PART 26

1.2K 211 55
                                    

TIGA TAHUN KEMUDIAN

Apa ada pilihan lain bagi Vanilla selain menunggu? Berbulan-bulan gadis itu setia menantikan kehadiran Diego, tetapi kenyataannya lelaki itu benar-benar menghilang entah ke mana. Vanilla hanya bisa termangu dan menatap pohon sakura. Menyaksikan pohon itu dipenuhi bunga berwarna pink, lalu kelopak-kelopak kecil itu berguguran. Begitu seterusnya.

Alunan musik biola seringkali mengalun merdu, memanggil seorang lelaki yang telah mencuri sebelah hati. Tapi, nyatanya gerbang villa selalu tertutup rapat, meski Vanilla lebih merindukan keributan seorang lelaki yang tubuhnya penuh luka dan pakaian yang berlumur darah seperti ketika takdir mempertemukan mereka.

Hingga akhirnya, kesabaran Vanilla berada di ambang batas. Vanilla memutuskan untuk melupakan lelaki yang pernah singgah ke dalam hidupnya, dan ia pun mati-matian berusaha menghapus nama Diego dari hatinya.

Vanilla menyibukkan diri dengan berbagai macam buku baru. Tuan Ramon sering membawakan Vanilla novel-novel berbagai genre. Thriller, horror, fantasi, dan yang paling disukai adalah kisah romansa. Jatuh cinta, patah hati, kecewa, terluka. Dari semua hal yang Vanilla baca, ia memahami bahwa tidak semua hubungan yang terjalin antara dua insan akan selalu berakhir bahagia.

Dan sekarang Vanilla tahu kenapa Diego pergi begitu saja. Bukan salah Diego, tetapi Vanilla yang salah karena berharap terlalu banyak pada orang asing yang kebetulan singgah dan menerobos benteng kokoh yang selama ini dibangun Vanilla. Diego sudah memilih jalan hidupnya sendiri, maka sudah seharusnya Vanilla melupakan semua kenangannya bersama lelaki itu. Anggap semua kenangan indah itu sebagai mimpi indah, yang mana ketika Vanilla membuka mata, ia tidak menemukan siapa pun di hadapannya.

Begitulah kehidupan terus berjalan. Setidaknya Vanilla bersyukur karena ia masih memiliki Tuan Ramon. Tapi, lagi-lagi ia harus menerima sebuah kenyataan pahit. Tuan Ramon sakit parah harus keluar dari villa untuk dirawat oleh keluarganya di sebuah rumah sakit. Kenapa orang-orang baik di dunia ini satu per satu harus tersingkir dari kehidupan Vanilla?

Tidak apa. Vanilla akan mengambil sisi positif dari kondisi Tuan Ramon sekarang. Dia meminta salah satu pengawal untuk mengantarnya menjenguk Tuan Ramon. Di saat itulah Vanilla menunggu pengawalnya lengah dan memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri.

Dan di sinilah Vanilla berada sekarang. Dengan sedikit uang yang dimiliki, gadis itu meminta sopir taksi mengantarnya ke taman kota. Salah satu tempat yang memiliki sebuah kenangan tersendiri dengan Diego. Tentu saja Vanilla tidak akan melupakan bagaimana rasanya saat dia berjalan sembari bergelayut manja di lengan Diego.

Vanilla berdiri tegak di bawah pohon rindang. Mata cokelatnya menjelajah ke area taman. Matahari mulai beranjak ke peraduannya. Angin semilir berembus cukup kencang, menerbangkan rambut panjangnya yang tergerai di punggung.

Biasanya, Tuan Ramon yang akan mengawasinya di kejauhan. Tapi kali ini, Vanilla sendiri. Benar-benar sendiri, sampai ia ragu apakah keputusan untuk melarikan diri dari sangkar emasnya adalah keputusan yang tepat. Apa yang akan dia lakukan di tempat asing ini dengan uang yang terbatas?

Vanilla melirik tas biola yang tersampir di pundak kanannya. Ia sengaja membawa benda itu, karena ia tidak mungkin meninggalkan benda kesayangannya ketika ia melarikan diri dari villa. Oke, mungkin benda itu bisa sedikit menghilangkan kerisauan Vanilla.

Bermain biola akan membuatnya rileks. Gadis itu mengambil biola dari dalam tas, lalu mulai memainkannya. Instrument yang mengalun merdu cukup untuk menyita perhatian para pengunjung lain. Hanya dalam hitungan menit, mereka berkerumun untuk menonton pertunjukan gratis yang disajikan Vanilla.

Alunan musik indah, siapa pun yang mendengarnya pasti akan terpukau. Terlebih, sang pemain biola merupakan gadis berambut panjang dan berparas cantik. Hanya orang bodoh yang tidak tertarik oleh pertunjukan indah di hadapannya.

Love and Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang