1

281 31 59
                                    

Suasana sore ini sangat indah. Cuaca yang tidak terlalu panas, membuat beberapa orang berjalan santai di sekitar taman, beberapa diantaranya sibuk menikmati indahnya pemandangan dari dalam cafe sambil ditemani dengan secangkir cappucino dan kue coklat.

Jika kalian menganggap bahwa ini adalah cerita tentang putri konglomerat, anak CEO, atau seorang putri sultan, maka jangan meneruskan bacaan kalian. Karena, realita tak seindah kisah tokoh utama wanita dari berpuluh-puluh novel yang sudah aku baca di wattpad dan beberapa diantaranya kudapat melalui situs bajakan.

Senyum ramah tersungging di bibirku, begitu seorang wanita paruh baya mengantre di depan meja kasir.

"Selamat sore, mau pesan apa bu?" ucapku, dengan suara kelewat lembut yang kata managerku bisa membuat pelanggan senang.

Perkenalan singkat,namaku Bianca Gracia. Nama yang tergolong kaya untuk ukuran kelas ekonomiku. Well, setidaknya masih tergolong pas untuk bertahan hidup. Aku masih seorang pelajar SMA di kelas sebelas, dan yang kulakukan sekarang adalah bekerja paruh waktu untuk beberapa biaya tambahan, fakta bahwa cewek memiliki biaya hidup lebih mahal memang benar adanya.

"Saya ulangi yah Bu, dua ice latte less sugar dengan toping caramel sauce, satu strawberry cheesecake ukuran large dan satu ice americano five shoots. Untuk meja tujuh belas yah bu, silahkan ditunggu."

Kusobek nota pesanan, kemudian memberikannya kepada wanita paruh baya yang kelihatan modis tadi. Sepertinya dia sedang menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya. Wah, pasti seru, andai aku punya sosok ibu.

Aku tinggal di rumah peninggalan ayah yang ukurannya tidak begitu besar. Hanya rumah minimalis, dengan tiga kamar tidur serta satu kamar mandi. Terkadang, aku harus mengantri dengan abangku untuk berangkat ke sekolah di pagi hari. Kehidupan memang kadang membuatku kecewa, tapi, beruntung sekali aku diberikan sosok abang seperti Bang Viko yang selalu mendukungku serta berusaha membantu biaya sekolah dan kehidupanku.

"Bi, udah waktunya istirahat. Lo ke rest room gih!"

Aku mengangguk patuh, usai mendengar arahan dari temanku. Memang, hari ini aku mengambil shift dari pukul delapan pagi dan baru akan istirahat sekarang. Tiap weekend selalu seperti ini jika tidak ada kendala.

Begitu sampai di ruang istirahat, aku merebahkan diriku pada sofa empuk yang sering menjadi kasur dadakan kalau aku ngantuk karena menunggu pergantian shift. Mataku ikut menatap keluar jendela, ruang istirahat kami memang bersebelahan dengan area bermain anak-anak. Sehingga, aku bisa sesekali tertawa ketika melihat tingkah menggemaskan anak-anak yang main di sana.

"Huwaa capek banget gue!"

Aku mengalihkan tatapan menjadi menatap Amanda. Satu-satunya sahabat cewekku itu memang bergabung untuk kerja paruh waktu karena baru saja memecahkan parfum mahal bundanya. Alhasil, ia tidak diberikan uang saku selama seminggu dan terpaksa ikut bekerja.

"Makanya, jagan sok ngide ikutan kerja. Lagian, minta maaf sama bunda aja ga susah kok Man. Heran banget gue sama lo!" balasku, menyodorkan kotka tissue pada gadis itu.

Mengabaikan Amanda yang sudah sibuk mengadu pada pacarnya, kini aku kembali menatap ke luar jendela. Tidak sengaja, aku melihat interaksi sepasang kakak beradik yang sedang mengobrol.

"Abang jahad, masa ade dikaci minum  kopi abang? Pait tauu rasana adek nda like!" Si adek terlihat merajuk, membuat siapapun yang melihatnya akan gemas.

"Abang minta maaf, adek jangan marah ya? Nanti abang beliin lego yang baru buat adek, mau nda?"

Aku terkekeh mendengar suara cowok tinggi yang kini membelakangiku, suara beratnya justru terdengar imut karena mengikuti gaya bicara sang adik.

Deg

Aku menegang, begitu cowok yang sedari tadi menjadi tontonanku berdiri menyamping, tangannya menggenggam jemari mungil anak laki-laki kecil yang berhasil dibujuknya.

'Gue kemana aja sih selama ini? Sampe manusia seganteng dia baru gue lihat hari ini?!' batinku menjerit, dengan mata yang sibuk melihat kepergian cowok tadi. Sial, sepertinya aku baru saja mengalami cinta pandangan pertama.

"Liatin apa sih Bi?"

"Eoh? Ga ada kok hehe"

"Setress lo kelamaan jomblo, cari pacar gih!"

Mendengus adalah hal yang kulakukan usai kepergian Amanda. Dasar! Tidak tahu saja gadis itu kalau aku sedang kasmaran karena pesona wajah tampan cowok misterius tadi. Aih, semakin dibayangkan malah semakin salting.

***

Hola gess

Author kembali lagi dgn cerita baru

Oh ya, untuk mansion bujang hwarang author memutuskan untuk up sesuai mood, soalnya itu rada susah bikin outlinenya.

Enjoy cerita ini yaa

jgn lupa di vote sama komen lho

CU

LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang