Bab 4 - Sisi Rapuh

2K 214 37
                                    

⚠️ content warning ⚠️

Happy reading (⌒o⌒)

"Karena pada kenyataannya tiap-tiap orang selalu memiliki sisi terapuh yang tidak diketahui oleh siapa pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena pada kenyataannya tiap-tiap orang selalu memiliki sisi terapuh yang tidak diketahui oleh siapa pun."

- Elegi Nabastala Bab 4 -

Tanpa terasa waktu demi waktu bergulir begitu cepat. Langit semakin pekat gelap ditaburi oleh cahaya bintang.

Setelah tadi Tanukala dan Bentala menceritakan semua keluh kesah yang membuat perasaannya cemas, kini mereka berempat terlihat asik tertawa sambil sesekali menyamili makanan yang dipesan.

"Rokok nggak?" tawar Tanukala.

"Nggak dulu, tenggorokan gue lagi gatel belakangan ini." Bastara menolak.

"Nas?" Naskara langsung menggeleng.

"Yaudah gue ngerokok sendirian aja," pungkas Tanukala tanpa bertanya dulu kepada Bentala.

"Gue mau."

Mendengar Bentala yang mendadak ingin merokok membuat tiga sahabatnya terkejut. Pasalnya cowok itu sama sekali tidak pernah mencoba zat nikotin dalam bentuk batangan. Rasanya tidak mungkin Bentala tiba-tiba saja ingin mencoba merokok.

"Lo serius, La?" tanya Bastara tidak yakin.

"Iya, serius. Rokok apa aja," jawab Bentala dengan lugas.

"Nggak nggak nggak! Lo nggak boleh cobain ngerokok!" Tanukala melarang tegas..

"Rokok atau beer?"

Ucapan Bentala semakin membuat ketiga sahabatnya terbelalak. Apa yang tiba-tiba merasuki cowok itu? Mengapa tiba-tiba saja Bentala bersikap aneh seperti ini?

"Yang bener aja lo! Jangan sekali-kali lo coba minuman haram itu!" tegas Tanukala memperingati

"Yaudah kalau gitu kasih gue sebatang rokok."

Kening Tanukala mengernyit dalam.

Melihat sikap Bentala yang mendadak berubah, sebelah tangan Naskara terulur mencengkram pelan pundak kiri Bentala.

"La, jangan. Lebih baik lo keep kebiasaan lo buat nggak ngerokok," ujar Naskara.

Helaan napas panjang langsung terdengar dari mulut Bentala. Pundak cowok itu semakin merosot dengan gurat wajahn yang semakin cemberut.

Sebenarnya bukan tanpa alasan Bentala mengataka hal seperti itu. Bentala hanya merasa kalau selama ini ketiga sahabatnya juga sama seperti teman sekelasnya yang menganggap dirinya sebagai anak culun.

Lihat saja ekspresi wajah mereka, saat Bentala ingin mencoba merokok, ekspresi mereka seolah mengatakan, "Haduh, lo tuh anak kecil yang masih polos! Jangan deh, pasti lo nggak bisa," begitu yang ada di benak Bentala.

Elegi Nabastala [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang