Bab 18 - Malam Yang Tragis

1.9K 173 53
                                    

⚠️ cw//tw blood ⚠️
correct me if i wrong

Happy Reading (⌒o⌒)

"Karena pada dasarnya luka terhebat itu selalu datang dari orang terdekatmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Karena pada dasarnya luka terhebat itu selalu datang dari orang terdekatmu."

- Elegi Nabastala Bab 18 -

Tin! Tin!

Ramainya suara klakson dengan nyaring berbunyi dikala Naskara tanpa aba-aba menyebrang begitu saja. Beruntung sang pengendara mobil dengan cepat mengerem. Kalau tidak bisa-bisa membuat Naskara dalam bahaya.

"WOI KALAU MAU BUNUH DIRI TUH JANGAN NYUSAHIN!" sang supir memaki Naskara.

Cowok itu tersentak dengan kedua tangan yang menutup telinga.

Tin! Tin!

Banyak mobil di belakang yang sudah mengantre.

"MINGGIR WOI!"

Naskara masih diam membisu dengan tubuh yang bergemetar hebat. Pikirannya ramai dipenuhi dengan kilas balik kecelakaannya dua tahun lalu. Trauma yang belum sembuh pasca kecelakaan masih bergelayut menyelimuti diri Naskara.

Tin! Tin!

Suara klakson semakin nyaring berdenging di telinga Naskara. Tubuh cowok itu terasa kaku dan kedinginan. Pacu pada jantungnya berdebar dua kali lebih cepat. Paru-parunya tercekat seakan tengah diapit oleh dua baru besar. Suara bising klakson, sirine ambulans, dan suara banyak orang yang iba berdenging di telinga Naskara secara acak.

Tin! Tin!

"NASKARA!"

Dari seberang seseorang memanggil namanya. Orang itu buru-buru menyebrang agar bisa membawa Naskara ke sisi jalan.

"Nas, lo kenapa?"

Tatapan Naskara terlihat sangat ketakutan. Dia menggeleng histeris sambil menangis sesegukan.

"Ayo minggir dulu." Tanukala membawa Naskara untuk menepi ke seberang jalan tempat semula cowok itu menyebrang.

Setibanya di seberang jalan, Tanukala benar-benar kalut melihat sahabatnya yang terlihat sangat kacau. Ia menekuk lutut sedikit guna melihat wajah Naskara yang tertunduk.

"Nas, kenapa?"

"Di-dingin... ta-tangan gue... berdarah, ber-berisik.." jawab Naskara gelagapan.

Tepat saat itu juga Tanukala langsung menggenggam kedua tangan Naskara. "It's okay, ada gue."

Naskara gelagapan, napasnya berderu tidak beraturan. Isi kepalanya sangat ramai. Semuanya berantakan. Untuk beberapa detik di kepalanya terlintas rasa takutnya akan kesendirian saat mengalami kecalakaan. Beberapa detiknya lagi, Naskara selalu teringat akan ucapan Bastara di mimpinya.

Elegi Nabastala [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang