"Aku ... mencintaimu." Suara gadis itu terdengar gemetar. "Kau puas menyiksaku dengan kerinduan?"
Butiran-butiran bening mengalir deras di pipi kemerahan milik gadis itu. Gadis itu mengungkapkan perasaannya dan melampiaskan kekecewaannya. Kedua tangan Diego mengepal. Sedalam itukah dia menggoreskan luka di hati gadis itu? Tentu saja Diego juga menyimpan cinta dan kerinduan yang sama. Bedanya, Diego terlalu pengecut untuk mengakui perasaannya di hadapan gadis yang dicintainya.
"Kau puas meninggalkanku tanpa kata perpisahan? Kau puas membiarkanku menunggu di bawah pohon sakura tanpa kepastian?"
Sudah, cukup! Diego tidak sanggup lagi mendengarkan sederet kalimat penuh luka yang dilontarkan oleh gadis yang dicintainya. Pada akhirnya, kekuatan cinta mampu sedikit menurunkan ego di dalam dirinya. Dengan sekali sentak, lelaki itu merengkuh Vanilla ke dalam pelukannya.
"Seandainya lelaki itu berada di depanmu, pasti dia akan memelukmu seperti ini. Dia pasti juga memiliki kerinduan yang sama sepertimu. Aku bisa merasakan kisah cinta yang begitu kuat dari apa yang sudah kau ceritakan. Dia pasti menyimpan perasaan yang sama besar sepertimu."
"Sebelumnya kau berkata dia pergi karena tidak mencintaiku." Suara Vanilla terdengar serak.
"Aku berubah pikiran. Dia pergi bukan karena tidak mencintaimu, tetapi memiliki alasan lain yang membuatnya terpaksa meninggalkanmu."
Jemari Diego membelai kepala Vanilla dengan lembut. Akhirnya, dia bisa kembali menghirup aroma citrus kesukaannya. Aroma yang selalu membuat Diego merasa nyaman.
Gadis itu mencengkeram jaket Diego kuat-kuat. Begitu sakitnya memendam kerinduan? Kalau saja Diego bisa lebih gentle untuk mengakui bahwa dirinya adalah lelaki yang dirindukan Vanilla. Tapi, kenyataannya Diego tidak ingin mengungkap kebenarannya.
Diego mendekap erat Vanilla, membiarkan gadis itu merasa nyaman. Setelah dirasa gadis itu cukup tenang dan tangisnya mereda, Diego melepaskan pelukannya. Dia menangkup wajah Vanilla dan mengusap sisa-sisa air mata di wajah gadis itu dengan ibu jarinya.
"Tarik napas dalam-dalam, lalu hembuskan pelan-pelan. Kau akan merasa lebih rileks," ucap Diego.
Sekali lagi, Vanilla patuh pada instruksi Diego. Gadis itu menarik napas, menghirup oksigen bercampur aroma musk yang menguar dari tubuh lelaki di hadapannya. Aroma yang membuatnya merasa lebih tenang. Ia mendongak, menatap mata hitam pekat yang sedang memandangnya dengan lembut.
"Sudah lebih tenang?" tanya Diego.
"Kenapa hari ini kau sangat berbeda dengan biasanya?" Vanilla memberanikan diri bertanya tentang keanehan lelaki itu.
Diego menarik tangannya dari wajah Vanilla, ia mengambil jagung bakar dan menyodorkannya pada gadis itu. "Bukankah hanya dengan cara ini aku bisa membawamu ke tempat ini? Aku hanya ingin kau menjauh dari Nyonya Mawar, karena dia sangat berbahaya untukmu. Anggaplah aku sedang berbaik hati pada seorang gadis polos yang hampir saja tertipu oleh lelaki brengsek seperti Ariel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Revenge
Roman d'amourVanilla. Gadis yang sejak kecil diasingkan oleh ibu tirinya, perlahan menemukan secercah kebahagiaan ketika seorang lelaki datang ke dalam kehidupannya. Diego Wilson, satu-satunya lelaki yang mampu membuat jantung Vanilla berdetak kencang saat berde...