Bab 3 - Pikiran yang Ramai

2K 208 28
                                    


️⚠️Content Warning + Harsh Words⚠️

Bacaan sebelum tidur

Happy reading (⌒o⌒)

"Di balik diamnya ada pikiran ramai yang berusaha untuk ditenangkan di dalam isi kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di balik diamnya ada pikiran ramai yang berusaha untuk ditenangkan di dalam isi kepala."

- Elegi Nabastala Bab 3 -

Pagi menjelang siang, ketika mentari sudah mulai semakin meninggi di bentangan angkasa. Suasana kelas kali ini jauh lebih riuh dari biasanya. Kelas terlihat sangat kacau dengan meja dan kursi yang sudah tidak tertata rapih lagi sesuai tempatnya.

Di dalam kelas itu, terlihat dua orang murid yang tengah kejar-mengejar seperti kucing dan tikus sambil meneriaki satu sama lain. Di belakang ada segerombolan murid laki-laki yang tengah asik gitaran sambil bernyanyi ria. Dan di bagian kanan, ada segerombolan murid perempuan yang sedang berghibah.

Di tengah keramaian itu, terlihat Bentala yang tengah menyendiri. Duduk damai di meja dengan airpods yang bertengger di kedua daun telinga sambil menggambar sesuatu di lembaran kertas pada bukunya.

Pulpen itu dengan lincah bergerak di atas kertas membuat sketsa. Pada kertas, terpampang jelas bagaimana coretan itu membentuk sebuah gambar dengan makna sendu yang tersirat. Di sana terlihat seorang anak laki-laki yang meringkuk karena terjebak di ruangan yang sangat gelap dan menakutkan.

Menit kemudian saat Bentala tengah asik menggambar, tiba-tiba saja seseorang dari belakang mendorong meja hingga membentur kursi Bentala. Seketika pulpen milik Bentala meleset dari sketsa.

Cowok itu menghela napas panjang seraya memejamkan mata. Sampai detik ini, Bentala sama sekali tidak berniat untuk meladeni orang itu, ia tidak mau memiliki urusan baru yang nantinya akan membuat hidupnya di sekolah tidak nyaman.

Namun, lagi-lagi orang di belakang Bentala kembali membenturkan kursinya dengan meja. Dan...

Plak!

Kepala Bentala di pukul dari belakang.

Plak!

Plak!

Pukulan ketiga kali ini jauh lebih kencang hingga membuat kening cowok itu terbentur di atas meja.

Sontak suasana kelas langsung diam membisu, seluruh pasang mata menatap ke arah Bentala.

Bagas melangkah ke sebelah meja Bentala. Tanpa aba-aba ia mencabut airpods dari telinga cowok itu dan membuangnya ke sembarang arah. Ia juga tanpa segan merobek kertas yang sedang digambar oleh Bentala.

Tangan Bentala terkepal di bawah meja. Rahangnya mengeras, deru napasnya mulai memburu. Ada gejolak amarah yang mulai meluap di dalam diri Bentala.

"Mau lo apasi?" tanya Bentala dingin.

Elegi Nabastala [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang