Vanilla meletakkan biolanya di atas bangku. Ia baru saja selesai memainkan sebuah instrument untuk Diego, sebagai bayaran atas buah gooseberry yang dibawa lelaki itu. Diego menyebutnya friend with benefit dalam artian yang positif.
Diego menoleh pada gadis yang berdiri di sampingnya. Ujung dress satin warna putih yang dikenakan gadis itu bergerak tertiup angin. Terlihat anggun dan berkelas. Dagu lentiknya sedikit terangkat, kelopak matanya terpejam rapat. Membiarkan bunga-bunga sakura yang berguguran membelai pipi lembutnya.
"Selain biola, kau juga sangat menyukai kelopak sakura yang berguguran," tebak Diego.
Kedua tangan Vanilla menengadah, 3 buah kelopak bunga mendarat di sana. Kemudian wajah bersemu merah itu menunduk dan menghirup aromanya.
"Aku menyukai aromanya. Manis dan menyegarkan. Sayangnya, bunga ini hanya bersemi setahun sekali."
"Kau memiliki kenangan yang mendalam tentang sakura yang berguguran."
Vanilla menghela napas. "Kita tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Tetapi rasanya aku tidak bisa menyembunyikan apa pun darimu. Kau selalu mengerti apa yang aku rasakan."
"Tidak semuanya. Terkadang kau seperti lembaran buku yang terbuka, sangat mudah untuk dibaca. Tetapi di sisi yang lain, kau seperti sebuah kotak yang terkunci. Menyimpan banyak sekali rahasia. Kau terlalu menutup diri, Nona. Berapa banyak luka yang kau sembunyikan?"
"Aku membenci pertanyaan itu."
"Mungkin aku orang asing di matamu. Tetapi tiba-tiba aku menjadi orang paling dekat denganmu ketika tahu kita memiliki masa kecil yang sama-sama menyakitkan."
"Kau ingin tahu seberapa banyak luka itu?" Vanilla duduk di atas bangku kayu. "Sejak kecil aku selalu mempertanyakan keberadaan ayahku, tetapi kata Mama, ayahku sudah meninggal. Lalu, suatu hari, seorang lelaki datang dan berkata bahwa aku adalah putrinya. Dan di waktu yang lain, lelaki itu membawaku ke hadapan Nyonya Kenanga, dan memintaku untuk memanggil wanita itu dengan sebutan Mama. Usiaku saat itu baru 5 tahun, dan aku sudah dihadapkan pada kenyataan yang membingungkan."
Mata gadis itu terpejam, ia menggigit bibir bawahnya. Berusaha menahan cairan bening yang mulai membasahi matanya. Tetapi tidak, ia tidak ingin menangis lagi.
Diego mengepalkan kedua tangan. Ingin rasanya ia menggapai tubuh Vanilla dan membawanya ke dalam dekapannya. Tapi ia tidak bisa melakukan semua itu. Tuan Ramon mengawasinya dari kejauhan. Jadi, sudah sepatutnya Diego memperlakukan Vanilla selayaknya berlian di dalam kotak kaca. Hanya bisa melihat dan mengaguminya tanpa bisa menyentuhnya.
"Mungkin kau bisa menceritakannya lain kali saja. Masih ada gooseberry yang harus kau makan. Kau menyukainya, kan?" Diego meletakkan plastik berisi sisa buah gooseberry ke atas pangkuan Vanilla. "Lain kali aku akan membawakan buah-buahan lain yang belum pernah kau makan sebelumnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Revenge
RomanceVanilla. Gadis yang sejak kecil diasingkan oleh ibu tirinya, perlahan menemukan secercah kebahagiaan ketika seorang lelaki datang ke dalam kehidupannya. Diego Wilson, satu-satunya lelaki yang mampu membuat jantung Vanilla berdetak kencang saat berde...