“Cepat bawa dia masuk ke ruang medis dan obati lukanya!” Vanilla berseru panik pada pengawal.
“Tapi, Nona—“
“Berapa kali harus kukatakan, bertindak cepatlah jika sudah menyangkut nyawa seseorang. Dia sedang bertaruh antara hidup dan mati, tetapi kalian masih sempat-sempatnya berdebat dan tidak menghiraukan seseorang yang membutuhkan pertolongan?” Suara Vanilla terdengar gemetar, memikirkan seberapa parah luka di tubuh orang asing itu. Apa lelaki itu masih sanggup bertahan?
“Dia tidak terluka lagi, Nona.”
“Tidak … terluka?”
Vanilla menelan salivanya, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Astaga, betapa memalukannya ketika beberapa saat yang lalu dia mencemaskan seseorang yang baik-baik saja. Saat ini pasti semua mata sedang tertuju padanya.
“Dia memaksa masuk hanya untuk memberikan seplastik buah gooseberry dari hutan, katanya kau yang memintanya,” jelas pengawal. “Aku yakin dia berbohong, Nona. Sudah jelas mereka pasti penjahat yang mencari berbagai upaya untuk masuk ke villa ini. Atau bisa jadi mereka sudah memberikan racun pada buah yang mereka bawa.”
“Biarkan mereka masuk. Mereka tidak berbohong, aku memang meminta mereka memetikkan buah gooseberry untukku.”
Usai mengucapkan kalimatnya, gadis itu membalikkan tubuh dan berjalan kembali ke villa. Kali ini langkahnya lebih lambat, tangan kanannya memegang tongkat untuk memastikan tidak ada sesuatu yang akan membuatnya tersandung dan terjatuh.
Pintu gerbang terbuka, Diego masuk dengan percaya diri. Tangannya menenteng sebuah kantong plastik kecil berisi buah gooseberry. Para pengawal menggeledah tubuh Diego dan Pedro, memastikan tidak ada pistol atau senjata tajam yang mereka sembunyikan. Dan seperti biasa, Pedro akan tetap berada di pos security. Hanya Diego yang diperbolehkan masuk.
Diego melanjutkan langkah sembari menatap villa megah dengan pilar-pilar kokoh menyangga yang menyangga bangunan. Jika dilihat dari dekat, nampak banyak ukiran-ukiran pada kusen jendela dan pintu. Sepertinya pemilik villa sangatlah menyukai sesuatu yang berbau seni.
Diego ingin cepat-cepat menyusul Vanilla yang sudah terlebih dulu masuk ke villa, tetapi seorang pengawal berusia sekitar 50 tahun, mencegat langkahnya.
“Aku ingin bicara denganmu,” kata pengawal itu.
“Silakan.”
“Namaku Ramon, orang kepercayaan ayah Nona Vanilla. Sebelum meninggal, beliau memberi kepercayaan padaku untuk melindungi putrinya. Jadi, 1 hal yang kau harus ingat baik-baik.” Mata lelaki bernama Ramon itu menatap Diego penuh ancaman. “Berani melukai Nona Vanilla meski hanya segores kuku, maka kupastikan sebuah peluru akan menembus kepalamu detik itu juga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Revenge
Roman d'amourVanilla. Gadis yang sejak kecil diasingkan oleh ibu tirinya, perlahan menemukan secercah kebahagiaan ketika seorang lelaki datang ke dalam kehidupannya. Diego Wilson, satu-satunya lelaki yang mampu membuat jantung Vanilla berdetak kencang saat berde...