Bab 6 - Simpan Sendiri Rasa Sakitnya

1.6K 187 53
                                    

⚠️cw//tw + harsh words⚠️

Happy reading (⌒o⌒)

"Terlihat baik-baik saja memang tidak ada salahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terlihat baik-baik saja memang tidak ada salahnya. Tapi bukan berarti kamu bisa bersikap sok tegar di hadapan semua manusia."

- Elegi Nabastala Bab 6 -


Hari ini sepertinya semesta memang sedang tidak ingin berteman dengan Tanukala. Semua yang ia lalui di sekolah hari ini terasa seperti sebuah pisau yang menghunus hati.

Matahari sudah berganti tugas dengan sang rembulan, rasa takut di dalam diri Tanukala semakin berkobar. Sejak pulang dari sekolah tadi, tidak sedikitpun perasaan Tanukala merasa tenang. Ia bahkan sulit untuk berkonsentrasi. Sering sekali ia termenung. Saat ditanya Tanukala terlihat sangat linglung.

Kedua kaki Tanukala berhenti tepat di depan pintu. Kedua telapak tangan cowok itu terkepal erat di sisi celana. Peluh semakin merembas membasahi kening. Debar pada jantungnya berdegup dua kali lebih cepat.

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lewat lima. Mobil hitam sang Papa sudah terparkir rapih di garasi. Sementara Tanukala baru saja tiba setelah menyelesaikan jadwal les nya.

Gapapa, lo pasti bisa tahan sama sikap Papa malam ini. Tanukala bermonolog meyakinkan diri sendiri.

Detik kemudian tangannya terulur lalu membuka pintu rumah.

"Abang!!"

Saat itu juga Tanukala disambut dengan teriakan nyaring gadis kecil yang memiliki pipi cubby. Sontak Tanukala langsung berjongkok seraya melebarkan kedua tangannya-menyambut pelukan sang adik.

Abel memeluk Tanukala seerat mungkin.
"Akhirnya Abang pulang!!" pekiknya.

Tanukala membalas pelukan adik kecilnya sambil sesekali menepuk pelan punggung Abel.

Abelia Artalita anak angkat Hevan yang dua tahun lalu resmi menjadi bagian keluarga Hevan. Usianya sudah menginjak sembilan tahun, namun sikap Abel masih saja seperti anak kecil. Ia suka bermain masak-memasak, ia suka menyusun bongkahan lego yang dibelikan sang Papa, ia suka banyak hal yang berhubungan dengan barbie.

"Abel kangen tau sama Abang. Abang kenapa nggak pernah masuk ke kamar Abel pas Abel lagi sakit?"

Tanukala terkekeh mendengarnya. "Maafin Abang ya, Abang lagi banyak tugas di sekolah. Jadi nggak sempet buat tengokin Abel."

"Abel sekarang gimana keadaannya? Kepalanya masih pusing kayak kemarin nggak?" tanya Tanukala.

Abel melepaskan pelukan itu. Senyum di wajahnya tidak kunjung pudar menatap sang Kakak dengan sorot penuh kebahagiaan.

Melihat itu, hati Tanukala merasa tenang. Senyum dan sambutan antusias dari adiknya memang selalu berhasil menjadi obat penghilang rasa takut yang Tanukala rasakan.

Elegi Nabastala [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang