Vanilla membuntuti Diego memasuki lobi apartemen. Sejak tadi dia tidak berani mempertanyakan apa pun, hanya menurut ketika Diego menyuruhnya turun dari mobil. Lelaki itu bahkan membawakan koper milik Vanilla. Lantas, dia berbicara sebentar dengan resepsionis, kemudian berjalan ke arah lift dan menempelkan access card di sana dan menunggu beberapa saat sampai pintu lift terbuka.
"Maaf, Tuan Wilson. Apa kita sedang menuju ke ... apartemen milik Anda?" Akhirnya Vanilla memberanikan diri untuk bertanya.
"Kau pikir aku lelaki macam apa? Aku tidak pernah membawa wanita ke apartemenku. Kalaupun suatu saat aku membawanya, maka aku pastikan dia adalah wanita yang istimewa. Bukan gadis jalanan sepertimu," sahut Diego dingin.
Vanilla mendengus. "Masih saja merendahkan orang lain."
"Tidak bisakah kau menurut saja dan jangan terlalu banyak bertanya dengan mulut cerewetmu itu?"
"Dan tidak bisakah Anda bersikap lembut sedikit saja pada seorang gadis?"
"Kenapa malah jadi kau yang mengaturku? Sudah beruntung aku menyelamatkanmu."
"Kalau begitu saya menyesal karena sudah diselamatkan Anda."
"Oke. Kalau begitu nanti malam aku akan menyuruh seseorang untuk menyelinap ke dalam kamarmu dan melakukan tindak kriminal."
"Aku hanya bercanda, Tuan," potong Vanilla cepat.
Pintu lift terbuka di lantai 15. Setengah berlari Vanilla berlari mengikuti Diego menyusuri lorong apartemen yang sunyi. Namun, kesunyian itu berubah ketika seorang lelaki di kamar paling ujung keluar melewati pintu sembari menyeret sebuah koper besar. Di belakangnya menyusul wanita muda yang berteriak emosi pada si lelaki.
"Aku sudah membayar uang sewa sampai 1 tahun ke depan. Lalu kenapa tiba-tiba kau mengusirku begitu saja?" teriak wanita muda itu.
Lalu, si pria dengan santai menjawab, "Aku akan mengembalikan uang sewanya 2 kali lipat."
"Aku akan menuntutmu! Berani-beraninya kau dan anak buahmu mengeluarkan barang-barangku tanpa izin! Mengusir wanita malam-malam seperti ini, apa kalian tidak punya hati?"
Vanilla melirik wanita itu ketika mereka berpapasan. Vanilla tidak tahu masalah apa yang terjadi, tetapi ia berdoa semoga ada seseorang yang berbaik hati menolong wanita itu seperti Diego yang menolong Vanilla. Ternyata kehidupan ibukota memang sangat keras. Lelaki mana yang tega mengusir seorang wanita malam-malam begini? Meski Diego juga melakukan hal yang sama pada Vanilla, tetapi setidaknya Diego bertanggung jawab dengan mencarikan tempat tinggal lain untuk Vanilla.
Oh, tidak! Sepertinya Vanilla mulai mengerti apa yang sedang terjadi ketika Diego membuka pintu kamar paling ujung. Kamar milik wanita tadi! Bagaimana bisa begitu?
"Tuan Wilson, Anda yang mengusir wanita tadi?"
"Bukankah sudah kukatakan, jangan terlalu banyak bicara dengan mulut cerewetmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Revenge
Roman d'amourVanilla. Gadis yang sejak kecil diasingkan oleh ibu tirinya, perlahan menemukan secercah kebahagiaan ketika seorang lelaki datang ke dalam kehidupannya. Diego Wilson, satu-satunya lelaki yang mampu membuat jantung Vanilla berdetak kencang saat berde...