20

72 11 0
                                    

Satu grup debat dengan Ares, benar-benar menguras tenaga dan perasaanku. Bagaimana tidak, setiap hari kami berlatih bersama dan setiap hari pula aku harus berinteraksi dengan manusia es itu.

Seperti hari ini, dengan menghela napas lelah, aku melangkah memasuki lab bahasa yang menjadi tempat latihan debat kami. Senyum tipis kuberikan pada Aron, cowok yang lumayan populer di angkatan kami, walau tidak sepopuler Ares. Setidaknya cowok itu menjadi penyelamatku untuk melancarkan aksi move on ku dari Ares.

Senyum lebar tercetak jelas di wajah Ares, begitu aku mengeluarkan dua kotak bekal yang memang sengaja aku siapkan dari rumah. Sejak aku masuk tadi, cowok itu memang sudah menatapku.

"Aron, ini aku bikinin kamu bekal. Mau makan bareng ga?" ucapku, membuat senyum di wajah Ares menghilang.

Tolong garis bawahi bahwa aku tidak menyukai Aron. Aku bersikap baik dengan gaya bicara yang sopan juga, karena memang kepribadian Aron yang sopan. Yah, walau tidak janji nanti aku bisa saja berpaling ke cowok itu.

Aron terlihat melirik sekilas ke arah Ares yang melengos dari ruangan itu. Bu Steffy memang memberikan kami jeda makan siang sebelum sesi bimbingan, itulah alasan mengapa aku mengajak Aron makan bersama di sana.

Drrtt drtt

Acara makanku terhenti, begitu melihat notifikasi chat dari Jordan.

Jordan 🐻

Bi, ini si Es lo apain?

Hah? Ga kok, org dia
Yg pergi tiba" dri lab
Knp emang?

Serem njir, masa tiba" dtg
Mukanya asem bgt, udh gitu
Sensi bgt pas gue tanyain lo

PMS kali

Woilah, wkwkwk

Dahlah, mau lnjut
Makan gue

Usai membalas pesan dari Jordan, aku kembali melanjutkan acara makan bersama Aron. Sebenarnya kami tidak begitu banyak mengobrol, lebih cerewet kalau sudah masuk sesi bimbingan memang. Jadi, jangan heran kalau Aron dan aku hanya sibuk ke makanan kami.

Hari semakin sore, Ares sudah kembali bergabung bersama kami sekitar satu jam yang lalu. Sesi bimbingan kali ini memang tidak begitu lama, karena Bu Steffy khawatir kami akan kehujanan ketika pulang nanti.

"Bi, nanti baliknya pake apa?" tanya Aron, membuatku menoleh ke arah cowok dengan senyum manis itu.

"Aku naik gojek paling," balasku, kembali sibuk merapihkan barang bawaanku sambil melirik ke arah jendela, yang menampilkan langit sore yang sudah semakin mendung.

"Bareng aku aja, mau ga? Kebetulan searah juga kan?"

Aku melirik sekilas ke arah Ares, yang kini juga melirik sinis ke arahku. Cowok itu masih terdiam di dalam ruangan, padahal ia sudah selesai berkemas.

"Boleh deh, kalo ga ngerepotin," jawabku, memberikan senyum terbaik pada Aron.

Seperti dugaanku, Ares semakin menajamkan tatapannya. Aku sama sekali tidak peduli dan terganggu dengan hal itu. Bagiku, tatapan itu hanyalah hal biasa, sama seperti kejadian beberapa minggu lalu, sekalipun aku masih merasakan sensasi jatuh cinta, tetap saja niatku sudah bulat untuk melupakannya.

"Duluan Ares," ucap Aron, sebelum berjalan beriringan denganku menuju keluar lab bahasa.

Ares masih bergeming, itu yang kusaksikan, bahkan sampai aku tidak bisa meliriknya lagi karena sudah berjalan jauh.

'Apa gue sejahat itu?' batinku, sambil berjalan bersama Aron. Kalau boleh jujur, aku sama sekali tidak fokus dengan obrolan kami. Pikiranku isinya Ares dan rasa bersalahku atas tingkah cuek yang selama ini kuberikan padanya.

"Bi, jadi gimana menurut kamu?"

Aku terkaget mendengar pertanyaan Aron. Sialnya, cowok itu menangkap keterkejutanku.

"Maaf Aron, aku tadi ngelamun. Tadi gimana pertanyaan kamu?"

Aron tersenyum maklum, kemudian kembali menjelaskan pertanyaannya.
'Ares jelek! Bikin ga fokus aja!' batinku kesal.

***

Hola gess
Soo, author berencana buat namatin cerita ini malam ini juga
Why? Karna author mau fokus ngerjain tugas dan maybe bakal hiatus setelah liburan ini.

Author tuh ngerasa ganjel kalau ini belom end, jadi author bakal selesaikan dlu baru fokus ke yg lain biar ga kepikiran

Jan lupa voment dan bca AUnya yaa di ig
CU

LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang