Malam semakin larut, tidak terasa, aku sudah menghabiskan sekitar sepuluh buah kinderjoy sambil menonton video cocomellon pada ponsel Ares.
Jika kalian bertanya apa yang dilakukan oleh cowok dingin itu, maka jawabannya adalah main game. Yah, sepanjang aku menonton tadi, tidak ada percakapan diantara kami. Hanya suara cocomellon dan game yang dimainkan Ares saja yang saling bersahutan.
"Kenapa?" tanya Ares, tanpa melirik ke arahku.
Aku mendengus kesal, sambil mempause video yang kutonton.
"Bosan," jawabku, mengundang tatapan dari cowok itu.
"Sabar, bentar lagi naik rank," kata Ares, masih setia dengan ponselnya.
Aku mendengus, memungut sampah cemilanku kemudian menaruhnya kembali ke dalam plastik untuk dibuang. Ponsel yang tadi diberikan oleh Ares, sudah kusimpan di atas meja, tepat di depan cowok itu.
"Jangan cemberut gitu, cuci muka gih, jelek banget mukanya abis nangis gitu!" titah Ares yang sekali lagi membuatku kesal, walau tetap aku turuti.
Aku sudah selesai dengan acara mencuci muka, usai mengaplikasikan skincare sederhanaku, aku kembali menemui Ares di ruang tamu. Ares nampak meneliti penampilanku, lebih tepatnya meneliti wajahku.
"Bengkaknya belom hilang yah?" tanya cowok itu, mengisyaratkan ku agar kembali duduk di sampingnya.
Aku mengangguk kaku, sedikit terpana dengan nada bicaranya yang kelewat lembut.
"Sini deketan!" titahnya, karena aku duduk jauh di ujung sofa.
Aku mendekat, dengan jantung yang sudah berdetak kencang serta ekspresi salah tingkah yang tidak karuan.
Ares mencondongkan wajahnya, kini aku bebas melihat jelas wajah cowok itu dari jarak dekat karena ia juga tengah meneliti wajahku.
"Tutup matanya!" titah Ares, yang tidak kuturuti. Seolah mengerti dengan arti dari reaksiku, Ares mendengus pelan.
"Gue ga aneh-aneh, tutup mata aja biar gue bantu mata lo ga bengkak lagi," tambah cowok itu, yang membuatku perlahan menutup mata.
Perlahan, aku merasakan sensasi hangat pada area mataku, entah apa yang cowok itu lakukan, sepertinya ia menempelkan sesuatu pada mataku.
"Hangat ga?"
Aku mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Ares, rasanya memang membuat mataku terasa lebih rileks, walau kelopak mataku masih aktif bergerak karena salah tingkah.
"Kelopak matanya jan gerak terus, dibikin santai aja coba," ucap Ares lagi, yang tidak ku jawab, melainkan langsung aku lakukan.
Terhitung sudah hampir lima belas menit lamanya aku bertahan dengan posisi mata tertutup, sementara Ares, cowok itu juga hanya diam sedari tadi.
"Ares"
"Hm?"
"Udah belom? Aku ngantuk"
"Matanya masih kerasa kayak ketarik ga?" tanya Ares, masih dengan posisi belum mengizinkan aku membuka mata.
Aku menggeleng pelan, "Udah mendingan kok," jawabku.
Perlahan Ares melepaskan benda hangat itu dari kelopak mataku. Seketika aku membuka mata secara perlahan sambil menyesuaikan penglihatanku.
"Udah mendingan lah, daripada yang tadi jelek banget," ucap cowok itu, lantas mengambil ponselnya dari atas meja.
"Iya nih, rasanya juga udah lebih plong sekarang. Btw kamu pake apaan tadi? Enak banget hangat. Apa pake koyo yah?" tanyaku, dengan polosnya.
Tak!
Satu jitakan mendarat di keningku, siapa lagi pelakunya kalau bukan manusia es yang sialnya adalah gebetanku itu.
"Kok disentil? Sakit tau!" kesalku, sambil menggosok pelan bekas sentilan Ares tadi.
"Ya siapa suruh lo ngawur? Yakali pake koyo di mata Bi? Apa ga perih itu mata lo?" balas cowok itu, terlihat kesal degan pertanyaanku.
"Yaudah sih tinggal jawab aja"
Ares mendengus kesal, tak urung menatapku dengan tatapan malas khasnya.
"Gue pake tangan, soalnya tangan gue selalu hangat," jelas Ares, dengan atensi yang sudah berpindah pada ponselnya yang memang sedari tadi bergetar.
"Pake tangan? Tangan kamu ditempelin ke mata aku gitu?"
Ares mengangguk mantap, masih fokus membalas pesan.
"Wait! Kamu udah cuci tangan kan?"
Ares menggeleng, masih enggan menatapku.
"Hah?! Terus itu tangan kamu kotor abis main hape megang muka aku gitu?!"
"Iya Bianca, tangan gue ga dicuci dan megang muka lo! Kenapa sih? Dari tadi suaranya gitu banget!" jelas Ares, menatap kesal ke arahku.
"ARES IH! AKU UDAH PAKE SCINCARE TAU! NGESELIN!"
***
Hi hwarang'ers
Yuhuu author up lagi nih
Jan bosan" yaa
Author abis ini kyknya ga bisa up deh
Jan lupa vote sama komentnya yaa...Love u
CU
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVER
Teen FictionMenurut kalian apa level tertinggi dari mencintai? Banyak yang bilang level tertinggi dari mencintai adalah mengikhlaskan, tapi, itu tidak berlaku untuk Bianca. Gadis biasa yang tidak begitu populer di SMA Harapan itu punya anggapan sendiri tentang...