saya terlalu gembira melihat bunga-bunga, Tuan Muda." Ivy membungkukkan badan.
"Tidak apa-apa, Ivy. Kamu bebas memanggilku Asher seperti sedia kala," balas Asher.
Mereka menuju meja yang telah disiapkan oleh Asher. Sebelum duduk Asher menarik kursi milik Ivy, mempersilakannya terlebih dahulu untuk duduk. Lalu Asher mengambil tempat di hadapan Ivy, menyeduh teh.
Ivy menatap Asher. "Aku tidak tahu bahwa kamu belajar menyeduh teh, Asher."
Asher tersenyum. "Aku lebih suka bila membuat teh sendiri daripada orang lain. Cita rasa yang dibuat sendiri juga berbeda." Asher menuang teh ke cangkir Ivy.
Wangi harum daun teh menyeruak penciuman Ivy. "Apakah boleh langsung ku minum, Asher?" tanya Ivy sambil menunjuk cangkir gelas miliknya.
"Tentu saja." Mendengar persetujuan Asher, Ivy menyeruput teh yang telah diseduh Asher. Rasa manis dan menyegarkan menyambut Ivy.
"Asher!! Ini sangat enak. Kamu memiliki bakat terpendam, Asher!"
"Senang mendengarnya, Ivy." Asher meletakkan teko teh di tengah meja.
"Jadi, bagaimana kabarmu selama ini, Asher?"
Asher memainkan jari-jari tangan miliknya gelisah. "Sebenarnya, aku pergi dari panti karena seorang pria bangsawan mengancam bahwa dia akan membunuh orang-orang yang tinggal di panti. Aku tidak ingin hal itu terjadi dan ikut pergi dengannya. Ternyata aku dilatih sebagai pembunuh bayaran oleh bangsawan tersebut."
Asher menghela napas. "Mungkin ini sisiku yang menyedihkan. Akan tetapi ... aku ingin mengatakan ini kepadamu Ivy. Selama tiga tahun aku dikurung dalam sebuah rumah tua yang hampir rubuh. Tidak diberikan kebutuhan yang layak dan ... diriku rasanya akan hancur."
Asher tidak berani menceritakan bagian dirinya telah membunuh seseorang agar dapat melarikan dari sana. "Musim berganti, aku selalu mencari kesempatan untuk kabur karena pengawasan bangsawan tersebut sangat merepotkan hingga akhirnya aku berhasil mencari celah. Aku kabur dari sana dan berakhir di daerah Gloucestershire sebelum pergi ke Herefordshire."
Ivy bersimpati kepada Asher. Dirinya bukanlah teman yang baik karena tidak bisa menjadi seorang yang diandalkan Asher saat dia membutuhkannya. "Lalu, bagaimana kamu bisa diangkat menjadi anak Marquis, Asher?"
"Itu ... dengan bantuan surat dan gelang yang ditinggalkan oleh seorang dayang dari kediaman Marquis Rognvaldr, aku membuktikan bahwa aku anak Marquis yang telah lama hilang. Hal ini juga tidak akan berhasil tanpamu Ivy." Asher menatap Ivy dalam-dalam.
"Karenaku?" Ivy tidak tahu hal apa yang dia lakukan membantu Asher dalam masa pelariannya.
"Warna rambutku. Kamu ingat?" tanya Asher menunjukkan telinganya.
Ivy mengernyitkan dahi. "Aku tidak ingat, Asher. Maafkan aku." Seberapa banyak pun Ivy mengingat kembali. Dia tidak bisa menemukan apa yang dimaksud Asher.
"Tidak apa-apa. Kita masih kecil juga. Waktu itu kamu mengatakan bahwa rambutku berwarna pirang seperti Kyne, tapi sekarang menjadi kecoklatan seperti yang kamu lihat." Asher menunjuk rambutnya. Ia memegang ujung bagian rambut yang pirang bercampur coklat.
"Aaahh. Benar. Dulu aku sering mengatakan itu kepadamu. Habisnya kamu terlihat lucu sih mengikuti Kyne kemana-mana. Bagai anak ayam bersama induknya." Ivy tertawa kecil.
"Kemudian ..., hubungan dengan itu apa, Asher?" tanya Ivy sekali lagi,
"Dalam ciri-ciri poster anak hilang milik Marquus menyebutkan bahwa anaknya memiliki rambut pirang. Aku bersyukur bahwa surat dan gelang dari suster juga menyertaiku sehingga sekarang aku bisa kembali ke keluarga asliku."
"Itu bagus." Ivy memegang kedua tangan Asher menyemangatinya.
"Sekarang, aku rasa ada seseorang yang sedang mengincar kejatuhan Marquis. Mereka berupaya mengirimkan pembunuh bayaran kepadaku. Untung saja, aku dapat mengalahkan mereka." Asher mengepalkan tangannya.
Ivy memeluk Asher. Perempuan itu menepuk-nepuk punggung Asher. "Kamu sudah bisa sejauh ini Asher, kamu hebat."
Semua rasa yang berada di dalam diri serasa akan tumpah keluar. Asher tidak mau menunjukkan sisi yang lemah ini kepada Ivy. Namun, dia berterima kasih sekali kepada Ivy berusaha menyemangati dirinya.
Asher memeluk Ivy kembali erat-erat. "Cukup seperti ini saja sebentar, Ivy."
Dalam momen sunyi selama Asher memeluk Ivy, jantung gadis itu semakin berdebar-debar. Permintaan hati Ivy terdalam berharap bahwa Asher tidak akan mendengar detak jantung itu.
Waktu berlalu. Asher melepaskan Ivy. Dia sudah merasa jauh lebih baik.
"Ivy, maukah kamu bercerita kepadaku bagaimana bisa kamu berakhir sebagai anak Count Aretha?"
Ivy tersenyum kaku. Dia berusaha mengalihkan pandangan. Tentu saja Asher menyadari hal tersebut. "J-Jadi ceritanya begini ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Identity of Asher
Historical Fiction"Seharusnya, hari itu kamu mati ...!" Asher adalah seorang anak yang tinggal di panti tidak jauh dari Desa Lacock, Inggris. Pengadopsiannya mengharuskan Asher pergi. Hidup yang sulit membuat Asher pupus harapan hingga akhirnya roda kehidupan memper...