Bab 14 - Tolong Bangun

2.3K 209 96
                                    

Aku merekomendasikan baca part ini sambil  dengerin lagu  :

— My Mind & Me by Selena Gomez
— In The Stars by Benson Boone

bacanya pelan-pelan biar lagunya pas"")

⚠️ Cw//tw⚠️

Happy Reading (⌒o⌒)

"Hadirnya memang hanya sebatas ada,  bukan  menjadi abadi untuk menemani selama-lamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hadirnya memang hanya sebatas ada,  bukan  menjadi abadi untuk menemani selama-lamanya."

— Elegi Nabastala Bab 14 —

Apa yang lebih ditakutkan ketika seseorang yang teramat berharga di dalam hidup kita, kini tengah berada di ruang ICU dengan berbagai macam alat medis yang melekat di tubuhnya dan mesin EKG yang selalu ditatap was-was. Jawabannya hanya satu, kehilangan.

Mungkin ini terkesan berlebihan, tapi sungguh Naskara sedang berada di titik tersebut. Takut bertemu dengan perpisahan yang tiba-tiba seperti tiga tahun lalu.

Rasanya begitu sesak melihat saudara kembarnya yang terkesan menyebalkan dan suka meledek itu terlihat lemah dengan mata yang terpejam rapat.  Wajah gemilang yang selalu menampilkan senyum indah itu sedang tidak bisa dilihat oleh Naskara.

Air mata kembali menetes. Sejak semalam, tidak sedikitpun ia bisa tertidur pulas. Ah jangankan tertidur, untuk sekadar berbaring di ranjang saja Naskara kesulitan. Ia merasa tidak adil. Tidak seharusnya ia hidup dengan tenang sementara Bastara tengah mati-matian berjuang untuk tetap hidup.

"Kalau kamu mau masuk, masuk saja. Temui Bas, ajak bicara dia." Suara Dokter Kevan menyapa telinga Naskara.

"Emangnya Bas bakal denger?"

"Jangan salah, meskipun Bas terlihat tengah tertidur tapi dia masih bisa mendengar kamu. Di keadaan yang seperti ini, kamu bisa sekali berkeluh kesah dan memberikan banyak kalimat harapan untuk Bas, Naskara." Kevan menasihati.

"Siapa tahu dengan cara kamu bicara dengan Bas, mata Bas bisa kembali terbuka untuk membalas semua cerita kamu," imbuhnya.

Naskara tertunduk dalam. Air mata semakin deras menetes.  Pundak cowok itu bergetar. Suara isak tangisnya terdengar lirih.

Kevan mencengkram pelan pundak Naskara. "It's okay, saya tahu kamu merasa bersalah. Tapi jangan terus-menerus menyalahkan diri sendiri. Anggap saja Bas terlalu sayang dan peduli sama kembarannya sendiri."

Naskara menggeleng pelan. Ia tidak bisa mengusir rasa bersalahnya.

"Masuk saja Nas, temui Bas. Mungkin dia sedang menunggu kamu di dalam. Don't be afraid."

"Nas nggak bisa... rasanya beneran sakit... harusnya... yang ada di dalam itu Nas... bukannya Bas..." Naskara berucap di tengah isak tangisnya.

"Mau saya temani? Atau mau tunggu Papa kamu?"

Elegi Nabastala [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang