Bab 8 - Diri Ini dan Trauma

1.7K 186 27
                                    

⚠️tw + blood + mental illness⚠️

Happy Reading (⌒o⌒)

"Kita dan trauma adalah satu kesatuan yang tidak pernah bisa dilepaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita dan trauma adalah satu kesatuan yang tidak pernah bisa dilepaskan. Dan berdamai akan menjadi jalan keluar yang sulit untuk dilakukan."

- Elegi Nabastala Bab 8 -

Di bawah bentangan langit yang semakin mengkilat berwarna oranye kekuningan, terlihat Naskara yang tengah melangkah di pinggir trotoar. Lelaki dengan tubuh semapai itu terlihat sangat tampan dengan seragam pramuka dan juga airpods putih yang menyumpal di kedua daun telinga.

Hari ini Naskara terpaksa harus pulang seorang diri tanpa ditemani oleh saudara kembarnya-Bastara. Sebab sehabis pendalaman materi di sekolah Bastara ada kerja kelompok yang jaraknya cukup jauh dari rumah dan sekolah.

Awalnya memang Naskara ingin ikut, tapi setelah dipikir-pikir rasanya tidak mungkin Naskara ikut, mengingat jam-jam selepas pulang sekolah juga sudah mulai dipadati oleh para pengemudi yang baru saja pulang kerja.

Alhasil cowok itu memutuskan untuk mencari alternatif lain dengan cara jalan kaki. Kebetulan memang jarak sekolah mereka tidak begitu jauh, hanya membutuhkan waktu kurang lebih lima belas menit untuk tiba di rumah.

Sore ini jalan raya sudah dipadati oleh banyak kendaraan. Bunyi klakson terdengar nyaring saling bersahutan satu sama lain. Tatkala terdengar sumpah serapah dari para pengendara motor yang hendak buru-buru untuk tiba di rumah.

Padahal tanpa mereka ketahui jauh di depan sana sedang terjadi evakuasi kecelakaan lalu lintas antara mobil truk dengan satu pengendara mobil dan dua pengendara motor. Alhasil jalan terpaksa harus ditutup sementara akibatnya terjadikan kemacetan yang sangat panjang.

Tin! Tin! Tin!

"WOI MAJU DONG!! INI GIMANA SIH!" teriak salah satu pengendara bermotor.

Naskara terlonjak saat mendengar pengendara itu berteriak nyaring. Detik kemudian cowok itu buru-buru mempercepat langkahnya.

Tin! Tin! Tin! Tin!

Suara klakson yang semakin nyaring terdengar berhasil menembus lagu yang sedang Naskara dengar. Tanpa sadar kedua telapak tangan cowok itu terkepal erat. Rahangnya mengeras.

Perasaan gugup dalam diri Naskara semakin meluap di kala ia mendengar suara sirine Ambulan yang tengah berusaha menerobos melintasi jalan.

Langkah cowok itu sontak terhenti saat netranya melihat jelas mobil Ambulan yang melintas. Lampu sirine yang berkedap-kedip itu berhasil membuat napas Naskara tercekat.

Seketika rentetan potongan tentang kelamnya masa lalu yang pernah Naskara alami terlintas dalam ingatan. Tubuh cowok itu mulai gemetar. Kakinya mulai terasa lemas mati rasa.

Elegi Nabastala [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang