Bab 12 - Kita Punya Luka

1.6K 197 39
                                    

⚠️cw//tw + blood⚠️

Happy reading (⌒o⌒)

"Pada kenyataannya setiap manusia memiliki sisi gelap akan luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pada kenyataannya setiap manusia memiliki sisi gelap akan luka. Baik itu luka yang dengan sengaja disembunyikan, ataupun luka yang sulit untuk disembuhkan."

- Elegi Nabastala Bab 12 -

Di tengah keramaian padatnya pengunjung rumah sakit malam ini, Bentala menjadi satu-satunya orang yang terlihat bingung saat masuk ke rumah sakit tempat Bastara dirawat.

Lelaki bermata sipit yang mengenakan hoodie berwarna biru navy lengkap dengan kacamata itu, celingak-celinguk mencari nurse station.

Tak lama kemudian kedua manik hitam Bentala melihat nurse station. Lantas ia pun melangkah bermaksud untuk menanyakan kamar inap atas nama pasien Jenuar Bastara.

Setelah menanyakan kamar inap Bastara, Bentala melangkah menuju kamar inap sahabatnya yang berada di lantai tujuh. Di setiap langkahnya, Bentala berulang kali menghembuskan napas panjang.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Bentala belum siap untuk melihat Bastara. Dari siang saja rasa bersalah dari kejadian Bastara ditonjok oleh Bagas masih terngiang di kepalanya. Mengingat itu membuat Bentala seakan ikut merasakan sakit yang Bastara rasakan dan juga rasa bersalahnya dengan Bastara.

Saat berada di depan kamar Bastara, secara sangat perlahan Bentala membuka pintu. Ia melangkah hati-hati memasuki ruang inap itu, berusaha agar tidak menimbulkan suara barang sedikitpun.

Dan tepat setelah masuk, langkah Bentala seketika berhenti saat netranya mendapati presensi Bastara yang tengah terbaring lemah di brankar dengan bantuan masker oksigen.

Bentala membekap mulutnya. Perasaannya seketika hancur bertubi-tubi. Untuk pertama kalinya ia melihat sosok Bastara yang lemah. Sosok Bastara yang tertidur dengan keadaan yang mengenaskan.

Perlahan Bentala memberanikan diri untuk mendekat. Walau sebenernya ia merasa sangat takut.

Air mata seketika lolos saat Bentala melihat Bastara dari dekat. Wajah Bastara penuh dengan luka lebam. Dengan kedua mata yang terpejam Bastara terlihat sangat damai. Tidak ada sedikitpun ia melihat rasa sakit yang tercipta di wajah sahabatnya.

"Bas... maaf..." Bentala menangis Napasnya tercekat untuk beberapa saat. Sungguh ini sangat menyesakkan.

"Karena gue, lo jadi kayak gini.. maaf..." Bentala melirih.

"Maafin gue Bas..." Bentala tertunduk dalam.

Tiba-tiba saja sebelah kiri pundak Bentala dicengkram oleh seseorang dari belakang. Bentala sempat terkejut.

"Bas nggak akan kenapa-kenapa." Seseorang berujar dari samping.

Perlahan Bentala memberanikan diri menengok ke samping kiri. Seorang pria bertubuh jangkung memakai jas putih dan stetoskop yang menggantung di leher itu mengulas senyum ramah. Bentala membaca nametag pada jas dokter tersebut.

Elegi Nabastala [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang