49

49 2 0
                                    

Back to Bianca's POV

"Bi, bangun heh! Lo kenapa anjir?"

Samar-samar, kudengar suara Jordan, namun, entah bagaimana rasanya aku kebingungan.

Perlahan, kubuka mataku yang terasa luar biasa berat. Rasa cemasku terbayar, ketika mendapati Ares yang juga baru saja mengerjapkan matanya. Aku tertidur tepat di kedua paha cowok itu.

"Lu berdua kenapa dah?" tanya Jordan sambil menatap heran ke arahku.

Ares terlihat menangis dalam tidurnya, membuatku mau tidak mau bangun dari tidurku. Menepuk pelan pipi kekasihku itu. Jujur saja, akupun masih dalam keadaan bingung karena  apa yang baru saja terjadi dalam tidurku.

"Ares, sayang kamu kenapa?" ucapku, begitu Ares berhasil menyesuaikan pandangannya dengan kebingungan.

Bukan jawaban yang didapat, melainkan pelukan erat dari Ares. Rasanya aku tidak dapat bernapas karena pelukan tiba-tiba itu.

"Hey, kamu kenapa sayang?"

Aku berucap, namun, Ares semakin memelukku dengan erat. Mengabaikan pertanyaanku barusan. Cowok itu kini mulai sesegukan, persis seperti orang yang menangis karena ditinggal pergi.

"Ares, kenapa ih?! Jangan bikin panik!" aku berucap kesal, jujur. Akupun sama kaget dan bingung, namun, aku lebih khawatir dengan apa yang cowok itu alami dalam tidurnya, karena ia menangis histeris seakan telah terjadi hal buruk.

Jordan, Bimo bahkan Tiffani yang juga berada dalam ruang rawat Bimo kini menatap kami bingung. Apalagi ketika Ares membawaku dalam pelukannya, enggan memberitahu apa alasannya menangis.

"Ini si Es kerasukan apa gimana sih anjir?! Gue takut please!" Jordan memekik,ia memang terkenal paling pemberani, namun, siapa sangka cowok itu sangat takut dengan hal-hal mistis.

Aku diam, memberikan waktu untuk Ares meluapkan emosinya. Lebih baik begitu menurutku, karena mungkin yang ia alami dalam tidurnya tadi adalah mimpi yang amat sangat buruk.

"Udah mau cerita sekarang? Soalnya aku juga banyak yang mau diceritain," ucapku, begitu Ares berhenti menangis. Cowok itu meneguk segelas air pemberian Jordan, sementara aku sibuk menyeka airmata di wajahnya.

"Aku mimpi kamu, di mimpi itu aku jahat dan kamu ninggalin aku," Ares berusaha menjelaskan di tengah sesegukan yang belum sepenuhnya reda.

Aku terkekeh, lucu sekali memang kalau Ares dalam mode seperti sekarang ini.

"Tapi aku kan disini, sekarang lagi dipeluk sama kamu. Kok sedih? Emang kamu jahatin aku kayak gimana?"

Ares mencuri kecupan pada keningku, cukup lama sampai deheman Jordan jadi distraksi.

Aku terkekeh, mencubit pelan pipi Ares yang lembutnya seperti kulit bayi.

"Aku juga mimpiin kamu. Disitu juga kamu jahatin aku hehehe, tapi kan cuman mimpi," aku mencoba menenangkan Ares. Kalau boleh jujur, mimpiku juga buruk. Bermimpi dihamili pria yang paling kucintai yang tidak lain adalah Ares, bertengkar, mendapat penyakit yang parah dan mematikan, apa lagi yang lebih buruk dari itu?

Namun, aku patut menyebut diriku beruntung, karena itu hanyalah mimpi yang mungkin akan membuatku banyak belajar.

"Aku apain kamu?" Ares bertanya dengan serius, karena aku hanya diam sedari tadi.

Kuelus rambut hitam legam milik Ares, sebelum mengecup bibirnya sekilas.

"Rahasia. Lagian, cuman mimpi, ga selamanya benar kan?"

Ares mendengus, menarik tengkukku untuk memberikan ciuman yang lebih lama sebagai balasan. Ada rasa khawatir yang coba ia beritahu lewat ciuman itu. Namun, aku yakin kekhawatirannya juga sama-sama tentang mimpinya barusan.

"ADEK!"

Panggilan Jordan berhasil membuatku melepas paksa ciuman Ares. Sedikit kebingungan menatap Jordan yang kini sudah menarikku turun dari pangkuan Ares.

"Main cium-cium aja lo! Nikahin baru boleh! Adek gue nih!" Jordan berucap, sebelum membawaku ke belakang tubuh tegapnya.

"Eoh? Gue kira kita adek kakak cuma di mimpi aja Ndan," ucapku, menampilkan raut bingung.

Jordan menatapku nyalang, ciri khas Jordan kalau sedang kesal.

"Matamu! Orang semalam udah nangis-nangis abis ketemu papi sama mami, dasar!"

Aku terkekeh sambil mengelus jidatku yang jadi sasaran kekesalan Jordan. Dasar!

Bertepatan dengan itu, Papi Jo masuk ke ruang rawat Bimo, lengkap dengan tiga kantong plastik yang ia tengeng.

"Pi, adek udah nakal nih! Udah berani cium-cium sama si Es!"

Sialan, Jordan cepu memang!

Aku menggeleng kuat, "Ih nggak Pi! Ndan bohong!" ucapku membela diri.

"Ndan-ndan, abang! Tuaan gue tau!"

Ku Lirik Jordan sinis, "Banyak mau!"

Papi Jo mendekat, usap kepalaku lembut sambil beri kecupan disana.

"Es, nanti malam undang daddymu ke rumah Papi ya. Kalian kalo ga dinikahin bahaya!" ucap Papi Jo, menatap Ares serius.

"Siap Pi"

Aku melongo, apa-apaan? Kenapa Ares malah mengiyakan ucapan Papi Jo? Bukannya itu hanya guyonan?

Sementara di sudut ruangan, Bimo dan Amanda nampak cengo.

"Ini gue dijenguk apa mereka berdua yang lagi prosesi pertunangan ya?" Bimo berucap dengan wajah cengonya.

Amanda memandang Bimo, sama bingungnya.

"Nggak Bim, kita aja yang ga kelihatan,"  balas cewek itu.

***

Annyeong!!!

Kaget ga? Hehe maap yaa, author ga bakat bikin sad end jadi gagal deh wkwkwk kita happy" aja yaaa

Btw jan lupa komen dan vote yaa

CU manies

LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang