43

44 2 0
                                    

*Note! Ini pake author pov dlu yah sebelum di mix kembali pake povnya Bianca.

Ares menghela napas untuk sekian kalinya. Sepertinya ia sudah sangat fatal bereaksi demikian ketika dilamar oleh sang pujaan hati.

FLASHBACK ON

Dua hari yang lalu, Bianca mengucapkan hal keramat yang sejak mereka berdamai selalu menjadi topik keresahan Ares di malam hari. Yah, kekasihnya itu mengajak Ares untuk menikah.

Bukannya tidak mau, Ares bahkan sudah ingin menikahi wanita itu sejak lama. Hanya saja, keadaan sedang tidak tepat untuk mereka menikah sekarang.

"Sayang, bukan ga mau. Aku bakal nikahin kamu, beneran deh. Tapi, tunggu sebentar yah?"

Sialnya, pinta Ares saat itu tidak diterima oleh Bianca. Malah, diartikan sebagai penolakan.

FLASHBACK OFF

"Si adek masih marah yah?" tanya Jordan, yang baru saja melihat Ares bergabung bersamanya di ruang tamu.

Calon saudara iparnya itu nampak menyedihkan, wajah kusut, kantung mata yang mulai menghitam, serta penampilan yang acak-acakan.

"Maklumin dulu kalo kata Mami. Lo tau kan, Bibi sekarang bukan cuman kesel karena kecewa aja, tapi keselnya dia udah nyampur sama hormon ibu hamil," tambah Jordan, yang masih direspon oleh anggukan pelan dari Ares.

Dari ekor matanya, Jordan melihat sosok yang menjadi alasan sahabatnya uring-uringan. Yah, di ujung tangga, Bianca terlihat berdiri sambil menatap ke arah mereka.

"Adek kenapa? Mau sesuatu?" tanya Jordan, berhasil menarik atensi Ares untuk segera menatap ke arah cintanya.

"Sayang, mau sesuatu?" tanya cowok itu, dengan suara kelewat lembut.

Bianca menggeleng, kemudian bergegas menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya.

Ares tersenyum maklum, membuat Jordan yang sedari tadi berada di sana sebagai penonton hanya bisa menghela napas pelan, prihatin.

"Bianca kalo lagi ngambek, biasanya disogok apaan Ndan biar ga ngambek lagi?"

Jordan menoleh, masih merasa prihatin dengan calon iparnya itu.

"Ga gampang disogok anaknya. Biasanya kalo marah yang misuh-misuh ga jelas, abis itu udah selesai baikan kita. Tapi yah kalo marahnya cuman diam gini, berarti marahnya ga main-main sih," jelas Jordan, membuat Ares semakin menurunkan bahunya yang tegap.

"Emang ga bisa lo penuhin permintaan dia kali ini yah Es? Jarang minta juga anaknya kan?"

Ares beralih menoleh ke arah Jordan. Kali ini tatapannya berubah sendu.

"Gue mah dia minta nikahin, detik ini juga gue jabanin Ndan. Tapi, yah lo tau sendiri kalo gue sama daddy sama Buna belom baikan. Gimana caranya coba?"

Hening kembali menjadi teman diantara diamnya Jordan dan Ares, kedua cowok itu sedang sama-sama memikirkan solusi yang mungkin bisa menjadi jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi. Entah bagaimana, sesegera mungkin harus ditemukan.

"Ares"

Suara lembut bercampur sedikit getaran itu menarik perhatian keduanya. Ares mengulas senyum manis di wajah lelahnya, berharap agar wanita kesayangannya yang menjadi pemilik iris hitam kecokelatan itu bisa menerima kerinduan yang terpancar lewat tatapan itu.

"Ada apa sayang?" balas Ares, beranjak mendekati cintanya.

Tanpa menunggu lama, tetes demi tetes cairan bening terlebih dahulu membasahi pipi wanita itu. Membuat Ares dengan sigap membawanya dalam dekap hangat miliknya.

Tangis Bianca meluruh, ada isakan serta pelukan erat yang mewarnai tangis pilu itu.

"Ada apa, hm?" lagi, Ares bertanya karena terlampau khawatir dengan tangisan itu.

Bianca menggeleng, mempererat pelukannya pada tubuh tegap yang pundaknya ia buat lesu selama dua minggu ini.

"Maaf," cicit Bianca, masih tenggelam dalam tangisannya.

Ares terluka. Jujur, ia sangat membenci tangisan orang tersayangnya, terlebih Bianca.

"Hey, lihat aku. Kamu ga ada salah, sayang," bujuknya, perlahan membawa wajah itu untuk terangkat.

Sial. Hatinya mendadak nyeri, menyaksikan wajah basah penuh airmata itu. Apalagi, perihnya semakin menjadi ketika mendengar isak tangis itu masih belum mereda.

"Harusnya aku dengerin penjelasan kamu dulu,"

Ares tersenyum, jemarinya sibuk menyeka airmata di pipi kesayangannya.

"Ga papa sayang. Kita bisa berjuang sama-sama," ucapan Ares bak mantra yang membuat Bianca mengangguk lantas menghambur ke pelukan cowok itu.

***

Hellorr!!
How r u hwarang'ers?
Author is back dgn update dari mas es dan mbak bianca nih

Masih pada disini kan?

Jgn lupa voment yaa

Enjoy!!

❤️✨

LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang