26

57 7 0
                                    

Aku mengerjapkan mataku, ketika pusing mulai melanda. Usai menyesuaikan penglihatanku, barulah aku meneliti ruangan tempatku berada.

Sebuah kamar yang kuyakini sebagai kamar hotel. Sial! Aku diikat pada sebuah kursi, sehingga tidak bisa berlari dari sini.

"LEPASIN GUE!" teriakku marah, padahal tidak ada siapapun di dalam ruangan itu.

Lima menit lamanya, aku terus saja berteriak marah, sesekali berusaha melepaskan ikatan pada tubuhku walau hasilnya nihil.

Kedatangan seorang pria paruh baya, dengan badan kekar bak duda kaya raya, berhasil membuat sekujur tubuhku merinding ketakutan.

Tatapan mesum pria itu, meneliti penampilanku dari ujung rambut, sampai ujung kaki. Sesekali ia tersenyum miring yang terlihat menjijikan di mataku.

"Om siapa?! Lepasin saya!" ucapku, yang dihiraukan oleh pria itu.

Pelan namun pasti, tangan kotornya mulai membelai rambutku hingga turun ke leher. Sial, aku benci ini.

Dengan sisa tenaga, kuludahi tangan pria itu agar segera menjauh dari tubuhku. Demi apapun, aku akan mandi berkali-kali usai bebas dari sini.

PLAK

Sebuah tamparan ia layangkan pada pipiku. Cukup keras, sampai sudut bibirku terluka karena tamparan itu.

"Jalang sialan! Berani kamu?! Saya udah beli kamu, jadi saya bebas menikmati kamu malam ini. Paham?" ucap pria itu, dengan nada bicara yang angkuh serta ekspresi menyebalkan.

"Sampah! Kalian semua sampah!" balasku, melampiaskan rasa kesalku padanya.

"Kamu boleh ngatain saya sekarang. Tapi, kalau sudah terjadi nanti, saya jamin kamu bakal ketagihan sama saya," jawab pria itu, memegang daguku dengan senyum menggoda.

Cuih

Aku meludah ke samping. Benar-benar marah dengan keadaan, walau ada rasa takut yang coba kusembunyikan. Batinku bertanya-tanya, bagaimana kalau dia sampai melecehkanku? Dengan suara yang berteriak nyaring di dalam hati.

Tangan pria itu kembali bergerak. Kali ini mulai merobek ujung gaunku, membuat paha mulus yang berbalut celana short ku kelihatan. Tangan pria sialan itu kembali menelusuri paha mulusku. Sial, sungguh sial. Seandainya aku mengikuti ajakan Ares tadi, pasti tidak akan berakhir seperti ini.

Melihatku yang bersusah payang menggerakkan tubuh agar tidak tersentuh, pria itu beralih menyentuh area bibirku. Dengan sisa emosi yang masih membara, kugigit tangan pria itu membuatnya menjerit sambil sesekali menarik rambutku.

Dengan amarah, pria itu justru hendak mencium bibirku yang berhasil terlepas dari tangannya.

Aku memejamkan mata, mencoba menggerakkan wajahku pun tidak mempan. Pria itu sudah terlebih dahulu mengunci pergerakan wajahku dengan tenaganya yang super. 'Tuhan, kalo om sialan ini berhasil cium aku, tolong ganti aja bibirku Tuhan. Ga mauu,' pekik ku dalam hati.

BUGH

"Don't you dare to touch my girl, b*stard!"

Umpatan itu, dengan suara rendah nan menyeramkan. Aku sangat hafal. Ares, dia Ares.

Ares bergerak cepat menutup mataku, cowok itu berbisik pelan "Kamu jangan buka mata sebelum aku suruh. Please kali ini nurut!" Yah, seperti katanya, aku benar-benar menutup mataku karena tidak ingin memperburuk suasana.

Suara patahan kursi, benda pecah bahkan pukulan khas orang berkelahi adalah hal yang kudengar sekarang. Sungguh, tidak bohong. Sensasi menegangkannya lebih terasa karena aku menutup mata sedari tadi.

"Bi, buka matanya!" titah Ares, yang dapat kulihat sedang sibuk membuka ikatan pada tubuhku.

Tanpa aba-aba, sebuah dekapan kudapatkan dari cowok itu. Dekapan hangat yang membuatku merasa aman.

"It's ok, ada aku," ucap Ares, seiring tangannya yang sibuk menepuk pelan punggungku yang bergetar karena menangis.

***

Hellaww

Yuhuu author up lagi dongs
Beneran hari ini harus end, supaya author bisa tenang ngurusin sempro huhu.

Jan lupa vote sama komentnya yaa

CU

LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang