Bab 10 - Kalah Dengan Kondisi

1.8K 200 67
                                    

⚠️cw//tw blood + harsh words ⚠️

Happy reading (⌒o⌒)

"Memang terkadang tidak semua hal bisa dipaksakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Memang terkadang tidak semua hal bisa dipaksakan."

- Elegi Nabastala Bab 10 -

Suasana kelas dua belas Ips satu kali ini terlihat sedikit ricuh dikarenakan beberapa murid yang tengah mempersiapkan alat-alat untuk presentasi secara individu. Jam pelajaran pertama baru saja dimulai sejak dua puluh menit yang lalu. Di tengah kericuhan kelas Tanukala menjadi satu-satunya orang yang pasif di tempat duduk dengan posisi tertunduk.

Teman sebangkunya yang biasa mengobrol dengan Tanukala justru bergabung dengan teman yang lain. Mungkin karena Tanukala terlalu membosankan hari ini. Alhasil dia pindah begitu saja tanpa bilang-bilang terlebih dahulu.

Menit kemudian, proyektor sudah siap digunakan.

"Sekarang, tolong diam dan duduk di tempat masing-masing," titah sang Guru.

Seluruh murid kembali duduk di meja nya masing-masing.

"Ibu minta presentasi hari ini selesai dan lakukan tanpa text book

"YAHHH BU... MASA GAK BOLEH TEXT BOOK?" sahut beberapa murid.

"Ibu sudah kasih waktu seminggu, masa iya harus text book juga? Presentasi dan jelaskan apa yang sudah kalian pahami berdasarkan ppt yang dibuat."

Seketika terdengar helaan napas panjang. Lantas seluruh murid mulai membaca kembali buku sekaligus powerpoint yang sudah dibuat agar bisa lancar presentasi. Lain halnya dengan Tanukala. Cowok itu masih setia pada posisi tertunduk dengan sebelah tangan yang mencengkram perut.

"Oke jadi mau sesuai absen atau ibu panggil secara random?"

"RANDOM!"

"ABSEN!" Ada dua suara yang memberikan jawaban langsung.

"Ibu panggil random aja." Tatapan sang guru itu langsung beralih ke arah meja Tanukala.

Sontak teman sebangku Tanukala secara reflek menepuk-nepuk paha cowok itu.
"Tanu bangun, diliatin bu Anis," katanya.

Perlahan Tanukala mengangkat wajahnya dengan mata yang terlihat sayu. Keningnya sedikit berkerut. Pandangan Tanukala masih berkunang-kunang. Semua objek yang ia lihat berbayang.

"Tanukala, silakan presentasikan tugas kamu di depan. Jangan lupa kirim PPT nya ke grup kelas," kata Bu Anis mempersilakan.

Ucapan Bu Anis terdengar melambat di telinganya. Ia sulit untuk fokus.

"Iya Bu?"

"Silakan presentasi di depan kelas," tekan Bu Anis.

"Maju aja udah sana, daripada di blacklist," sergah teman sebangku Tanukala.

Elegi Nabastala [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang