PROLOG

8.8K 373 23
                                    

Happy Reading (⌒o⌒)

"Ketika takdir sudah menetapkan jalan kehidupan, di saat itulah pertemuan akan menyatukan para insan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika takdir sudah menetapkan jalan kehidupan, di saat itulah pertemuan akan menyatukan para insan."

- Elegi Nabastala Prolog -

"2020 bersama duka terbesar."

Mungkin sebait kalimat itu sangat tepat untuk mendeskripsikan segelap apa tahun 2020. Tahun dimana banyak sekali terjadi perpisahan. 

Waktu yang seakan tercekat dalam satuan detik itu merubah kebebasan yang biasa dijalankan oleh sebagian orang. Kehilangan, kepulangan, penyesalan, kesepian, dan kehancuran tatkala sering hadir menyapa kehidupan siapa saja yang nekat melewati batas. 

Dan tahun itu akan selama-lamanya menjadi tahun paling menyakitkan untuk diingat kembali setiap waktunya. 

Di bawah bentangan nabastala yang perlahan mulai menampilkan semburat jingga, terlihat dua orang laki-laki yang tengah berdiri menatap sendu makam dengan nisan yang terlihat indah.

Seikat bunga mawar putih diletakkan di atas tanah gambut basah yang sudah terlihat cantik lagi setelah ditaburi oleh banyak bunga. 

Dua orang laki-laki dengan tinggi semapai itu mengulas senyum tipis menatap nisan tersebut.

"Rumah Mama sekarang udah berwarna lagi," ucap laki-laki itu.

"Mama lagi ngapain ya, Bas?"

"Lagi ngeliatin anak kembarnya yang makin hari makin ganteng."  Lelaki itu terkikik kecil saat menjawab pertanyaan saudara kembarnya. 

"Lo sehari serius bisa nggak si?"

"Yaelah hidup dibawa santai aja, nggak usah serius mulu."

"Bas."

"Oke sori, lanjut." Naskara menghela napas berat. Perasannya sore ini sangat sendu. 

"Di hari peringatan Mama ke dua tahun ini, Papa beneran nggak bisa dateng ya?"

"Nanti kalau ada waktu juga dateng, Nas, jangan asal tarik kesimpulan gitu lah,"

Naskara tersenyum getir mendengar ucapan Bastara--saudara kembarnya itu. Jujur saja, ia masih tidak bisa menerima penyataan tegas dari sang papa yang menyatakan bahwa pria itu tidak bisa datang bersama mereka ke makam. 

Pun sama halnya dengan tahun lalu. Papa nya itu masih sama dengan mencari-cari alasan untk menghindar dari ajakan Naskara. 

Detik ke menit, mereka hanya diam menatap sendu makam sang Mama. Sesaat mereka mengenang banyak hal tentang hal bahagia yang telah dilalui oleh mereka dengan sang mama.

 Terlalu banyak hal bahagia sampai-sampai setiap kali mengingat itu hati Naskara selalu merasa sesak seperti dihujam. Pun sama halnya dengan yang Bastara rasakan.

Elegi Nabastala [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang